Hello! Mohon dukungannya setelah membaca cerita ini 🐼🐼
like komen ✔️
favorite jika suka
_____________
Keesokan paginya, ruangan kepala sekolah dipenuhi oleh beberapa orang tua murid. Amukan para orang tua murid menjadi tidak terkendali ketika Arthur Ergard tidak ada di ruangannya. Dia sedang bersembunyi.
Para guru yang lain juga tidak kalah dibuat geger dengan berita satu kelas siswa dibuat babak belur oleh guru baru, yang baru sehari menjadi guru di sekolah mereka. Hanya orang tua dari Elio Ludovic yang tidak hadir, karena dia tidak ikut menjadi korban dalam insiden semalam.
“Dari tampangnya saja sudah kriminal! Pasti dia adalah seorang buronan,” kata salah seorang guru lelaki bertubuh kurus.
“Apakah sekolah kita akan menjadi sarang buronan?” timpal guru yang lain.
Sementara itu di sisi lain, orang yang sedang mereka bicarakan dengan santai melangkah masuk ke dalam gedung sekolah. Dia yang mengira semalam adalah mimpi yang panjang, tidak ambil peduli dengan dirinya yang tidur dan bangun di kamarnya.
Lengannya tiba- tiba ditarik oleh seseorang. Zoe Charlotte membawanya ke sebuah ruangan penyimpanan peralatan kebersihan.
“Mengapa kau datang?” desak Zoe.
“Kau lupa? Aku adalah guru di sekolah ini,”
“Jika mau masih ingin bekerja di sini, kau tidak akan menghajar anak muridmu!”
“Ini masih mimpi yang berlanjut?” gumam Max
Apakah aku masih berada di dalam mimpi? Atau aku tidak pernah berada di dalam mimpi? Batin Allen Max bertanya bingung.
Zoe yang mendengar gumaman Max kesal, dan menendang tulang kering pria itu.
Setelah pukulan keras dengan gerakan cepat di beberapa titik tubuh Max, sebuah pukulan keras mendarat di keningnya. Dia sedikit terdorong kebalakang.
“Jika kau sedang bermimpi, kau akan terbangun setelah Aku memukulmu,” kata Zoe kesal kepada Max yang sedang mengelus keningnya.
“Pukulan yang tidak terasa sama sekali ini, tidak akan membuatku terbangun,” ejek Max.
Bruk! Zoe mendaratkan tongkat besi ke kepala Max. “Apa sekarang kau masih mengatakan kalau ini adalah mimpi?” tanyanya kemudian.
Allen Max mengelap dengan enteng darah yang mengalir turun ke keningnya, “Jadi aku tidak bermimpi? Dan semalam aku menghajar par bocah berandalan itu,” katanya panik.
Zoe berdecak, “Kau baru sadar?”
“Misi baru telah tersedia,”
[ Time Remaining: 60 Seconds
(Lihat Misi) (Belanja Item)]
“Lihat itu! Lihat!” tunjuk Max.
Mata Zoe mengekori telunjuk Max, “Lihat apa?”
“Itu! Layar dengan tulisan bodoh siaalan, kau tidak melihatnya?”
“Apakah aku memukul kepalamu terlalu kuat?” tanya Zoe prihatin melihat temannya yang berbicara melantur.
“Ayo pergi dari sini!” Max berjalan keluar, menghindari layar hologram yang mungkin akan memukulnya lagi.
Max menghentikan langkahnya karena Layar hologram itu tiba- tiba muncul lagi di hadapannya.
[ Misi Anda : musyawarah mufakat]
“Apa?” pekik Max kesal. Dia masih bingung apakah sedang berhalusinasi, bermimpi, atau memang kesemuanya nyata adanya.
“Mr. Max! di sini Anda,” sapa Arthur Ergard. Dia langsung menarik lengan Max untuk dibawa ke ruangannya yang dipenuhi oleh orang tua murid.
Max dihadirkan di tengah- tengah orang tua murid yang penuh dengan amarah dan ambisi untuk menuntut sekolah.
“Bapak- Bapak dan Ibu- Ibu, beliau adalah Mr. Max, yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dengan anak Bapak dan Ibu,” kata Arthur ingin berlepas diri.
[ Poin: 100
Item tersedia:
(Salesman 50 poin) (Ballerina 50poin ) (Tailor 50 poin) (singer 50) (negotiator 50) (Geisha 50)]
“Layar bodoh sialan!” gumam Max melihat layar hologram yang muncul lagi di hadapannya.
“Apa yang dia katakan?” desis beberapa orang tua murid yang mendengar perkataan pelan Max.
“Kita hajar saja orang ini!” teriak salah satu orang tua murid mengepalkan tinjunya, dia mulai memprovokasi para orang tua yang lain.
“Apa?” desis Max mendengar dirinya akan dihajar.
Para orang tua mulai menyerbu Max tidak kalah beringas dengan anak- anak mereka.
Srekk!! kemeja pinjaman, milik mendiang suami Berta Eleno robek akibat ulah para orang tua murid.
Sebagian punggung kekar Max yang dipenuhi tattoo tersingkap. Sontak para orang tua murid berhenti menyerang Max, dan mundur menjauh.
“Apa?!” Pekik mereka kaget tak percaya. “Orang seperti apa ini yang menjadi guru anak- anak kita yang berhati lembut dan berbudi pekerti.”
Para guru yang mengintip dari jendela ruangan kepala sekolah juga tak kalah terkejutnya.
“Bagaimana bisa seseorang gangster bisa menjadi guru di sekolah kita?”
“Dunia pendidikan bisa hancur!” timpal guru yang lain semakin memprovokasi.
Kepala Arthur Ergard mendadak pusing dan kehilangan keseimbangan. Ia merasa harus mencari seseorang yang harus bertanggung jawab tentang perekrutan Max. Dia adalah Zoe Charlotte, orang yang merekomendasikan Max.
“Terima kasih telah berbelanja!” Suara yang hanya bisa terdengar oleh Max.
[ Anda memiliki kemampuan negosiator]
Suasana ruangan yang riuh mendadak tenang begitu orang tua murid terkena energi yang tiba- tiba terpancar dari Allen Max. Dengan pembawaan tenang Max mengambil dan memakai mantel Arthur yang tergantung di ruangan itu, untuk menutupi punggungnya yang tersingkap.
“Apakah Anda semua tahu?” Max mulai berbicara dengan intonasi yang jelas. “dunia masyarakat termasuk pekerjaan hanya akan menerima seseorang yang mimiliki catatan kriminal yang bersih. Mereka yang memiliki satu catatan kriminal akan selamanya berada di dalam daftar hitam.”
“Apa yang dia bicarakan?”
Max melanjutkan perkataanya bernada karismatik, “Negara kita memberikan jaminan perlindungan hukum kepada guru yang melaksanakan tugasnya. Anak Anda akan mendekam di penjara jika saya mempekarakan ini.” Max menunjuk luka akibat perbuatan Zoe di keningnya, “meskipun mereka masih di bawah usia 18 tahun,” lanjutnya. Dia sedikit membumbuinya dengan kebohongan.
Arthur yang sedang menghubungi Zoe, memutuskan sambungannya demi menyimak perkataan Allen Max. Sementara para orang tua murid mendapat banyak tanda tanya di kepala mereka. Apakah anak mereka memukul Max hingga menimbulkan bekas? Akan jadi apa anak mereka jika mendapat penolakan di masa datang?
“Masa depan anak Anda berada pada keputusan Anda saat ini,” ucap Max sembari berjalan menuju mesin cetak yang berada di atas meja Arthur.
Allen Max mencetak beberapa lembar surat pernyataan yang entak sejak kapan diketik olehnya.
“Mari kita memufakati surat pernyataan damai ini!” Max menyodorkan lembaran surat yang telah selesai dia cetak.
Pengaruh energi yang dipancarkan Max membuat salah satu orang tua murid mulai maju mengambil selembar surat di tangan Max, diikuti oleh yang lainnya. Mereka membaca isi surat tersebut dengan khidmat.
[ Misi selesai
Anda mendapat 50 poin
Poin Anda : 100
Misi selanjutnya : sedang mencari….
(Belanja Item)]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
vheindie19
yups.... betul sekali, sekali anda terkena catatan kriminal akan susah mencari pekerjaan yang layak meski anda seorang sarjana, kecuali anda seorang koruptor anda akan bisa nyalon lagi 😂meski anda pernah maling tiud rakyat 😂... Ups keceplosan
2022-11-28
1
Cerita Aveeii
ceritanya lucu dan seru kak ❤️
2022-11-28
1
Agustina pandiangan
ada-ada aja tu guru dikiranya dia mimpi,menghajar siswanya mantap ceritanya kak lanjut. aku mampir ya kak 🙏
2022-11-28
2