Hamparan tanah berumput hijau membentang sepanjang pandangan. Di antara gundukan rumput hijau yang selalu terawat rapi itu berjejer sebuah pusara. Rendi berjongkok dan tertunduk khusuk memandangi tanah hijau dengan papan bertuliskan nama kedua orang tuanya yang dimakamkan dalam satu liang lahat yang sama dan di samping makam kedua orang tuanya terdapat pusara mendiang istrinya. Ia taburkan bunga mawar dan putih sebagai pengiring doa. Di samping Rendi, Arka ikut khidmat berdoa untuk kakek, nenek, dan ibunya yang selama ini belum pernah ia temui.
Setelah selesai lantunan doa ia lafalkan, Rendi mengajak Arka untuk meninggalkan pemakaman itu. Rendi membawa sang putra untuk kembali pulang ke rumah.
Rendi terdiam dan tak banyak bicara. Selepas ia mengunjungi pusara orang-orang yang ia sayangi, ia kembali merasa seolah ikut tak bernyawa. Namun, adanya Arka di hidupnya, membuat ia harus tetap bangkit dan berdiri tegar. Berbagai peristiwa kelabu yang Rendi alami secara berturut-turut membuatnya seperti mati rasa. Setelah kepergian kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan yang terjadi beberapa tahun silam. Rendi tumbuh menjadi pribadi yang dingin. Belum kering air matanya, sang istri pun ikut meninggalkannya ketika melahirkan putra pertama mereka. Dunia seolah enggan berpihak kepadanya, berbagai peristiwa kelam ia lewati dengan hati yang rapuh. Rendi menjadi pria dingin nan arogan.
...ΩΩΩ...
Pagi ini Daisha sedikit lebih sibuk dari biasanya. Sejak semalam, ia bersama ibunya tengah mempersiapkan berbagai pesanan nasi kenduri yang dipesan oleh Bu RT.
''Kamu nggak kuliah, Sha?'' tanya ibu Rahayu.
''Enggak, bu. Tinggal menunggu jadwal wisuda saja kok.''
''Syukurlah. Kamu makan dulu gih, itu masih ada sisa nasi dan lauk.''
''Iya, bu. Ibu istirahat saja sekarang, biar Daisha yang selesaikan.''
''Kita kerjakan bersama saja biar cepat selesai. Harusnya kamu yang istirahat, dari semalam kamu pulang kerja sudah membantu ibu.''
''Ibu tenang saja, anak ibu ini kan wonder woman.'' gurau Daisha.
''Sha, setelah kuliahmu selesai nanti, sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaan kamu, ibu nggak tega melihat kamu kerja keras banting tulang seperti ini.'' ucap ibu Rahayu sendu.
''Ibu doakan saja agar Daisha bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan ijazah yang Daisha punya.''
''Aamiin, ibu selalu mendoakan kamu.''
''Sudah hampir jam sepuluh, cepet mandi gih nanti kamu terlambat kerjanya.''
''Iya, bu. Daisha nanti masuk siang kok kerjanya.''
Pesanan nasi kenduri telah siap untuk diantarkan. Daisha mulai memasukan tiap box makanan itu ke dalam mobil butut peninggalan mendiang ayahnya.
Setelah selesai menyelesaikan pesanannya, Daisha segera bersiap untuk berangkat kerja. Ia mengendari sepeda motor matic kesayangannya. Ia memarkirkan motornya di deretan yang di khususkan untuk karyawan.
Daisha melangkah pasti menuju loker untuk menyimpan jaket dan tasnya. Setelah itu ia bergegas untuk menunaikan kewajibannya. Daisha bertugas membersihkan setiap ruangan di lantai atas.
Saat ia hendak mengelap jendela, ia kembali melihat anak lelaki kecil tampan yang ia temui di parkiran kemarin. Anak itu kembali berjalan sendirian. Daisha yang melihat itu, menggerutu dalam hati. Bagaimana bisa orang tua dari anak lelaki itu membiarkan anaknya berkeliaran sendirian di sini. Apalagi kantor bukan lingkungan yang baik untuk anak seusianya. Jiwa kemanusiaannya seketika memberontak. Perlahan ia menghampiri anak lelaki tampan itu. Saat Daisha hendak menghampirinya, Daisha melihat sebuah rak kayu yang menjulang tinggi di lorong kantornya itu hampir ambruk. Dengan cepat Daisha segera berlari dan menarik anak lelaki itu.
Bruk!!
''Aw!'' teriak Daisha. Kaki kiri Daisha terjepit reruntuhan rak kayu.
''Mama!'' ucap lelaki kecil itu.
''Kamu tidak apa-apa kan?'' tanya Daisha. Dan anak lelaki itu menggeleng memberi jawaban.
''Syukurlah.'' Daisha meringis menahan sakit. Seketika orang-orang yang berada di dekat lokasi kejadian itu pun berbondong-bondong untuk segera menolong Daisha dan Arka.
Arka berhasil selamat dari runtuhan rak kayu dan berada di dalam dekapan Daisha.
''Tolong selamatkan dulu anak ini.'' ucap Daisha.
''Cepat panggil perawat!'' teriak seseorang.
''Den Arka!'' ucap satpam yang baru saja mendatangi kerumunan itu.
''Itu anaknya pak bos.'' Beberapa orang mulai membicarakan anak dari bosnya itu yang mengalami kecelakaan. Banyak praduga dari mereka mengenai peristiwa kecelakaan itu.
Rendi datang menuju ruang perawatan yang disediakan bagi karyawannya apabila mengalami kecelakaan kerja seperti ini.
''Arka!'' teriak Rendi khawatir.
''Kamu tidak apa-apa nak?'' Arka hanya menggeleng mendengar pertanyaan papanya.
Pandangan Rendi teralihkan pada seseorang yang sedang berada dalam penanganan salah seorang perawat.
''Terimakasih telah menyelamatkan putra saya.'' ucap Rendi tanpa memandang sosok pahlawan penyelamat nyawa putranya.
''Kamu!'' ucap Rendi kembali setelah melihat Daisha mengangkat wajahnya.
''Kamu sengaja ya ingin mencelakai anak saya!'' bentak Rendi.
Daisha hanya terdiam, ingin sekali ia membalas semua ucapan pedas bosnya itu. Namun, luka di kakinya cukup membuatnya nyeri dan menghilangkan nafsunya untuk berbicara.
Rendi pun melihat raut wajah Daisha yang sepertinya sangat kesakitan.
''Bawa dia ke rumah sakit.'' ucap Rendi melihat luka Daisha yang cukup parah.
''Baik, pak.'' ucap perawat jaga tersebut.
Daisha berulang kali mencoba bangkit dan berdiri untuk mencapai kursi roda yang telah dokter siapkan. Namun, luka di kakinya membuatnya tak mampu untuk sekedar berdiri apalagi untuk berjalan.
''Mama!'' ucap Arka menghampiri Daisha. Rendi dan Daisha terkejut mendengar ucapan Arka.
Arka menatap sedih Daisha. Kemudian Arka membawa tangan papanya untuk mengangkat tubuh Daisha. Rendi merasa kesal namun ia juga masih mempunyai rasa kemanusiaan terhadap sesama.
''Nggak usah pak. Saya bisa sendiri.'' ucap Daisha merasa tak enak hati. Daisha mencoba bangkit sendiri dengan dibantu seorang perawat namun ia kembali merasa kesakitan. Arka hanya memandangi wajah Daisha dan mengedipkan matanya.
''Masih nggak butuh bantuan juga?'' tanya Rendi.
Daisha hanya terdiam, jujur saja ia memang kesulitan untuk berdiri. Namun, ia masih kesal dengan sikap arogan bosnya tersebut.
''Ayo naik ke punggung saya.''
''Ayo, kenapa diam saja!'' Rendi kembali berucap karena sedari tadi Daisha hanya diam saja.
''Bapak nggak lihat kaki saya sakit? Kalau saya harus naik ke punggung bapak ya tambah sakit.'' ucap Daisha.
''Terus?''
''Terus nabrak.'' ucap Daisha kesal.
''Kamu!'' gertak Rendi.
''Bapak niat nolong saya nggak sih? Gendong dong.'' ucap Daisha tersenyum licik. Dalam pikirannya, ia berniat untuk mengerjai bos arogannya itu.
''Ayo, pak. Gendong.'' ujar Daisha mengulurkan kedua tangannya seperti anak kecil yang minta gendong.
Rendi merasa kesal pada Daisha. Namun, putranya kembali memohon dengan mata yang penuh harap dan berulang kali mengedipkan matanya memberi perintah. Dengan terpaksa Rendi menggendong Daisha ala bridal style dan membawanya menuju lantai bawah. Arka bertepuk tangan dan tersenyum senang melihat papanya menggendong Daisha.
Sepanjang mereka berjalan menuju lift, berbagai bisikan terlontar dari mulut karyawan yang melihat bosnya yang terkenal begitu dingin dan arogan itu menggendong seorang office girl.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yani thea
qo aq yg sedih eah klu ad anak kecil yg nyariin mama y
2023-05-18
1
suci dari debu
hadir thor, lanjutkan!!!
2022-10-20
5
Winti Snk
#anakgenius
2022-10-20
4