Sesederhana itu..

Momentum perpisahan memang menjadi sesuatu peristiwa yang berkesan dan akan dapat diingat seumur hidup.

Begitu pula bagi Daisha dan Beni. Mereka sangat bersyukur karena telah berhasil menyelesaikan studinya. Daisha, Naya, dan Beni sebenarnya sudah menjalin hubungan pertemanan sejak mereka pertama kali masuk di bangku SMA. Dan kini hubungan pertemanan mereka semakin terjalin akrab hingga sekarang meskipun sering dibumbui cekcok dan perdebatan yang kocak dan menghadirkan tawa. Namun, dari ketiga sahabat itu, hanya Naya yang kurang beruntung karena tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas, hal itu lantaran keterbatasan biaya orang taunya.

''Ini kita cuman mau berdiri di sini terus nih?'' tanya Beni dengan maksud yang sudah bisa ditebak oleh mereka.

''Sana balik lagi lu ke nyokap bokap lu! Kehadiran lu di sini nggak diterima.'' usir Naya.

''Apa sih, Nay. Sentimen banget sih kamu sama abang Beni.'' jawab Beni.

''Dih.'' gerutu Naya sebal.

''Bisa diem nggak sih kalian. Lama-lama aku kawinin juga nih!'' sela Daisha.

''Dia tuh, Sha. Mulai duluan.''

''Enak aja, tuh dia tuh yang mancing-mancing emosi abang Beni, neng Shasha.''

''Haduh, pusing ibu dengernya. Kita pulang ke rumah aja yuk, ibu udah siapkan masakan yang spesial untuk kalian.'' ucap ibu Rahayu.

''Gas kuy, abang nggak bakalan nolak kebaikan calon mertua deh.'' jawab Beni.

''Tuh, kan semangat banget dia kalau soal makan gratis.'' ucap Naya.

''Kata orang tua, rejeki itu nggak boleh di tolak.'' bela Beni.

''Ngeles aja!''

''Bodo!'' ucap Beni.

''Arka, kamu jangan dengerin omongan orang-orang ini ya. Nggak ada faidahnya.'' ucap Daisha pada Arka yang nampak diam memperhatikan perdebatan itu.

''Iya, Ma. Udah gede masih suka berantem.'' ucap Arka dengan gaya cueknya.

''Tuh, dengerin anak kecil aja tau.'' sahut Daisha.

Setelah drama perdebatan antar sahabat itu sedikit bisa dikondisikan, mereka berjalan menuju parkiran mobil. Dan Daisha baru tersadar ketika hendak mencari kunci mobilnya.

''Ya ampun, tadi kan kita berangkatnya sama Pak Rendi.'' ucap Daisha menepuk jidatnya.

''Iya, juga ya. Kenapa jadi lupa sih. Gara-gara si Beben ini pasti!'' ucap Naya.

''Tuh kan, mulai lagi. Bilang aja pikiran kamu tuh nggak bisa jauh-jauh dari abang Beni, kan?'' jawab Beni.

''Kepedean banget, sih lu!'' gerutu Naya.

''Ngomong-ngomong Pak Rendi siapa sih?'' tanya Beni keheranan karena berulang kali mereka menyebutkan nama itu dalam beberapa percakapan yang terjadi.

''Calon lakinya Daisha.'' jawab Naya.

''Hah? Neng Shasha beneran udah punya calon laki? Ini pasti bercanda nih, abang nggak suka ah.'' protes Beni.

''Di aminkan nggak bu?'' tanya Naya pada ibu Rahayu.

''Ya gimana Daisha aja.'' ucap ibu terkekeh.

''Ibu jangan ikut-ikutan deh.''

''Bareng mobil aku aja, yuk.'' ajak Beni yang sudah siap dengan mobilnya.

''Nggak enak lah, Ben. Masa main tinggal aja Pak Rendinya.'' ucap Daisha.

Setelah menunggu beberapa menit, Rendi pun datang membawa mobil mewahnya itu ke arah Daisha dan keluarganya.

''Buset, cakep bener tuh, mobil.'' ucap Beni takjub.

''Itu air liurnya mohon kondisikan!'' ucap Daisha terkekeh.

''Sial*n!''

''Masuk!'' perintah Rendi.

''Eh Nay, kamu bareng sama abang!'' Beni menarik kerah baju Naya untuk masuk ke mobilnya.

''Iya, iya. Nggak usah ditarik segala kali. Dikira anak kucing kali ah.'' protes Naya menghempaskan tangan Beni dari kerah bajunya.

Sepanjang perjalanan pulang, Arka menjadi sedikit berbeda dan terlihat sedikit mengabaikan segala ucapan Daisha. Semua pun nampak heran melihat sikap Arka yang tidak seperti biasanya itu.

''Arka, setelah ini kita makan dulu ya di rumah mama. Eyang Rahayu udah masakin makanan yang spesial untuk Arka.'' ucap Daisha.

''Nggak mau!'' jawab Arka ketus.

''Lho kenapa cucu eyang nggak mau makan di rumah eyang? Eyang jadi sedih deh.'' tanya ibu Rahayu.

''Arka marah sama mama!''

''Marah sama mama? Marah kenapa, sayang?'' tanya Daisha heran.

''Arka nggak suka mama deket-deket sama om yang tadi.''

''Om?'' ucap Daisha berpikir keras.

''Oh, Beni. Dia itu temen mama sayang, dia namanya om Beni. Om Beni baik kok orangnya.'' jawab Daisha.

''Pokoknya Arka nggak mau mama deket-deket sama om itu!''

''Duh, anak mama lagi cemburu ya ternyata. Kamu lucu banget kalau lagi ngambek, gini.'' ucap Daisha menengok ke arah belakang.

Arka hanya melipat kedua tangannya di dadanya. Bibirnya sedikit manyun dan memalingkan wajahnya dari tatapan Daisha. Hal ini membuat Daisha dan Ibu Rahayu pun menjadi tertawa gemas melihat sikap Arka yang begitu posesif kepada Daisha.

''Arka jangan ngambek, dong. Kalau ngambek nanti jadi jelek, lho.'' goda Daisha.

''Pokoknya Arka marah sama mama!''

''Arka sayang, kita nggak boleh kaya gitu. Kita harus berteman sama siapa aja. Apa lagi, om Beni kan orangnya baik dan dia juga temen mama, nak.'' ucap Daisha mencoba memberi pengertian pada Arka.

Dari sudut kemudi, Rendi memperhatikan interaksi yang terjadi. Dan ia pun menjadi ikut penasaran tentang siapa lelaki yang dicemburui olah putranya tersebut.

Setelah beberapa menit perjalanan, kini mereka telah sampai kembali di rumah Daisha.

''Ayo, masuk dulu. Ibu akan siapkan makanannya dan bawa ke depan.''

''Iya, bu.''

Daisha dan Naya membantu ibu Rahayu memindahkan makanan ke ruangan keluarga yang kini sudah tergelar sebuah permadani di sana. Sedari tadi Beni menjadi lebih banyak diam setelah mengetahui siapa sosok Rendi yang sedari tadi teman-temannya itu bicarakan. Ia menjadi sedikit kurang percaya diri jika berada di samping seorang Rendi Atmaja.

''Saingan berat ini mah, tapi nggak boleh menyerah!'' ucap Beni dalam hati.

''Oh, ternyata ini yang Arka maksud tadi. Biasa saja.'' ucap Rendi dalam hati pula.

Setelah beberapa menu masakan tersaji di hadapan mereka, kini mereka pun duduk mengitari makanan itu.

''Nak Rendi, nggak papa kan makan sambil lesehan begini?'' tanya Ibu Rahayu merasa tak enak hati.

''Nggak papa, bu. Sepertinya lesehan begini seru juga.'' jawabnya.

''Ya sudah, ayo makan dulu. Ibu yang masak lho ini.'' ucap ibu Rahayu.

''Nggak usah berebut, semua kebagian!'' ucap Daisha mengambil alih centong nasi dari kedua tangan sahabatnya yang hendak berebut centong nasi.

Arka kini telah kembali duduk di pangkuan Daisha. Setelah memberi pengertian pada Arka, kini ia sudah kembali lengket dengannya. Arka menghabiskan makanannya dengan begitu lahap dari suapan tangan pengasuhnya tersebut. Suasana makan siang itu terasa begitu ramai, rusuh, dan juga gaduh oleh tingkah ketiga sahabat yang kini mulai beranjak dewasa itu. Meskipun makan dalam suasana kesederhanaan, mereka tampak bahagia dan tak pernah berkeluh kesah sedikitpun. Dalam benak Rendi, ia merasa belum pernah merasakan suasana kehangatan dan keakraban seperti yang keluarga Daisha tunjukkan saat ini. Apalagi semenjak mengenal keluarga Daisha, sikap putranya perlahan mengalami perubahan yang membaik.

Episodes
1 Sepatah kata
2 Senyum dan Luka
3 Rahasia
4 Pesawat kertas
5 Cucu instan
6 Kekhawatiran seorang ayah
7 Harapan
8 Tersadar
9 Anak senja
10 Sebuah keputusan
11 Kata bijak?
12 Misi rahasia
13 Calon istri
14 Hari H
15 Tom & Jerry
16 Sesederhana itu..
17 Teman baru?
18 VISUAL
19 Debar dan getar
20 Resah & gelisah
21 Bagai kepompong
22 Hilang
23 Menikah?
24 Mikir & dzikir
25 Diam seperti kupu, bergerak seperti suhu
26 Teman sepermainan
27 Viral
28 Datang kembali
29 Menerka-nerka
30 Sapu tangan
31 Waktu yang berbeda
32 Yang sebenarnya
33 I'm okay
34 Waktu yang berbeda
35 Sorot teduh
36 Benci jadi cinta
37 Berhenti melangkah
38 Menjadi bayang-bayang
39 Saat terakhir
40 Canda
41 Menghapus jejak
42 Rumah impian
43 Yang tersembunyi
44 Membuka tabir
45 Dilema
46 Monolog hati
47 Rahasia besar
48 Kejujuran hati
49 Skenario Tuhan
50 Sebuah kisah
51 Penerimaan utuh
52 Sebuah prediksi
53 Sebuah pertanyaan?
54 Persiapan
55 Dalam pesta
56 Kisah romantis
57 Restu
58 Undangan
59 Malam panjang
60 Merangkai kisah
61 Sajak pengantin baru
62 Pindah
63 Sudah waktunya
64 Arti
65 My Universe
66 Garis biru
67 Kehadiranmu
68 Drama
69 Family gathering
70 Hilang
71 Terhentak
72 Terima kasih, Pesawat Kertas
73 Yuk mampir
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Sepatah kata
2
Senyum dan Luka
3
Rahasia
4
Pesawat kertas
5
Cucu instan
6
Kekhawatiran seorang ayah
7
Harapan
8
Tersadar
9
Anak senja
10
Sebuah keputusan
11
Kata bijak?
12
Misi rahasia
13
Calon istri
14
Hari H
15
Tom & Jerry
16
Sesederhana itu..
17
Teman baru?
18
VISUAL
19
Debar dan getar
20
Resah & gelisah
21
Bagai kepompong
22
Hilang
23
Menikah?
24
Mikir & dzikir
25
Diam seperti kupu, bergerak seperti suhu
26
Teman sepermainan
27
Viral
28
Datang kembali
29
Menerka-nerka
30
Sapu tangan
31
Waktu yang berbeda
32
Yang sebenarnya
33
I'm okay
34
Waktu yang berbeda
35
Sorot teduh
36
Benci jadi cinta
37
Berhenti melangkah
38
Menjadi bayang-bayang
39
Saat terakhir
40
Canda
41
Menghapus jejak
42
Rumah impian
43
Yang tersembunyi
44
Membuka tabir
45
Dilema
46
Monolog hati
47
Rahasia besar
48
Kejujuran hati
49
Skenario Tuhan
50
Sebuah kisah
51
Penerimaan utuh
52
Sebuah prediksi
53
Sebuah pertanyaan?
54
Persiapan
55
Dalam pesta
56
Kisah romantis
57
Restu
58
Undangan
59
Malam panjang
60
Merangkai kisah
61
Sajak pengantin baru
62
Pindah
63
Sudah waktunya
64
Arti
65
My Universe
66
Garis biru
67
Kehadiranmu
68
Drama
69
Family gathering
70
Hilang
71
Terhentak
72
Terima kasih, Pesawat Kertas
73
Yuk mampir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!