Calon istri

Hawa sejuk selama hujan dan setelahnya adalah kelemahan terbesar bagi kaum rebahan, seperti yang Daisha lakukan. Ia sedang merebahkan tubuhnya pada sebuah kasur empuk kesayangannya. Raganya berada di kamar ini namun pikirannya berkelana entah kemana. Dalam kehidupan, akan selalu berhadapan dengan pilihan.

''Sha!'' ucap ibu Rahayu.

''Masuk, bu.''

''Ibu perhatikan setelah pulang dari rumah Pak Rendi tadi kamu lebih banyak diamnya?'' tanya ibu Rahayu.

''Daisha lagi bingung, bu.''

''Bingung kenapa?''

Daisha pun menceritakan perihal keresahan dan kegalauan hatinya pada ibunya tersebut.

''Ikuti kata hati kamu saja, menjadi seorang pengasuh anak kecil juga pekerjaan yang mulia, bukanlah suatu pekerjaan yang hina. Apa lagi ibu lihat Arka sangat menyayangi dan begitu dekat dengan kamu.''

''Iya sih, bu. Tapi Daisha hanya tidak suka jika diremehkan seperti itu. Seolah semua ini hanya tentang uang dan uang.''

''Sudahlah, jangan dipikirkan. Ayo kita makan siang dulu, ibu baru saja buatkan udang goreng kesukaan kamu.''

''Wah, nggak bisa nolak kalau itu.''

Mereka segera beranjak menuju ruang makan dan menikmati makan siang bersama.

''Bu, kalau Daisha kerja di rumah Pak Rendi, terus ibu bagaimana?''

''Tenang saja, ibu bisa jaga diri ibu baik-baik. Tua-tua gini ibu juga masih jago lah kalau hanya sekedar bela diri.'' ucap Ibu Rahayu.

''Ampun, suhu.'' ucap Daisha terkekeh.

Sebuah panggilan video masuk menggetarkan ponsel Daisha.

''Siapa?''

''Arka, bu.''

''Mama!'' teriak Arka dari seberang sana ketika sambungan telefon mulai terhubung.

''Halo Arka.'' jawab Daisha. Berbagai obrolan antara ibu dan anak itu pun terus berlanjut dalam waktu yang lama.

Sebuah mobil memasuki halaman rumah Daisha.

''Permisi, saya ditugaskan Pak Rendi untuk menjemput nona Daisha.'' sapa lelaki paruh baya itu.

''Iya, tunggu sebentar ya pak. Anak saya masih bersiap-siap.''

''Baik, bu.''

''Sha, jaga diri kamu baik-baik ya. Jangan buat keributan di sana, ingat jaga sikap kamu di rumah orang.'' nasihat ibu.

''Ya ampun bu, ibu nasihati nya kenapa gitu banget, sih? Emangnya aku anak kecil apa pakai dinasehati untuk nggak buat keributan segala.'' protes Daisha.

''Habisnya kamu suka ngawur dan sembrono.'' ucap ibu terkekeh.

''Yaudah, Daisha pamit ya bu. Daisha pasti akan usahakan untuk sering pulang.''

''Ya iyalah harus sering pulang, lagian dari sini ke rumah Arka aja juga nggak nyampe satu jam.''

''Hahaha iya juga ya, berasa mau merantau kemana gitu.''

''Ibu jaga diri baik-baik ya. Restui langkah kaki anak perempuanmu ini agar cepat mengumpulkan dan membawa pulang uang sekebon.''

''Aamiin. Udah sana berangkat, salam untuk Arka.''

''Iya, bu.'' Daisha memeluk ibunya dengan erat, sungguh ia tidak bisa jika harus mengalami drama perpisahan seperti ini.

''Mama!'' teriak Arka bahagia menyambut kedatangan Daisha kembali.

''Halo jagoan mama.''

''Ma, eyang kemana? Kenapa eyang tidak ikut ke sini?'' tanya Arka.

''Eyang di rumah sayang, harus jagain rumah biar nggak diambil keong.'' gurau Daisha.

''Ibu kamu di rumah sendiri?'' tanya tante Maya.

''Iya, tante.''

''Ya sudah, tante tinggal dulu. Tante ada urusan di luar sebentar. Tante titip Arka ya.''

''Iya, hati-hati tante.''

Daisha membawa Arka menuju taman belakang di rumahnya.

''Arka, mau berenang nggak?'' tanya Daisha.

''Arka nggak bisa berenang.''

''Bukan nggak bisa sayang, tapi belum bisa. Mau mama ajari?'' Arka nampak berpikir untuk memberi jawaban.

''Gimana? Mau nggak? Masa punya kolam renang tapi nggak bisa berenang, rugi dong.''

''Mau! Arka mau, ma!'' jawabnya.

''Nah, gitu dong. Ayo kita ganti baju dulu.'' Daisha menuntun Arka untuk bersiap dengan baju renangnya.

Sepanjang waktu ukiran senyuman selalu terukir menghiasi wajah anak lelaki tampan itu. Setelah berenang, Daisha membawa Arka untuk berganti pakaian dan menyuapinya makan agar tidak masuk angin.

''Non, semenjak ada non Daisha di sini bibi lihat den Arka selalu tersenyum bahagia terus lho.'' ucap Bi Surti yang mulai akrab dengan Daisha.

''Ya bagus kan, bi.'' jawab Daisha sambil menyuapi Arka makan.

''Malahan bibi kira, non Daisha ini calon istrinya Pak Rendi.''

''Bibi sembarangan aja kalau ngomong, jangan keras-keras nggak enak kalau ada yang denger.'' jawab Daisha.

''Soalnya bibi perhatikan, non Daisha ini sangat cocok sekali dengan pak bos. Sama-sama cantik dan tampan. Apa lagi den Arka udah dekat banget sama non.'' ucap bi Surti berbisik.

''Hus! Jangan ngomong gitu, bi.''

''Mama kenapa mama bisik-bisik sama bi Surti?'' tanya Arka.

''Enggak kok sayang, katanya bi Surti pengen makan spaghetti juga kaya Arka.'' gurau Daisha.

''Bibi mau makan juga?''

''Eh, enggak kok den. Enggak! Bibi ke belakang dulu ya, ada yang harus bibi kerjakan.'' pamit bi Surti.

Daisha terkekeh melihat kepanikan bi Surti.

''Mama, memangnya calon istri itu apa, ma?'' tanya Arka yang ternyata mendengar ucapan bi Surti.

''Hah? Calon istri ya, em.. calon istri itu calon pasangan atau pendamping hidup seorang suami atau laki-laki.'' jawab Daisha kebingungan.

''Kenapa Arka tanya hal itu?''

''Kata bi Surti tadi, mama ini calon istrinya papa kan?''

''Hah! Bukan-bukan. Arka salah denger kok tadi. Jangan dibahas lagi ya sayang.'' ucap Daisha.

Di sebuah kantor elit di pusat kota, Rendi memperhatikan putranya yang sedang menghabiskan waktunya bersama Daisha di rumah.

''Kenapa Arka begitu patuh dan menurut sekali dengan perempuan itu?''

Sejak menerima kabar jika Daisha bersedia menjadi pengasuh anaknya, Rendi menambahkan cctv di setiap sudut rumahnya. Dengan begitu, ia bisa memantau perkembangan sang buah hati yang kini berada jauh dari jangkauannya.

''Semoga ini memang yang terbaik.'' ucap Rendi dengan senyum tipis melengkung di sudut bibirnya.

Berkali-kali ia kembali melihat pantulan layar cctv di ponselnya. Sungguh, ia merasa tidak tenang Arka berada jauh dari sisisnya. Selama ini Arka selalu berada di dekatnya kemanapun ia pergi, bahkan jika ke kantor pun Arka selalu ikut bersamanya.

''Tidak bisa di biarkan. Kalau begini terus bisa kacau pekerjaanku. Aku harus selesaikan ini dengan cepat!'' ucap Rendi.

...ΩΩΩ...

Sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah ibu Rahayu. Nampak seorang perempuan paruh baya dengan gaya anggun dan berkelas yang masih tetap mempesona tengah berdiri di dekat mobil itu.

''Maaf, anda mencari siapa ya?'' tanya Ibu Rahayu yang heran melihat tamu yang datang ke rumahnya akhir-akhir ini dari kalangan atas dan bangsawan.

''Rahayu!'' ucap wanita paruh baya itu sambil membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidup mancungnya.

''Anda kenal dengan saya?'' tanya ibu Rahayu bingung.

