Ada ratusan bahasa tereja di dunia tetapi dengan sebuah senyuman dapat berbicara semuanya. Seperti yang saat ini sedang Daisha lalukan, ia tetap tersenyum pada anak kecil di hadapannya meskipun kakinya tengah terluka. Anak lelaki tampan itu selalu menatapnya dengan binar kedua bola matanya yang indah.
''Hai, kakak tidak apa-apa kok.''
''Nama kamu siapa? Kita belum berkenalan.'' tanya Daisha.
Anak lelaki itu hanya diam dan tersenyum.
''Nama kakak Daisha, nama kamu siapa?'' ucap Daisha dengan mengulurkan tangannya.
''Arka.'' jawabnya lirih.
''Hai Arka, semoga kita bisa menjadi teman yang baik ya.'' ucap Daisha kembali dan dijawab anggukan oleh Arka.
Sebelumnya, Daisha sudah mendapatkan perawatan dari dokter. Kakinya mengalami luka sobekan dan mengharuskan dokter melakukan beberapa jahitan.
''Sebaiknya nona di rawat di sini dulu agar lebih mudah mendapatkan perawatan lanjutan.'' ucap dokter yang menangani luka Daisha.
''Maaf dokter, boleh rawat jalan saja. Kasihan ibu saya di rumah sendirian.''
''Jika nona tetap memaksa, apa boleh buat, saya tidak bisa melakukan apa-apa.'' jawab dokter itu lagi.
''Ibu saya dulunya pernah menjadi perawat dok, jadi dokter tenang saja.''
''Baiklah, akan saya tuliskan resepnya dan segera ke bagian adminstrasi ya nona.
''Baik dokter, terima kasih.''
Daisha berjalan menggunakan tongkat kaki untuk membantunya berjalan. Belum sempat ia berdiri, Rendi datang masuk membuka pintu.
''Mau kemana kamu?''
''Ke bagian adminstrasi.''
''Sudah saya urus.''
''Bapak tidak perlu repot-repot, saya masih mampu untuk membayar pengobatan saya sendiri.''
''Mau kamu apa sebenarnya?'' tanya Rendi dengan tatapan curiga.
Daisha menatap jengah bosnya itu. Ia berjalan tak menghiraukan perkataan atasannya.
''Aw!'' Daisha meringis kesakitan tatkala kakinya terhenyak untuk mencoba melangkah. Dengan cepat, Rendi segera menangkap tubuh Daisha sebelum jatuh ke lantai.
''Terima kasih, tapi saya tidak butuh pertolongan anda.'' ucap Daisha ketus.
''Mama.'' ucap Arka memanggil Daisha.
''Arka, kakak ini bukan mama kamu.'' ucap Daisha.
Mendengar ucapan Daisha, wajah Arka berubah menjadi murung dan nampak marah.
''Mama.'' ucap Arka dengan bola mata yang sudah memerah.
Daisha tidak tega melihat wajah sendu Arka.
''Hai, jangan sedih. Nanti minta antar papa kamu ke tempat mama ya.'' ucap Daisha yang belum tau kenyataan yang sebenarnya tentang mama Arka. Namun, Arka kembali menggeleng.
Rendi merasa bingung atas sikap putranya itu. Pasalnya Arka adalah anak yang sangat enggan untuk berbicara, terutama pada orang asing. Bahkan, Arka selalu memberontak jika sedang di dekati oleh orang lain.
''Katakan, apa maksud kamu mendekati anak saya!'' ucap Rendi ketus.
''Maksud bapak apa ya? Siapa yang mendekati putra bapak?''
''Apa mau kamu sebenarnya! Katakan, berapa yang kamu mau!''
''Bapak gila ya! Maksud bapak apa sih!'' ucap Daisha dengan kesal.
''Papa jangan marahin mama!'' teriak Arka.
''Arka sayang, dia itu bukan mama kamu. Mama kamu itu mama Raline!'' ucap Rendi sedikit tersulut emosi. Mendengar bentakan dari papanya, Arka berlari ke luar dengan cepat. Segera Rendi mengejar putranya tersebut. Dengan langkah terbata, Daisha pun juga ikut mengejar Arka.
''Arka, dengar papa. Dia itu bukan mama kamu.'' ucap Rendi setelah berhasil menangkap putranya. Arka memberontak ingin melepaskan dirinya dari pelukan sang papa. Berulang kali, Rendi memberi pengertian pada putranya itu, namun Arka tetap saja memberontak.
''Pak, jika di izinkan boleh saya berbicara dengan Arka?'' tanya Daisha setelah bersusah payah mengejar Arka dan Rendi.
Melihat putranya kembali tersenyum hanya dengan kehadiran Daisha, dengan berat hati Rendi pun mengizinkannya.
''Terima kasih, pak.''
''Arka sayang, Arka kenapa marah, nak?''
''Papa marahin mama.'' ucap Arka.
''Mama?'' tanya Daisha.
''Memangnya dimana mama kamu?''
Jari telunjuk Arka menunjuk pada wajah Daisha.
''Maksud kamu kakak?'' tanya Daisha menunjuk dirinya sendiri. Arka mengangguk mantap memberi jawaban.
Daisha pun menoleh ke arah Rendi yang sedari tadi mengamati pembicaraan putranya dengan karyawannya itu.
''Sebentar ya, sayang. Boleh kakak berbicara dengan papa kamu dulu? Arka duduk di sini ya, jangan kemana-mana. Oke?''
Kembali Arka mengangguk dan duduk pada sebuah kursi kayu di taman rumah sakit.
''Pak, bisa kita bicara sebentar?'' tanya Daisha.
''Hm.''
''Kalau boleh saya tahu, memangnya dimana ibunya Arka? Maaf jika pertanyaan saya terlalu lancang.''
Rendi mengamati dengan seksama lawan bicaranya itu.
''Saya tidak ada maksud apa-apa, pak. Saya hanya tidak tega setiap mendengar Arka memanggil saya dengan sebutan mama.'' ucap Daisha seolah mengerti arti tatapan atasannya tersebut.
Dengan berat hati, akhirnya Rendi pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Rendi memberi tahu Daisha jika ibunya Arka telah meninggal saat melahirkan Arka. Ia juga mengatakan semua yang terjadi pada Arka selama ini. Arka tumbuh menjadi anak yang memiliki kemauan keras dan sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Arka juga sangat irit dalam berbicara. Bahkan, di usianya yang sudah menginjak lima tahun, Arka tidak mau bersekolah. Ia lebih senang menghabiskan waktunya untuk selalu mengikuti kemanapun papanya pergi.
''Oh, jadi begitu. Maaf jika pertanyaan saya tadi kembali membuka luka hati bapak.'' ucap Daisha tulus.
''Tak apa.'' jawab Rendi singkat.
''Jika mendengar cerita yang bapak sampaikan tadi, sepertinya Arka bukan anak yang susah di atur, pak. Arka hanya ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang yang ia sayang. Terlebih, ia ingin selalu mendapat perhatian dari bapak selaku papa dan orang tua satu-satunya yang Arka miliki.'' ucap Daisha.
''Bagaimana kamu bisa tahu? Kamu ini psikolog?'' tanya Rendi penuh selidik. Pasalnya, setiap ia datang pada psikolog anak, ia selalu mendapatkan jawaban yang serupa. Namun, dari banyaknya psikolog yang Rendi datangi, tidak ada satupun yang berhasil membantu Arka.
''Bukan, pak. Saya masih belajar.'' jawab Daisha.
Rendi kembali berpikir mengenai jawaban-jawaban yang diucapkan karyawannya tersebut. Bagaiman mungkin seroang pegawai biasa seperti Daisha bisa memiliki pemikiran yang kritis dan bisa bersikap dengan tenang menghadapi putranya.
''Kamu ini sedang menyamar ya kerja di kantor saya?'' tanya Rendi.
''Menyamar? Ya enggaklah, pak. Saya ini kerja di kantor bapak buat mencari rejeki. Mana ada konsep nyamar-nyamar segala. Sudah ya pak, kasihan Arka menunggu terlalu lama.''
''Tunggu!''
''Ada apa lagi, pak?''
''Katakan siapa kamu sebenarnya!''
''Bapak beneran ingin tahu siapa saya? Sini pak saya bisikin, tapi bapak janji ya jangan bilang sama siapa-siapa. Soalnya ini RAHASIA.'' ucap Daisha dengan penuh penekanan.
''Sebenarnya saya ini adalah Iron Woman yang ditugaskan untuk menumpas dan memusnahkan seluruh kejahatan di muka bumi ini.'' ucap Daisha berbisik di dekat telinga Rendi. Rendi yang sedang mendengarkan jawaban Daisha dengan sungguh-sungguh itu pun dibuat kesal oleh candaan yang Daisha lontarkan.
''Sialan kamu! Awas ya!'' maki Rendi kesal.
Daisha tertawa puas setelah berhasil mengerjai atasannya itu dan berjalan tertatih menghampiri Arka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments