Helloo! selamat membaca... jangan lupa dukungannya, like dan komen
favorite jika suka
_______🐼🐼🐼
Di ruangan kantor guru yang tenang dan sepi, karena semua guru sedang mengajar di kelasnya masing-masing.
Rico dan teman- temannya terlihat babak belur dengan tertib berjongkok di ruangan guru. Tidak jauh beda dengan Rico, Chad dan Guido juga terlihat memiliki memar.
Arthur Ergard, terpaksa harus turun tangan langsung menangani perkelahian antara siswa ternakal dengan siswa terbudiman. Dia seharusnya tidak menugaskan Allen Max sebagai guru patroli.
Dia menghela napas melihat Cesare Bocci yang tidak terima murid kesayangannya dibuat babak belur oleh murid kelas 2-E. Dan juga Fabio Binary yang ingin protes kepada Allen Max karena salah satu muridnya tidak mengikuti kelas komputernya karena harus berlari mengelilingi lapangan. Keduanya menuntut Arthur Ergard sebagai kepala sekolah untuk menindak Allen Max sebagai penyebab masalah.
Sedangkan Allen Max dengan santai sembari makan es mambo berjalan menuju kantor guru. Ia berniat akan melanjutkan tidur siangnya menunggu bel pulang sekolah berbunyi.
“Mr. Max lihat apa yang dilakukan murid nakal di kelas 2-E kepada temannya!” kata Cesare Bocci begitu melihat kemunculan Allen Max di ambang pintu.
Allen Max melihat segerombolan berandalan remaja sedang berjongkok teratur di depan kantor guru.
Sepertinya kantor guru bukan pilihan yang bagus untuk tidur siang, batinnya. Menyesal otaknya memerintahkan kakinya untuk melangkah ke kantor guru.
[Misi Anda: Komunikasi
Reward: 100 poin]
“1000,” gumam Allen Max sembari melangkah menghampiri Arthur dan juga murid yang babak belur itu.
[105]
Layar pelit ini, kapan dia jadi dermawan? Batin Allen Max.
Allen Max merenggangkan seluruh otot- ototnya. Otot di leher, di lengan, paha, di perut, punggung, dan tidak ketinggalan otot mata juga direnggangkan untuk melancarkan sirkulasi darah.
Arthur, Cesare, dan Fabio secara teratur bergerak menjauh dari Allen Max, karena ia terlihat seperti pegulat yang berjalan menuju ring gulat.
Murid kelas 2-E segera menunduk melihat kedatangan Allen Max, mereka tidak ingin insiden waktu itu terulang kembali, butuh beberapa hari bagi mereka untuk bisa berjalan dengan normal kembali.
“Kalian melakukan sesuatu yang bagus, tidak membuat temanmu masuk rumah sakit,” puji Allen Max yang sudah berdiri di depan murid- muridnya.
Kelima murid kelas 2-E serantak mengangkat kepala mereka melihat Allen Max yang berdiri di depan mereka.
Cesare Bocci yang berpikir Allen Max menggunakan majas ironi untuk memarahi anak asuhnya, tersenyum senang karena murid nakal seharusnya mendapat hukuman.
“Kembali lah ke kelas kalian! Apakah kalian pikir bisa bolos dari pelajaran biologi dengan berada di kantor guru?” ucap Allen Max tersenyum puas karena berpikir ia berhasil menggagalkan rencana muridnya untuk bolos dari pelajaran biologi.
Kelima murid itu dengan ragu- ragu berdiri, dan beranjak meninggalkan kantor guru.
“Mr. Max, mengapa Anda membiarkan mereka lolos begitu saja?!” tanya Cesare tidak terima. Namun nyalinya kembali menciut ketika Allan Max melihat ke arahnya.
“Mr. Max, jika mereka membuat kebrutalan sekali lagi, maka dengan terpaksa mereka akan dikeluarkan dari sekolah ini. Kita tidak bisa membiarkan murid berandalan seperti mereka menjadi bagian dari sekolah ini.”
“Mengapa?” tanya Allen Max.
“Itu adalah hukuman terberat bagi murid yang melanggar aturan sekolah.”
“Bukan kah sekolah ini menjadi sekolah pilihan terakhir?” Allen Max mengingatkan.
“Itu benar, tetapi keberadan murid berandalan akan merusak reputasi sekolah,” tegas Arthur Ergard, “lebih baik membuang sebagian kecil, dari pada merusak keseluruhan,” lanjutnya kemudian.
Allen Max yang telah menyelesaikan misi empatinya, entah mengapa menjadi terusik dengan pernyataan Arthur Ergard. Dia menjadi bergitu berempati kepada kelima murid yang baru saja keluar dari kantor guru.
“Jika mereka sudah terdidik mereka tidak membutuhkan sekolah, yang mereka butuhkan adalah sertifkat,” kata Allen Max enteng.
“Mr. Max, sebuah pengakuan berupa sepotong surat dibutuhkan oleh semua orang.”
“Mereka tidak akan dikeluarkan! Mereka masih memiliki dua kesempatan lagi. Kejadian kali ini tidak terhitung,” tegas Allen Max. Dia beralih menatap Chad dan Guido yang masih berdiri di sana.
“Mr. Cesare, jika Anda senang memberi hukuman, mengapa tidak menghukum Chad lucco?” sindir Allen Max.
“Saya tidak akan menghukum mereka hanya karena Rico dan teman- temannya babak belur. Meraka hanya melakukan pembelaan diri, jika tidak ada murid baru itu, entah apa yang akan terjadi dengan Chad kita,” ucap Cesare melakukan pembelaan.
Allen Max berjalan mendekati Cesare, “Satu, mengidentifikasi masalah. Dua mencari informasi. Tiga, berpikir. Empat, melakukan percobaan. Lima, menganalisis. Enam membuat kesimpulan.”
“Apa yang sedang Anda bicarakan, Mr. Max?” tanya Cesare.
“Aku sedang membicarakanmu Cesare, kau melewati kelima langkah, dan langsung mengambil kesimpulan,” kata Allen Max mengukir senyum di wajahnya.
“Itu sudah jelas, Rico dan teman- temannya selalu saja membuat masalah. Mereka tidak bisa tenang bersekolah tanpa membuat masalah,” tutur Cesare yakin dengan pemikirannya. Tetapi Allen Max malah mengabaikannya.
“Hoi kau! Aku tidak pernah melihatmu! Siapa namamu?” tanya Allen Max kepada Guido. Meskipun ia yang membawa Guido, ia harus berpura- pura tidak kenal.
“Guido Alberti, Sir!” Seru Guido dengan suara lantang mengejutkan Arthur yang masih berada di sana, Cesare, dan Fabio.
“Good Job!” puji Allen Max kepada Guido bernada tulus, namun Cesare masih mengartikan semua ucapan Allan Max sebagai sindiran. “Jika Kau mengatakan yang sebenarnya hari ini, maka kejahatanmu akan berakhir hari ini,” kata Allen Max kepada Chad.
Chad yang sedari tadi diam, terlihat mulai terusik dengan perkataan Allen Max.
“Ke… kejahatan?!” sela Cesare keberatan dengan pemilihan kata Allen Max.
Allen Max tidak memperdulikan Cesare, ia tetap fokus dengan Chad. “Diam ketika melihat ketidakadilan juga termasuk kejahatan,”
Chad lucco berjalan maju ke depan menghadap Cesare Bocci, dan menundukkan kepalanya. “Maaf Mr. Bocci, saya lah yang telah memulai perkelahian. Saya lebih dahulu melemparkan pemukul kasti kepada mereka,” kata Chad mengakui apa yang terjadi sebenarnya.
“Kau melakukannya karena membela diri, Rico dan teman- temanya yang membawa senjata tajam itu,” kata Cesare menunjuk barang bukti yang diamankan tergeletak di lantai salah satu sudut kantor guru.
“Apakah mereka mengatakan akan memukulmu dengan senjata yang mereka bawa?” tanya Allan Max.
Chad menggeleng, “tidak Sir,” jawabnya.
“Mereka membawa barang- barang seperti itu, siapapun akan mengira mereka akan menggunakannya untuk memukul orang. Apa harus menunggu mereka memukul dulu?” Cesare masih tetap dengan pendiriannya.
“Jika begitu, apakah kau juga akan menuntut penjual daging yang mengayunkan kampaknya di depanmu?” Allen Max juga tidak ingin kalah dengan Cesare.
Arthur Ergard menghela napas mendengar pembelaan Allen Max, “Baiklah, hari ini murid nakal kelas 2-E masih memiliki dua kesempatan lagi. Masalah hari ini sudah selesai,” putusnya.
“Tidak, Chad dan Guido belum meminta maaf,” timpal Allen Max yang masih tetap tidak ingin kalah.
Cesare mencibir, “Meminta maaf kepada berandalan itu, mereka akan semakin berbuat kenakalan,” gumamnya.
_______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments