Beberapa waktu sebelumnya
Sebelum tiba di rumah Papa Gunawan dan Mama Niar.
Begitu mereka hampir tiba di kediaman rumah utama Gunawan seketika mobil yang digunakan Senja dan Cakra tiba-tiba saja bertingkah, mogok sendiri tanpa sebab, hal tersebut sontak membuat Cakra mengerutkan keningnya.
"Tumben?"
Ini kali pertama Cakra mengeluarkan suaranya, berpikir jika mobil itu seharusnya tidak bermasalah, apalagi masih tergolong sangat baru dan belum digunakan setahun yang lalu.
dan posisi mogok nya sangat tidak menguntungkan, Mobil mereka mogok di bagian muka jalan menanjak.
Cakra menghela kasar nafasnya, melihat hal tersebut sontak membuat senja mengerutkan keningnya.
"Ada apa?"
Pada akhirnya Senja bertanya, menoleh kearah Cakra untuk beberapa waktu kemudian dia menatap kearah jalanan depan.
Semua terlihat sepi, tidak paham mereka ada di mana saat ini, tapi sepertinya mereka tidak lagi berada di pusat kota, jalanan menanjak ada di depan, dimana disisi kiri dan kanan terlihat barisan bangunan rumah bertingkat dan mewah-mewah.
Senja pikir mereka pasti berada di kawasan komplek perumahan mewah dan elit.
apakah masih jauh atau tidak menuju ke arah rumah orang tua Cakra dia juga tidak paham.
"Entahlah"
laki-laki tersebut menjawab cepat, memilih mencoba menstater mobilnya sekali lagi tapi tidak mendapatkan sedikit pun respon pada mesinnya.
Seperti nya benar kata Nabila Minggu-minggu kemarin saat kakak perempuan nya berkata.
Ada yang aneh dengan mobil mu, coba bawa ke dealer, kalau memang tebakan ku benar, injektor nya pasti kena, ini mungkin karena dibawa ke perjalanan jauh hingga ke Bali oleh pak Umar tanpa istirahat selama hampir sebulan.
pada akhirnya Cakra memilih turun, membuka kap mobil nya secara perlahan, laki-laki tersebut menghela kasar nafasnya sembari menatap kearah dalam mesin.
Entahlah apa yang sebenarnya dia pikirkan, tapi laki-laki tersebut memilih tidak mengeluarkan sedikitpun suaranya, dia lebih suka diam ketimbang memperkeruh suasana.
sedangkan di dalam mobil senja menetap p ke arah Cakra yang sibuk pada mesin mobilnya di depan sana, laki-laki tersebut dapat menggulung lengan pakaiannya dengan cepat, seakan-akan sesuatu yang buruk terjadi pada mesin mobil yang mereka naiki itu.
cukup lama Cakra berada di dalam posisinya hingga pada akhirnya laki-laki tersebut meyakini jika mesin mobilnya jelas sangat tidak baik-baik saja dan mereka tidak mungkin lagi membawa mobil tersebut untuk naik ke atas menuju ke arah rumah utama keluarga Gunawan.
Dia pada akhirnya langsung menutup kap mobil miliknya tersebut kemudian Cakra berjalan memutar, mendekati pintu mobil dimana senja kini berada, hal itu membuat gadis tersebut langsung menoleh begitu Cakra membukakan pintu untuk dirinya.
"apa tidak bisa?"
senja tampak bertanya dengan sedikit khawatir.
alih-alih menjawab pertanyaan dari senja, Cakra berkata.
"Bisa jalan?"
Laki-laki tersebut bertanya dengan cepat.
mendapat pertanyaan seperti itu seketika membuat Senja mengerutkan keningnya, gadis tersebut langsung menganggukkan kepalanya.
"tidak begitu jauh lagi, hanya saja jalan menanjak akan terasa cukup melelahkan"
lagi Cakra bicara, diikuti anggukan senja sekali lagi.
Gadis cantik itu beringsut, memilih turun dari mobil tersebut dan mulai mengikuti langkah Cakra, untungnya langit malam begitu cerah ditemani semilir lembut angin yang mampu memangkas lelah dalam perjalanan menuju ke rumah di ujung sana melewati jalanan sedikit menanjak.
kesulitan penjelasan ini adalah dia menggunakan sepatu heels yang sedikit tinggi hingga membuat kakinya cukup merasa sakit ketika dia memaksakan dirinya untuk berjalan di area jalanan menanjak.
gadis tersebut sama sekali tidak mengeluh, terus melangkahkan kakinya ke depan secara perlahan setelah dirinya dan Cakra memilih meninggalkan mobil yang mereka naiki ketimbang memaksakan diri untuk menyalakan mobil Cakra yang jelas bertingkah.
"Loh nak Cakra?"
Satu suara mengejutkan mereka ketika mereka belum terlalu jauh berjalan, rupanya itu adalah penghuni salah satu rumah di sisi kiri mereka saat ini, seorang bapak-bapak yang masih menggunakan peci dan kain sarung terlihat melebarkan senyumannya saat melihat Cakra, menyapa laki-laki itu dengan begitu ramah.
"Pak"
Cakra menjawab cepat saat menyadari siapa yang bicara dan menyapa dirinya, laki-laki tersebut bergerak mendekat dan memberikan salam.
sang laki-laki tua tersebut mengembang senyuman kecil nya sambil bertanya.
"Mobilnya kenapa?"
dia jelas mengurutkan keningnya mencoba untuk menoleh ke sisi kanannya di bagian bawah sana.
"Macet pak, di sana"
Cakra menjawab dengan cepat sembari menunjuk ke arah mobilnya.
"Lah kok bisa?"
Bapak itu kembali mengintip untuk beberapa waktu ke arah mobil Cakra yang terparkir dibawah sana tadi didepan rumah salah satu penghuni komplek disana.
"tidak paham pak tiba-tiba saja mati begitu saja"
mendapatkan jawaban dari Cakra bapak itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"mau didorong atau bagaimana? nanti bapak bisa minta bantuan sama tetangga sekitar"
laki-laki tersebut menawarkan jasanya pada Cakra namun secepat kilat Cakra berkata.
"Nanti ada pak Umar yang nyusul kemari untuk menariknya"
Mendengar penjelasan Cakra bapak itu manggut-manggut tanda mengerti, kemudian mata nya tertuju pada Senja.
"Bawa Calon istri?"
Dua kalimat tersebut meluncur dari bibir laki-laki tua tersebut, dia melirik kearah Senja gadis muda yang sebenarnya masih terlalu belia.
kalau tidak salah menebak usia nya pasti belum lewat kepala dua, terlalu muda untuk menikah, laki-laki itu pikir laki-laki seusia Cakra dengan kehidupan mapan dan wajah tampan nya jelas bisa mendapatkan gadis muda manapun yang dia mau.
Sayang hati nya mati selama 6 tahun ini, memilih tidak tertarik pada pun termasuk tawaran istri nya yang minta di dekatkan sama Cakra dengan ibu Niar yang berakhir penolakan halus dimana Cakra berkata dia masih belum bisa membuka hati nya.
jadi malam ini cukup terkejut saat melihat Cakra mulai membuka hati, membawa gadis muda menuju ke rumah orang tuanya.
mendengar pertanyaan laki-laki tua di hadapan mereka, senja menundukkan kepalanya, memilih menyalami bapak itu sambil mengembangkan senyuman kecil nya, tidak berani berlebihan, selain menjaga adab, menghargai suami nya menjadi prioritas Senja.
Cakra tidak menjawab, hanya mengulum senyuman sambil berkata.
"Kami pamit pak, sudah ditunggu di rumah Mama"
laki-laki tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya, tidak ingin sakit hati atas pertanyaan nya yang tidak dijawab sama sekali.
Senja terlihat diam tidak bergeming, kembali menundukkan kepalanya lantas melangkah mengikuti Cakra.
hatinya cukup terluka, sadar kapasitas jika dia bukan siapa-siapa, saat Cakra memilih tidak menjawab pertanyaan bapak tadi dia sadar pernikahan mereka hanya settingan belaka.
Aku hampir lupa.
batin gadis tersebut pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
jalani aja seperti air mengalir senja
basahi aja cakra dgn air,lama kelamaan setetes demi setetes pasti akan membuatnya sejuk.
2023-06-27
1
Triiyyaazz Ajuach
hanya sabar yg Senja pnya
2022-12-20
0
Ersa
senja akan indah pada waktunya
2022-11-27
2