“Mr. Max, mengapa Anda meminta Pauline Polaire berlari mengelilingi lapangan saat jam pelajaran komputer sains?!” tanya Fabio Binary menghentikan Allen Max yang hendak tiduran di kursinya setelah Chad, Guido, Cesare, Arthur meninggalkan kantor guru.
Allen Max melihat malas ke arah Fabio, “Mengapa kau mencampuri otoritasku sebagai petugas patroli? Aku berhak menghukum siswa yang mencoba membolos.”
Fabio mencibir dan berujar, “mengidentifikasi masalah, analisis, kesimpulan. Anda dengan mudah mengatakannya kepada Mr. Bocci, tetapi Anda dengan sesuka hati menghukum Pauline. Dia tidak mencoba membolos, seseorang menguncinya di toilet. Bukan kah Anda yang membuka pintunya.”
“Ya memang, mengapa ada yang menguncinya?”
“Bukan kah itu otoritas Anda untuk mencari tahu? Petugas patroli,” sindir Fabio.
“Jam patroliku sudah selesai,” kilah Allen Max.
“Bukan kah, seharusnya Anda meminta maaf kepada Pauline karena telah salah menghukumnya?” Fabio ingin melihat apakah Allen Max akan konsisten dengan ucapannya ketika menyelesaikan masalah Rico dan Chad.
Allen Max berdiri dari duduknya dan membetulkan pinggangnya yang mungkin keseleo, “Mengapa kau berisik sekali?!” kesalnya. Ia hanya ingin tidur di waktu kosongnya. Allen Max melirik Layar sistem yang diam saja sedari tadi.
Layar jelek itu, ada gunanya juga mengetahui kelemahannya. Dia tidak berani lagi memukulku. Batin Allen Max.
“Hoi Binary!” panggil Allen Max.
Hoi? Batin Fabio tidak terima Allen Max menggunakan kalimat tidak formal dengannya. Dia sudah mengetahui Allen Max memang bukan pribadi yang memilki kesopanan, tetapi dia tetap tidak bisa memakluminya.
“Jika kau senang dengan permintaan maaf, mengapa kau tidak mengucapkan maaf karena gagal mencegah seseorang berbuat kejahatan kepada Pauline?”
Fabio berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan Allen Max. Jika dia terlalu menyudutkan Allen Max, ia takut guru baru yang tidak diketahui asal usulnya itu akan menggunakan kekerasan untuk melawannya.
“Saya permisi Mr. Max, silahkan pergunakan waktu istirahat Anda dengan baik,” katanya dan beranjak pergi meninggalkan kantor guru.
[Misi Anda: Komunikasi
Reward: 200 poin]
Layar pelit itu menaikan jumlah poinnya, karena tidak bisa memukulku? Batin Allen Max.
Dengan tersenyum licik, Allen Max kembali lagi duduk di kursinya.
[Misi Anda: Komunikasi
Reward: 355 poin]
Merasa Layar hologram itu akan terus menaikan poinnya jika dirinya tidak juga bergerak menyelesaikan misi, Allen Max mengangkat kedua kakinya ke atas meja.
Drrt.Drrt! Ponselnye berbunyi sebagai notifikasi ada pesan masuk di ponsel Allen Max.
Dia mengambil ponselnya dan membuka pesan masuk yang diterimanya.
No. Rek xxxx11xx11 ada dana keluar sebesar $250. Saldo akhir: $1
“Apa?! mengapa bisa?” pekik Allen Max membaca pesan singkat banking nya yang membuat palak hati itu.
Dia melirik Layar sistem, dan Layar sistem menunjukkan sebuah animasi senyum lebar yang disusun dari kombinasi angka 0 dan 1.
Ternyata dia lebih licik dari yang kukira.
“Layar jelek kau merampokku?!” seru Allen Max kesal. Ia melirik jammer* yang ada di mejanya. Tidak ada gunanya menghilangkannya sekarang, Batin Allen Max kesal.
(Alat pemutus sinyal)
Dengan terpaksa Allen Max pergi menyelesaikan misi untuk mengembalikan uangnya. Sebenarnya misi mendamaikan sesuatu adalah hal mudah baginya jika dirinya bekerja sebagai assassin, tanpa melakukan komunikasi apapun. Tetapi saat ini dirinya bekerja sebagai seorang guru.
Perdamaian harus dilakukan dengan cara yang manusiawi.
***
.
.
.
Langkah Fabio Binary terhenti karena Allen Max mencegat jalannya yang hendak menuju lab Komputer. Dia mundur selangkah.
“Sebenarnya qku tidak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi di kelas 2-B. Tetapi karena ini menyangkut uangku yang hilang_”
“Mr. Max, Anda ingin mengatakan uang anda yang hilang ada hubungannya dengan murid saya?” tanya Fabio selaku wali kelas 2-B sedikit tidak terima dengan tuduhan Allen Max.
“Ya tentu saja!” jawab Allen Max penuh semangat. “Sudahlah kau tidak perlu panik begitu, karena yang kehilangan uang itu bukan Kau.”
Mendengar tuduhan Allen Max, Fabio merasa harus membala anaknya, “Murid kelas 2-B tidak mungkin men_”
“Pauline pasti sudah memberitahumu tentang siapa orang yang mungkin menguncinya,” tegas Allen Max memotong kalimat Fabio.
Mengingat Kau mengetahui tentangku yang memberinya hukuman lari mengelilingi lapangan, dia pasti memberitahukan semua yang dia ketahui maupun yang tidak diketahuinya. Batin Allen Max.
Fabio mencibir, “Mr. Max apakah kau mencariku karena kau merasa bertanggung jawab sebagai petugas patroli, mencari tahu siapa orang yang mengunci Pauline saat jam istirahat?”
“Ya,”
“Anda tidak perlu khawatir, saya sudah mendamaikan mereka,” jawab Fabio agar Allen tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.
Namun, Allen tetap saja khawatir karena misinya belum selesai dan uangnya masih dirampok oleh Layar Sistem. “Damai biji nenas?” tanya Allen Max
“Bi… biji nenas?”
“Kalau uangku belum kembali artinya belum ada perdamaian abadi!” pekik Allen Max
Fabio mengerutkan dahinya mencoba mencerna arah pembicaraan Allen, “Mr. Max, Apakah Anda mencurigai Natasha Hovey yang mencuri uang anda?”
“Natasha Hovey?” Allen Max tersenyum senang. “Trims! Bro!” ucap Allen Max kepada Fabio.
Dia bergegas meninggalkan Fabio Binary, mencari keberadaan Natasha Hovey.
“Tunggu Mr. Max!!” Fabio Binary yang khawatir Allen Max akan main hakim sendiri dengan menghajar Natasha seperti insiden kemarin, langsung berlari mengejar Allen Max.
Allen Max tiba di depan kelas 2-B bersamaan dengan bel pulang sekolah berbunyi. Murray, guru kimia berkaca mata tebal terlihat kaget begitu melihat Allen Max berdiri menghadang jalannya.
Belum sempat Murray berkata, Allen Max sudah menyingkirkan Murray yang menghalangi jalannya, dan segera masuk ke kelas 2-B.
“Maaf, dia sedang mendapat kemalangan karena uangnya hilang,” ucap Fabio kepada Murray untuk mengurangi rasa kagetnya.
“Oh..”
“Permisi, Mr. Murray,” Fabio segera masuk menyusul Allen Max.
Di dalam kelas, Allen Max hanya berdiri memperhatikan seisi kelas yang tenang. Tidak ada satu muridpun yang berani bergerak karena mereka takut akan di hajar oleh Allen Max.
“Mr. Max?” sapa Fabio, ia bingung apa yang sedang direncanakan Allen Max karena sudah sepuluh menit dia masih bergeming.
Allen Max menoleh ke arah Fabio dengan kesal, “Jadi kau orangnya?”
“Apa?”
Allen Max segera menarik Fabio keluar dari kelas setelah ia selesai menonton tayangan yang dipertunjukkan oleh Layar Sistem tentang asal mula perundungan yang terjadi di kelas 2-B.
“Jika ada murid yang menyontek, itu adalah kesalahanmu,” ucap Allen Max kepada Fabio ketika mereka sudah berada di lab komputer. “Bukan kesalahan mereka yang menyontek.”
“Mr. Max menyontek adalah kejahatan,” tegas Fabio mengikuti Allen Max menggunakan kata ‘kejahatan’.
Allen Max melirik Layar Sistem yang merampok uangnya yang hanya sedikit itu, namun uang tetaplah uang bagi Allen Max.
Aku benci melakukan ini. Batinnya. Ia tidak suka terlalu banyak berinteraksi, dan bicara dengan masyarakat. Karena pembunuh bayaran seperti dirinya harus tetap diam di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments