Berjalan dalam gelapnya malam menuntun cahaya rembulan menuju peraduan. Malam ini rembulan bersinar lagi.
''Arka, ayo tidur sayang. Sudah malam.'' pinta Daisha.
''Arka belum ngantuk, ma.''
''Tapi ini sudah malam sayang. Lihat sudah pukul sepuluh malam.''
''Arka mau bobo sama papa.''
''Oh, Arka mau ditemani papa ya? Baiklah, mama panggilkan papa dulu ya. Arka tunggu dulu di sini.''
Daisha pergi mengetuk pintu ruang kerja Rendi. Seorang laki-laki berkaca mata tengah duduk dan menghadap layar laptopnya dengan seksama. Daisha berjalan mendekati lelaki itu dan mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke sana.
''Oh, ya. Saya akan segera ke sana.'' jawabnya.
Daisha kemudian kembali berjalan meninggalkan ruangan kerja atasannya itu dan kembali ke kamar Arka.
''Anak papa kok belum tidur?'' tanya Rendi mendekati putranya.
''Arka ingin bobo sama papa.''
''Baiklah, ayo berbaring dulu.''
''Kalau begitu saya permisi, ya pak.'' ucap Daisha yang merasa tugasnya telah selesai.
''Mama jangan pergi! Mama juga di sini, temani Arka.'' ucap Arka.
''Tapi kan sudah ada papa kamu, sayang.''
''Pokoknya Arka mau ditemani papa dan mama!'' ucap Arka merajuk.
''Baiklah. Tapi mama tunggu di sini ya.'' Daisha meletakkan pantatnya pada sebuah sofa empuk di kamar Arka. Sebenarnya itu hanya alibi saja agar ia tidak terlalu dekat dengan lelaki yang menurutnya begitu menyebalkan itu.
''Mama di sini juga!'' Arka menepuk sebelah kasurnya.
''Hah?''
''Pokoknya Arka mau bobo kalau ditemani papa dan mama.'' ucap Arka hampir meneteskan air matanya. Rendi pun memberi instruksi pada Daisha untuk menuruti putranya. Mau tidak mau Daisha pun menurutinya.
''Papa bobo di sini.'' ucap Arka meminta papanya untuk tidur di sampingnya.
''Terus mama juga bobo di sini.'' Arka menarik tangan Daisha mendekatinya.
''Eh, nggak boleh dong Arka.'' tolak Daisha.
''Tapi Arka ingin bobo sama papa dan mama. Kenapa nggak boleh?''
''Mama duduk di sini saja ya.''
''Enggak, pokoknya mama juga harus bobo di sini!'' pinta Arka dengan begitu memohon.
''Ikuti saja kemauan Arka.'' ucap Rendi.
''Tapi, pak?'' ucap Daisha ragu.
Karena Arka terus saja merengek untuk ditemani, mau tak mau Daisha pun ikut membaringkan tubuhnya di samping kanan Arka.
''Arka seneng banget kalau bobo sama mama dan papa begini.'' ucap Arka bahagia.
Arka membawa tangan papanya untuk memeluk tubuh kecilnya. Kemudian, ia juga membawa tangan Daisha ke arah tubuhnya untuk ikut serta memeluknya. Daisha menjadi bingung harus berbuat apa. Tubuhnya menjadi kaku dan sedikit menegang.
''Sekarang Arka tidur ya.''
''Iya, pa.''
Setelah beberapa saat, Arka pun tertidur juga. Pelan-pelan Daisha mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Arka. Saat ia akan mengangkat sebelah tangannya, tangannya bersentuhan dengan tangan Rendi.
''Eh!''
''Ssstt. Nanti Arka bangun lagi.'' ucap Rendi dengan pelan.
''Tapi tangan saya udah kesemutan pak dari tadi.'' jawab Daisha dengan pelan juga.
Setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan Arka, Daisha pun berjalan keluar mengikuti Rendi yang hendak kembali ke ruangan kerjanya.
''Pak Rendi.'' ucap Daisha dan Rendi pun membalikkan tubuhnya.
''Sabtu besok saya bisa izin kan pak?''
''Memangnya ada apa?''
''Em, ada hal lain yang harus saya kerjakan.''
''Hal lain? Jangan-jangan kamu mau kabur dari sini? ''
''Enggak kok pak. Duh, gimana ya ngomongnya. Sebenarnya hari Sabtu besok adalah jadwal saya wisuda, pak. Jadi saya boleh kan izin?''
''Hm.'' jawab Rendi.
...ΩΩΩ...
Hari berganti demi hari pertanda semakin dekat dengan hari dimana Daisha akan segera di wisuda. Selain itu Arka pun menjadi semakin dekat dan lengket dengan pengasuhnya tersebut.
Sejak semalam, Daisha sudah berada di rumah ibunya guna mempersiapkan hari wisudanya esok hari.
Sapuan tangan Naya mulai menari di atas wajah Daisha, pulasan kuas menyatu sempurna dengan wajah Daisha yang memang sudah cantik meskipun tanpa polesan make up.
''Nay, jangan tebel-tebel dong!'' protes Daisha merasa risih.
''Ya ampun, Sha! Udah deh, diem aja. Anteng dan nurut sebentar bisa nggak!''
''Tapi nggak usah menor-menor juga dong, aku tuh cuma mau wisuda bukan mau jadi ondel-ondel atau mau parade jadi badut.''
''Diem! Kalau nggak diem, aku bikin jadi badut beneran nih!'' ancam Naya.
''Ya jangan dong, ngambek deh doi.''
''Makanya diem aja, dijamin nanti pasti cantik hasilnya. Nggak akan kalah deh sama hasil make up mahal yang harganya bisa dapat satu motor.'' ucap Naya terkekeh.
''Terserah, deh. Tapi jangan menor-menor!''
''Iya iya, ribet banget sih.''
Akhirnya Naya berhasil menyelesaikan riasan di wajah Daisha. Meski dibumbui dengan perdebatan dan percekcokan sepasang sahabat itu, tidak bisa dipungkiri hasil riasan tangan ajaib Naya memang bisa dikatakan apik dan sempurna.
''Taraaa.. finish!'' ucap Naya.
''Gila, cantik banget sih aku.'' puji Daisha melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin.
''Siapa dulu, tukang riasnya.'' ucap Naya berbangga hati.
''Ya ampun, anak ibu cantik banget sih.'' puji ibu Rahayu melihat anaknya yang memakai kebaya berwarna ungu pastel hasil jahitan ibu Rahayu yang sangat serasi dengan kulit Daisha yang bersih dan riasan natural di paras cantiknya.
''Dari lahir udah cantik, kali bu.''
''Kalau kamu pakai kebaya gini, jadi kaya perempuan beneran.''
''Emangnya selama ini Daisha cewek jadi-jadian apa!'' protesnya.
''Nay, mendingan kamu tekuni dan kembangkan deh riasan kamu ini. Ibu lihat kamu berbakat menjadi perias.'' ucap ibu.
''Makasih, bu. Jadi tersanjung akunya.''
''Beneran deh, kalau kamu mau nanti akan ibu bantu untuk merekomendasikan kamu pada pelanggan catering ibu.''
''Beneran, bu?'' tanya Naya antusias.
''Iya, sekarang kamu foto aja hasil riasan kamu itu dan kirimkan ke ibu.''
''Siap, bos.''
Tepat pukul tujuh pagi, Daisha tengah bersiap untuk menuju hotel tempat diselenggarakan acara wisudanya. Tiba-tiba sebuah mobil Mercedez-Benz C-Class berwarna hitam memasuki halaman rumahnya.
''Siapa yang datang bu?'' tanya Daisha yang sedang merapikan kebayanya.
''Calon masa depan kali.'' jawab Ibu Rahayu.
''Siapa sih, bu? Beni ya?'' tanya Naya ikut penasaran.
''Sembarangan aja kalau ngomong!'' protes Daisha.
''Nanti kamu juga akan tahu.''
''Jadi kepo deh.'' ucap Naya.
''Mama!'' teriak Arka berlari keluar dari mobil papanya.
''Arka? Ya ampun, anak mama ganteng banget sih ini.''
''Mama juga cantik, seperti putri.'' jawab Arka.
''Terima kasih, bisa aja kamu sayang.'' ucap Daisha gemas.
Untuk beberapa saat, Rendi terpesona melihat kecantikan Daisha. Namun, ia buru-buru menghempaskan pikirannya itu. Rendi dan Arka pun nampak begitu tampan dalam balutan jas serba hitam dan sepatu mengkilap dengan tatanan rambut yang ditata rapi.
''Nak Rendi, ayo masuk dulu.'' ucap ibu Rahayu.
''Sebaiknya kita segera berangkat saja bu, takut macet di jalan. Mari, bu.''
''Lho bu?'' tanya Daisha keheranan.
''Kita berangkat bersama nak Rendi saja ya.''
''Tapi, bu?''
''Ayo mama, kita berangkat sekarang.'' Arka menggandeng tangannya menuju mobil papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments