Olive hanya diam, ia ragu Revan akan percaya ucapan nya, tentu saja, semua orang saja tidak percaya dengan nya.
Ia dulu bahkan di anggap aneh dan di kucil kan.
"Nggak papa kok Kala-"
"Gue percaya," potong Revan.
Olive terdiam, apa barusan yang di katakan Revan jika ia percaya dengan ucapan nya.
"Lo pasti ketakutan ya? Dia sering ganggu lo kan?" Tanya Revan Khawatir.
Olive menganguk kecil, "iya, Jelek banget muka nya, bau darah lagi,"Sahut Olive menyindir sosok Karla yang berada di samping nya.
"Eh mak lampir! Gue gentayangngin sampai mampus lo!!" cetus Karla kesal.
Bisa-bisa nya Olive menyindir nya secara langsung.
"Jadi mau dia Lo harus nemuin harta itu?" Revan menatap mata indah Sang istri.
"Iya, Kata dia ada di taman belakang sekolah lo," jawab Olive sambil melirik Karla yang kini masih kesal padanya.
'Nggak usah manyung gitu! Mau Gue bacain yasin disini?' Batin Olive.
"Dasar Oli bekas!" cibir Karla kesal.
'Sampah masyarakat lu!'
"Miper!!"
'dugong!'
Olive dan Karla saling mengumpati satu sama lain, hanya beda nya Olive ngumpat nya di dalam hati, jika ia mengumpat langsung dari mulut nya.
Revan akan menganggap nya aneh nanti nya.
"Yaudah besok pulang sekolah lo bisa kok langsung masuk aja ke taman belakang sekolah, tapi ijin satpam dulu," Beritahu Revan dengan nada santai.
Olive menganguk senang, sangking senang nya Reflek gadis itu memeluk tubuh Revan, walau ia harus membungkuk ,tidak masalah.
Kemudian Gadis itu mengecup singkat kening Revan.
Cup!
Cowok itu terdiam kaku, sedangkan Karla ia sudah melotot tajam.
"Anjir! Gua jadi setan nyamuk!"
"Oyy!! Kalau mau bucin jangan disini, banyak setan Zomblo!"
******
Bugh!
Argh!
"Tolong! Gue udah nggak punya uang lagi!"
Seorang Siswi di Dorong menghantam dinding, lalu kaki nya di tendang beberapa kali.
Gadis itu terus memohon agar Orang tersebut mengampuni nya, namun ia semakin gencar memukul nya.
Saat satu pukulan hendak melayang di wajah nya.
Brak!
Sebuah kursi di tendang menghantam dinding hingga kaki kursi patah. Itu ulah seorang Gadis cantik dengan kancing kera terbuka, terlihat sebuah kalung silver polos melingkar di leher nya.
"Olive!" kaget seorang Gadis, ia adalah Laras.
Laras yang tengah asik memalak dan membully Siswi tersebut.
"Ngapain lo disini?" Tanya Laras kaget.
Olive menghela nafas panjang. Ia duduk di salah satu kursi, kemudian menatap Laras dengan wajah dingin nya.
"Butuh duit berapa lo?" Tanya Olive dengan menaikkan sebelah alis nya.
Laras mengerutkan kening nya, "Apa maksud Lo?" Tanya Laras, "lo mau bantu Gue?"
"Berhenti bully mulai hari ini, Lo butuh duit kan? Gue kasih berapapun yang lo mau, asal lo berhenti bully dan malak Murid lagi," beritahu Olive dengan nada santai.
Laras terdiam kemudian ia melepaskan Siswi tersebut, Siswi itu segera lari meninggalkan kelas kosong tersebut, di dalam hanya tinggal Olive dan Laras.
Laras heran mengapa Olive begini, dulu Gadis itu lah yang menyuruh nya memalak dan membully siapapun. Agar Gadis itu bisa mendapatkan uang.
"Kenapa peraturan lo berubah gini? Biasa nya lo pelit sama Gue, Bahkan Gue jadi sahabat lo karna Gue punya utang sama lo, dan lo yang nyuruh gue seperti ini agar bisa bayar utang ke lo." Laras menghela nafas sejenak, ia berjalan menghampiri Olive.
"Iya tuh kan dulu, sekarang stop lah, Gue udah banyak dosa nih jangan nambah dosa Gue anjir," Ujar Olive.
"Baguslah akhir nya lo sadar."
"Btw, kaki lo nggak sakit?" tanya Laras, tadi tendang Olive cukup kencang tadi hingga membuat Kursi patah.
"Sakit asu!!" Seru Olive sambil melirik kaki kanan nya, itu sebab nya ia langsung duduk tadi.
"Hahahahha!"
"Ketawa aja terus, nggak bakal Gue kasih duit lo."
"Jangan gitu dong, Gue butuh duit nih, lo ada nggak 50 juta aja?" tanya Laras memelas.
"Lo meras Gue?"
Laras terkekeh, "lo kan yang bilang sendiri, kalau lo bakal kasih berapa pun yang Gue mau, ya sekarang lo harus kasih 50 juta ke Gue," Jelas Laras mengulangi ucapan Olive.
"Ok nanti Gue kasih, Gue tambahin deh bonus, dan utang lo yang sama Gue itu anggap aja lunas. Gue nggak butuh duit haram." Olive melangkah pergi dengan di susul oleh Laras.
Laras sepanjang jalan hanya menahan tawa, Olive berjalan dengan pincang, karna ulah nya sendiri yang sok cool.
'Makin bego aja nih orang!'
******
Di sisi lain terlihat Revan yang masih berada di kelas, semua murid sudah keluar ke kantin begitupun dengan ilham dan Dion.
Revan ingin minum obat dulu baru ia ke kantin menyusul kedua sahabat nya, namun saat ia hendak membuka botol obat nya, seseorang merampas botol obat tersebut dari tangan nya.
"Ngapain lo minum beginian?"
Revan melihat ke arah Siswa itu, ia rasa mereka bukanlah murid dari sekolah disini.
"Kembalikan," pinta Revan.
Orang itu dan dua sahabat nya hanya tertawa, kemudian dia berkata ,"Minum obat begini nggak akan bisa bikin lo bisa jalan lagi."
Ucapan Orang itu seperti seakan menjatuhkan Revan.
"Cepat kembalikan," pinta Revan sekali lagi.
"Cih!, nih ambil sendiri." Murid itu melemparkan botol obat Revan ke lantai yang berada cukup jauh dari jangkauan Cowok itu.
Ketiga murid itu melangkah pergi keluar kelas, Revan heran mengapa Murid dari Sma Bintang Bangsa bisa masuk ke Sekolah ini.
'Kalau memang Gue nggak bakal bisa jalan lagi, apa Olive mau terima keadaan Gue?'
Revan berusaha mengambil Botol obat nya di lantai, Namun saat ia hendak menggapai botol obat tersebut, ada seseorang yang menendang kursi roda nya dari arah belakang.
Bugh!
"Aaarrgh!!"
Tubuh Revan menghantam lantai dengan keras hingga membuat sang empu merintih kesakitan.
Revan melihat sekeliling nya, namun tidak ada siapapun disana, padahal baru saja ia merasakan ada yang mendorong kursi roda nya tadi.
'Kenapa tidak ada Orang? siapa yang dorong Gue tadi?'
"Revan!!!"
"Aargh!!"
Revan mendengar dengan jelas suara nyaring dan lirih memanggil nama nya, suara itu sangat keras menggema di seluruh ruangan. telinga Revan terasa sangat sakit, ia menutup kedua telinga dengan telapak tangan.
"Revan!!"
"REVAN!!"
"REVAN!!"
"REVAN!!!!!"
"AARRGH!! HENTIKAN!!"
Suara itu terus memangil nya, semakin keras, Revan Merasa suara itu mendekat, seperti berteriak tepat di telinga nya.
Pandangan Revan mulai kabur, Dada Revan terasa sesak, samar samar ia melihat anak kecil berlari mendekat ke arah nya.
Sayup-sayup Revan mendengar ada yang memanggil nya.
"Kak Revan!"
'Aruna!'
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments