berusaha menerima

....

Di dalam Mobil perasaan Kedua nya saling bercampur aduk, Olive juga bingung mengapa ia sampai bertindak seperti itu, ia rasa urat malu nya sudah benar-benar putus.

Sedangkan Revan ia hanya diam, dia bingung harus berbicara mulai dari mana, tindakan Olive barusan sungguh mengejutkan nya, mengapa gadis itu harus melakukan nya di depan Citra.

Apa ia benar-benar tidak malu mengakui diri nya, Revan butuh alasan mengapa Olive mau melalukan hal itu, jika pun ada Cara, Olive tidak perlu bertindak seperti itu.

"Apa lo lihat-lihat Gue?" cetus Olive menatap dingin Revan.

Revan terdiam, ia berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat agar tidak salah bicara dengan Olive.

"Lo seharus nya nggak perlu ngelakuin itu untuk membuktikan jika kita sudah menikah-"

"Memang nya kenapa? Lo nggak mau? Gue salah gitu ngakui lo, dan beri bukti itu ke Citra? Gue juga terpaksa ngelakuin itu, gue nggak mau di anggap pembohong karna Gue nggak pakai cincin pernikahan kita," Sahut Olive dengan nada Marah.

Deg!

Jadi tindakan Olive barusan hanya karena terpaksa, Revan mengerti, sekarang itulah alasan Olive, tapi perasaan nya sedikit sakit, begitu Olive mengatakan jika ia hanya terpaksa.

'Sadar Revan, lo nggak perlu ngerasa aneh gini, Seharus nya lo senang, Olive sudah mau mengakui siapa lo' Batin Revan.

Olive menghela nafas panjang, ia menghentikan mobil nya di tepi jalan, Revan yang melihat Itu hanya diam, diam kebingungan, apa Olive akan memarahi nya.

"Maaf, Gue emang selalu nyusahin lo, Gue janji, lo marah ya?" ujar Revan pelan.

Olive menaikan sebelah alis nya, "Marah? Gue nggak marah sama lo, seharus nya Gue yang minta maaf sama lo."

"Ucapan Gue barusan lupain aja, mulai hari ini Gue akan berusaha nerima keadaan lo, dan berusaha mencintai lo sebagai suami Gue, dan lo juga harus berusaha melakukan hal yang sama," jelas Olive dengan nada tenang.

Revan tidak mengerti dengan perasaan olive, namun ucapan Olive barusan, membuat nya sadar jika Olive memang sedang berusaha merima keadaan nya.

"Ta-tapi Gue nggak mau lo malu punya suami cacat dan nggak berguna kayak Gue," ucap Revan menundukkan lesuh kepala nya.

"Gua nggak mau ngerepotin lo terus, Gue siap kok, kalau mau kita pi-"

"Tatap mata Gue, ketika berbicara Revan." Olive mengangkat dagu Revan, ia mengarahkan pandangan Cowok itu ke arah nya.

Sorot mata kedua nya saling bertemu, beberapa saat pandangan  kedua nya saling terkunci.

"Gue nggak peduli mau keadaan lo lumpuh atau nggak berguna, Gue udah berusaha terima lo, Gue mau kita jalani dulu hal ini, dan Gue mau lo juga berusaha untuk terima keadaan lo, jangan pernah benci diri lo sendiri," jelas Olive dengan nada santai.

Revan menganguk patuh, ia rasa ucapan Olive ada benar nya, namun apa bisa ia tidak membenci diri nya sendiri.

'Andai lo tahu kenapa Gue benci diri Gue sendiri, mungkin saat itu lo juga akan benci sama Gue, seperti yang lain nya,' Batin Revan.

Revan hanya diam, dengan perlahan Olive menempelkan punggung tangan nya ke kening Revan.

"Lo demam kan, pantas Pucat," guman Olive.

Revan masih terdiam, ia merasakan detak jantung nya semakin bergejolak kencang. Apa ini karna penyakit nya kambuh.

Olive segera mengalihkan pandangan nya kembali fokus ke depan, ia menyalakan mesin mobil, segera menancap gas dengan kecepatan rata-rata.

'Sial! Jatuh cinta itu memang sulit, tapi kenapa perasaan Gue sekarang kerasa aneh banget ya allah,' batin Olive.

*****

Di sisi lain terlihat Ilham dan Dion yang tidak menyangka dengan apa yang mereka dengar, Olive dan Revan sudah menikah.

"Gue nggak nyangka kalau Revan sama Olive udah nikah, kagak ngundang kita juga," gerutu Ilham.

"Seperti nya pernikahan mereka di rahasiakan, mungkin nggak ada yang di undang juga, dan bahkan banyak yang nggak tahu,'"sahut Dion.

"Benar sih, tapi kenapa bisa mereka nikah?Olive aja dulu benci banget sama Revan," heran Ilham.

"itukan dulu, Gue rasa Olive sekarang udah berubah, dan mungkin saja mereka memang berjodoh," ujar Dion bijak.

Ilham menganguk patuh, ia teringat suatu hal.

"Kenapa berhenti?" tanya Dion.

"Tas Gue ketinggalan dikelas," jawab Ilham menepuk jidat nya.

Saat kedua nya hendak melangkah, muncul seseorang yang tidak di duga, itu Laras.

"Dimana Olive?Gue mau ngomong sesuatu sama dia," tanya Laras dengan nada dingin.

Dion hanya diam, laras tidak akan mengerti jika ia jawab sekalipun.

"Dia sudah pulang dengan Revan tadi," jawab Ilham jujur.

"Dengan Revan? Dasar anak itu, ada ada saja tingkah aneh nya," celoteh Laras geleng-geleng kepala.

Dion tiba-tiba saja melangkah pergi ke kelas, ia meninggalkan Ilham dan Laras berduaan saja.

Ilham paham akan mengapa Sikap Dion, anak itu memberikan nya waktu untuk berbicara dengan Laras.

"Laras, Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Ilham hati-hati.

"Apa? Cepatlah Gue nggak punya banyak waktu," tegas Laras.

"Gue mau lo terima ini, semoga lo su-"

Belum sempat menyelesaikan ucapan nya, Surat yang ia sodorkan sudah di ambil paksa oleh Laras, dan tanpa mau membaca surat itu sedikitpun, Gadis itu langsung merobek nya di depan mata Ilham.

"Kenapa di sobek? lo nggak mau baca dulu?" tanya Ilham pelan.

Laras menaikan sebelah alis nya, "Isi nya akan tetap sama dengan semua surat yang lo kasih ke Gue, sampai kapan pun tetap satu jawaban Gue."

"jangan ngarep," tegas Laras.

Gadis itu melemparkan sampah kertas yang ia sobek ke depan wajah Ilham, cowok itu hanya bisa pasrah.

Hati nya terasa hancur, apa tidak akan kesempatan untuk dia.

"Maaf Gue cuma mau lo tau, Gue cinta sama lo, tolong kasih kesempatan untuk Gue," ucap Ilham menundukkan kepala nya.

"Mendingan lo buang perasaan lo jauh-jauh, sampai kapan pun Gue nggak akan suka sama orang tuli kayak lo," hina Laras.

Gadis itu menatap Ilham penuh dengan rasa jijik. Ilham tahu Ia kesulitan mendengar, namun itu bukan berarti Ia tidak dapat mendengar sama sekali.

Selagi masih ada alat bantu pendengaran, ia masih bisa mendengar ucapan orang-orang. Walau hanya jarak dekat, jika jarak jauh ia sudah tidak dapat mendengar apa-apa.

"Apa nggak ada Kesempatan untuk Gue?Gue mohon kasih Gue kesempatan satu kali aja," mohon Ilham.

Bugh!

"Aarrgh!"

Laras mendorong tubuh Ilham, cowok itu terjatuh, bokong nya pun mencium lantai dengan kasar.

"Kesempatan? Nggak ada kesempatan untuk lo, berhenti ganggu Gue."

Laras pergi meninggalkan Ilham yang hanya bisa meratapi rasa sakit hati nya, Laras terus menolak nya sekalipun Ia mati-matian mengutarakan perasaan  nya.

Selama ini Ilham sudah berusaha menerima keadaan nya, berusaha untuk memendam perasaan nya pada Laras.

Namun tidak bisa.

'Maaf Gue nggak bisa jadi orang sempurna yang berguna untuk lo.'

******

Terpopuler

Comments

Dewi Majid

Dewi Majid

aduuuh kok kisah mereka sesad gini sihh oh ya Allah nga kuaat

2022-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!