Dewa Kematian

Ruangan Arthur Ergard menjadi tenang sepeninggalan para orang tua siswa yang telah menandatangani surat kesepakatan damai dengan Allen Max.

Meskipun keadaan telah tenang, fakta Allen Max adalah seorang gangster dan jauh dari kriteria seorang pendidik tidak bisa diabaikan begitu saja oleh para guru yang lain.

Arthur Ergard juga tidak bisa memberhentikan Allen Max karena saat ini belum ada guru yang berminat menjadi guru di sekolah mereka.

Hampir setiap bulan selalu saja ada guru yang mengundurkan diri. Biasanya selalu ada berkas lamaran yang masuk ke sekolah, tetapi tidak untuk beberapa bulan terakhir ini.

Deringan suara bel menggema di segala sudut banguan sekolah, tak terkecuali toilet sekolah.

“Saya permisi Mr. Ergard! Sudah waktunya masuk ke kelas!” tegas Max yang masih mengenakan mantel Arthur Ergard beranjak meningalkan ruangan kepala sekolah.

Max mendekati seorang guru lelaki berkaca mata tebal yang juga sedang berjalan menuju kelasnya. “Di mana letak ruangan 1-A?” tanyanya singkat, tanpa basa basi.

Guru itu dengan gemetar menunjuk ke arah tangga yang berada di ujung lorong.

“Terima Kasih!” Max memberi hormat dengan sopan.

Bentakkan keras Max membuat guru Kimia berkaca mata tebal itu semakin takut untuk berpapasan dengan Allen Max sekali lagi.

Max dengan percaya diri berjalan menuju tangga yang dimaksudkan guru Kimia itu. Namun tangga itu membawanya menuju rooftop gedung sekolah.

“Sial!” desis Max kesal karena dibohongi oleh rekan sejawat yang belum dikenalnya.

Saat berbalik kembali menuju pintu masuk, ujung matanya menangkap sosok murid perempuan yang tengah duduk di atas tembok pembatas atap gedung. Tembok yang lebih luas dari yang lain karena bagian dari tiang gedung.

“Hey kau! Di mana letak kelas 1-A?” tanya Allen Max. Dia memutuskan untuk bertanya kepada murid yang belum dikenalnya itu daripada harus mengitari seluruh bangunan sekolah.

Murid perempuan berambut panjang yang diikat ekor kuda itu bergeming, menghiraukan pertanyaan Allen Max yang kehilangan arah.

“Apa dia tuli?” gumam Max, “Apakah dia menjatuhkan alat bantu dengarnya di bawah?” Max mencondongkan badannya melihat ke bawah gedung sekolah yang terdiri dari empat lantai.

[ Misi Anda : Dewa kematian]

“Layar sialan ini muncul lagi!” pekik Allen Max.

“ck..”

Allen Max yang mendengar suara cekikikan sesaat itu, segera menoleh ke murid perempuan yang masih duduk di atas tembok sebelahnya.

“Apa kau juga melihat tulisan itu?” tanya Max antusias.

Murid perempuan itu menoleh ke arah Allen Max, “Apakah sialan itu akan mendapat hukuman jika Aku mati?” tanyanya.

“Jika kau mati, maka akan ada acara pemakaman untukmu. Itu yang kutahu,” jawab Max.

Murid perempuan itu kembali cekikik, “Kalau begitu, buatlah acara pemakaman yang layak untukku,” dia berdiri dan berlagak ingin melompat dari gedung.

“Hey Bocah! Kau mau mati sekarang?”

“Iya,”

“Kalau begitu, sebelum melompat, kau harus menunjukkan dulu dimana kelas 1-A!” tegas Max.

“Apa?”

Allen Max menarik paksa siswi itu turun dari atas tembok. Hingga lututnya terbentur lantai. “Auch!” ringisnya mengusap lutut.

Tanpa menghiraukan anak muridnya yang meringis kesakitan, Max menarik kerah bajunya menuju pintu masuk gedung.

“Tunggu, Sir! Baik saya akan tunjukkan kelasnya!” pinta gadis itu memohon agar Max melepas kerah bajunya.

Malang benar nasibnya, mau bunuh diri malah bertemu dengan guru gila.

***

Sienna Daniel, murid perempuan yang tadi ingin melompat dari atap gedung berjalan di depan Allen Max.

Gadis itu membawa Allen Max menuju kelas 1-A.

Allen Max tersenyum puas setelah melihat kelas bertuliskan 1-A di hadapannnya, “Terima kasih! Kau sudah boleh melompat, nanti aku akan mengadakan acara pemakaman yang layak untuk mu.” Max mengibaskan tangannya menyuruh Sienna pergi.

“Ck..!” Sienna tersenyum miring menanggapi perkataan Allen Max. Dia masuk ke dalam kelas 1-A sebelum Max, dan duduk dengan tenang di kursinya yang terletak di sudut belakang kelas.

Dia siswa di kelas ini? Batin Max bertanya.

Allen Max masuk ke dalam kelas yang sangat tenang dan hening. Bukan karena tidak ada seorang pun murid di dalamnya. Kelas itu dipenuhi oleh murid yang duduk dengan rapi di bangku masing-masing. Mereka sedang sibuk dengan buku pelajarannya masing- masing, mengerjakan soal- soal pada buku tebal bank soal matematika, fisika dan kimia.

“Tuk! Tuk!” suara ketukan meja menggema di kelas yang hening.

Namun tidak ada satu pun siswa yang menoleh ke arah Allen Max yang sedang mengetuk- ngetuk mejanya dengan rol kayu panjang.

Allen Max tidak memperdulikan suasana kelasnya seperti biasa. Yang dia tahu pekerjaannya sebagai guru adalah hanya memberikan penjelasan materi pelajaran hingga dua jam.

“Hukum Newton satu,” ucap Max sembari menulis di papan tulis. Menyalin apa yang tertulis di buku peganggannya. “Sigma F sama dengan nol! Contoh! Sebuah benda bermassa 30kg ditarik oleh katrol, jika sistem itu diam, berapakah gaya F? penyelesaian….” Allen Max menggambarkan ilustrasi contoh soal yang ada dibuku pegangannya.

“Sir Max!”

Allen Max langsung menoleh ke belakang begitu mendengar seorang murid memanggilnya dengan benar.

Seorang siswi mengangkat tangannya, “Jika saya melompat dari atap gedung sekolah ini, berapa lama saya akan jatuh ke bawah?” tanya Sienna.

“Apa?” desis Allen Max yang sejatinya tidak mengetahui tentang fisika, ia adalah seorang sarjana sejarah.

“1,778 detik,” jawab salah seorang siswa diiringin beberapa nada kecewa dari murid lain yang kalah cepat menghitung.

Kelas kembali hening seperti semula.

“Jika aku mengenderai sebuah sebuah motor, seberapa cepat motor saat meninggalkan puncak tebing yang tingginya 50 meter agar aku bisa mendarat sejauh 90 meter dari tebing?” tanya Allen Max, mungkin berguna saat ia akan kabur dari kejaran musuh.

“28 meter per detik!” jawab salah seorang murid lainnya dengan cepat.

Allen Max sedikit takjub dengan kecepatan murid di kelas 1-A menghitung persoalan. “Seberapa kuat dorongan untuk menghentikan sebuah mobil seberat 1,5 ton dari jarak 55 meter yang melaju dengan kecepatan 28 meter per detik?” tanya Max sekali lagi, yang mungkin berguna jika ingin menghentikan targetnya yang mencoba kabur.

“10.690 kilogram meter per detik kuadrat!” jawab seorang siswi berambut panjang sebahu diiringin beberapa nada kecewa dari murid lain yang kalah cepat menghitung.

Selama dua jam Allen Max tak berhenti memberikan pertanyaan tentang persoalan yang berhubungan dengan gerak.

***

Target misi Allen Max kali ini adalah Sienna Daniel. Setelah pelajarannya selesai di kelas 1-A, dia tetap mengawasi Sienna.

Hingga bel pulang berbunyi, Allen Max mengikuti Sienna.

“Layar siaalan! Aku tidak akan membunuh tanpa bayaran!” gumam Max bergeming berdiri mengamati Sienna dari kejauhan dengan layar hologram yang terus memukulnya karena belum juga mulai menyelesaikan misinya.

Allen Max menebak arti dari misinya kali ini adalah menghabisi nyawa Sienna Daniel.

Terpopuler

Comments

vheindie19

vheindie19

ternyata kelas A adalah kelas unggulan, kecepatan berhitungnya sangat luarbiasa

2022-11-28

1

Mak Aul

Mak Aul

menyelamatkan kali max, bukan bunuh murid mu

2022-11-28

2

Zafrullah Effendy

Zafrullah Effendy

mantap.,...

2022-11-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!