''Ya, benar kamu adalah orang yang saya cari selama ini. Kamu istrinya Rama kan?''

''Anda kenal dengan suami saya juga?'' tanya ibu Rahayu masih belum mengenali tamunya tersebut.

''Kenalkan, aku adiknya Miya dan Mas Pras Atmaja.''

Deg! Jantung ibu Rahayu seolah berhenti berdetak untuk sepersekian detik.

''Silahkan masuk dulu.'' ucap ibu Rahayu mempersilakan tamunya masuk ke rumahnya.

Episodes
1 Sepatah kata
2 Senyum dan Luka
3 Rahasia
4 Pesawat kertas
5 Cucu instan
6 Kekhawatiran seorang ayah
7 Harapan
8 Tersadar
9 Anak senja
10 Sebuah keputusan
11 Kata bijak?
12 Misi rahasia
13 Calon istri
14 Hari H
15 Tom & Jerry
16 Sesederhana itu..
17 Teman baru?
18 VISUAL
19 Debar dan getar
20 Resah & gelisah
21 Bagai kepompong
22 Hilang
23 Menikah?
24 Mikir & dzikir
25 Diam seperti kupu, bergerak seperti suhu
26 Teman sepermainan
27 Viral
28 Datang kembali
29 Menerka-nerka
30 Sapu tangan
31 Waktu yang berbeda
32 Yang sebenarnya
33 I'm okay
34 Waktu yang berbeda
35 Sorot teduh
36 Benci jadi cinta
37 Berhenti melangkah
38 Menjadi bayang-bayang
39 Saat terakhir
40 Canda
41 Menghapus jejak
42 Rumah impian
43 Yang tersembunyi
44 Membuka tabir
45 Dilema
46 Monolog hati
47 Rahasia besar
48 Kejujuran hati
49 Skenario Tuhan
50 Sebuah kisah
51 Penerimaan utuh
52 Sebuah prediksi
53 Sebuah pertanyaan?
54 Persiapan
55 Dalam pesta
56 Kisah romantis
57 Restu
58 Undangan
59 Malam panjang
60 Merangkai kisah
61 Sajak pengantin baru
62 Pindah
63 Sudah waktunya
64 Arti
65 My Universe
66 Garis biru
67 Kehadiranmu
68 Drama
69 Family gathering
70 Hilang
71 Terhentak
72 Terima kasih, Pesawat Kertas
73 Yuk mampir
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Sepatah kata
2
Senyum dan Luka
3
Rahasia
4
Pesawat kertas
5
Cucu instan
6
Kekhawatiran seorang ayah
7
Harapan
8
Tersadar
9
Anak senja
10
Sebuah keputusan
11
Kata bijak?
12
Misi rahasia
13
Calon istri
14
Hari H
15
Tom & Jerry
16
Sesederhana itu..
17
Teman baru?
18
VISUAL
19
Debar dan getar
20
Resah & gelisah
21
Bagai kepompong
22
Hilang
23
Menikah?
24
Mikir & dzikir
25
Diam seperti kupu, bergerak seperti suhu
26
Teman sepermainan
27
Viral
28
Datang kembali
29
Menerka-nerka
30
Sapu tangan
31
Waktu yang berbeda
32
Yang sebenarnya
33
I'm okay
34
Waktu yang berbeda
35
Sorot teduh
36
Benci jadi cinta
37
Berhenti melangkah
38
Menjadi bayang-bayang
39
Saat terakhir
40
Canda
41
Menghapus jejak
42
Rumah impian
43
Yang tersembunyi
44
Membuka tabir
45
Dilema
46
Monolog hati
47
Rahasia besar
48
Kejujuran hati
49
Skenario Tuhan
50
Sebuah kisah
51
Penerimaan utuh
52
Sebuah prediksi
53
Sebuah pertanyaan?
54
Persiapan
55
Dalam pesta
56
Kisah romantis
57
Restu
58
Undangan
59
Malam panjang
60
Merangkai kisah
61
Sajak pengantin baru
62
Pindah
63
Sudah waktunya
64
Arti
65
My Universe
66
Garis biru
67
Kehadiranmu
68
Drama
69
Family gathering
70
Hilang
71
Terhentak
72
Terima kasih, Pesawat Kertas
73
Yuk mampir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!