Hello! Mohon dukungannya setelah membaca cerita ini 🐼🐼
like komen ✔️
favorite jika suka
______________
"Bapak adalah guru kelas kalian yang baru," tegas Max dengan tatapannya yang tajam, "kamu bisa panggil saya, Sir Max," katanya lagi sembari menulis namanya di papan tulis.
Kelas yang sempat hening, kembali seperti sedia kala lagi. Ribut!
Max tidak percaya melihat para siswa di hadapannya, baru kali ini dia tidak digubris. Terlebih oleh para berandalan remaja. Ia merenggangkan otot leher, dan tangannya sembari menatap tajam ke arah para siswa yang tak melihat ke arahnya. Dia siap untuk memberi pelajaran kepada mereka.
"Perpindahan partikel dari satu posisi ke posisi lain dalam selang waktu tertentu...," katanya, dan menulis ulang apa yang tertulis di buku tebal bertuliskan Fisika di tangan kirinya.
Dia fokus memberi pelajaran tanpa peduli ada yang memperhatikannya atau tidak. Karena yang dipedulikannya adalah memberi pelajaran dan menerima bayaran di akhir bulan.
“Pak guru!” teriak salah satu siswa berambut gondrong dengan sebuah tindik di telinga kirinya.
Max berhenti menulis dan berbalik demi melihat siapa yang memanggilnya. “Sir Max,” ucapnya memperbaiki kesalahan panggilan yang dialamatkan untuknya.
“Pak guru, saya izin permisi ke wc untuk berak!”
Max berdecak, siswa itu tetap memangilnya pak guru. Tanpa menunggu jawaban darinya, siswa itu pergi meninggalkan kelas.
Max kembali melanjutkan menyalin ulang apa yang tertulis di buku ke papan tulis. “Jika delta r adalah perpindahan dalam waktu delta t….”
“Pak guru!”
“Sir Max!” Allen Max mematahkan spidol yang tengah dipegangnya.
“Pak guru, saya ijin permisi buang air besar.”
Siswa yang memanggilnya, pergi meninggalkan kelas tanpa peduli dengan kemarahan Max yang menatapnya dengan tatapan keji.
“Apakah ada lagi yang ingin buang kotoran?! Silahkan keluar!” pekik Max.
Serentak para siswa yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing- masing melihat ke arah Max. Dengan semengat mereka semua pergi meninggalkan kelas, meninggalkan Max seorang diri. Tersisa satu orang siswa duduk di bangkunya.
“Mengapa kau masih di dalam?”
“Saya tidak ingin buang kotoran, Pak guru.”
“Sir Max,” Allen Max tidak bosan meralat panggilannya, “kau juga harus ikut keluar! Dan buang kotoran!”
Allen Max menghela napas. “Begini lebih baik,” ucapnya setelah siswa terakhir itu pergi meninggalkan kelasnya.
Dia kemudian lanjut menulis dengan spidol patah yang masih bisa mengeluarkan tintanya. Meskipun hanya meja kosong yang masih setia tetap berada di kelas, Allen Max tetap melisankan apa yang Ia tulis.
“Mr. Max!”
“Sir Max!” ralat Allen tanpa menoleh dari papan tulis. Siapa lagi yang tidak memanggilnya dengan benar?
Ternyata kepala sekolah telah berdiri di ambang pintu kelas, memanggil namanya.
“Anda tidak seharusnya membiarkan siswa berada di luar kelas saat jam pelajaran!” hardik Arthur Ergard.
Memangnya kenapa? Apakah hal itu akan mengurangi bayaranku? Max bermonolog dalam hatinya sembari menatap tajam ke arah Arthur Ergard.
Arthur sedikit bergidik takut melihat tatapan tajam Allen Max, dan meja yang tidak berbentuk.
“Cih!” Allen meletakan spidol dan bukunya di atas meja yang sudah tidak berbentuk meja.
Dia segera menyusul para siswanya yang sebagian besar sedang bermain bola basket di lapangan.
Sesampainya Allen di lapangan basket, dia langsung menangkap bola yang tengah melambung tinggi hendak menuju ke ring.
Crashh..! bola yang tak bersalah itu langsung pecah dan kempis di bawah telapak kaki Allen Max.
Pemandangan itu membuat para siswa yang tengah bermain basket melongo tidak terima. Bola basket merk spalding seharga 2 juta rupiah hancur begitu saja. Allen Max yang tidak tahu bola basket membuang bangkai bola tersebut ke tong sampah dengan entengnya.
“Pak guru! ganti rugi bola kami!”
“Sir Max!” ralat Allen Max.
Siswa berambut gondrong dengan sebuah tindik di telinga kirinya maju mendekati Allen Max dengan membawa sebuah pemukul bola kasti. “Pak guru, bayar $150 jika Bapak ingin pulang dalam keadaan utuh!” ancamnya sembari memainkan pemukul bola kastinya.
“Yeah! beri dia pelajaran, Rico!” seru siswa gondrong lainnya.
“Jangan biarkan dia lolos seperti guru sebelumnya!” timpal siswa lain tak kalah emosi.
Allen Max menyeringai. Dia tertawa geli melihat bocah ingusan yang ingin menghajarnya.
Kilatan tajam tatapan Zoe Charlotte tertangkap oleh mata Allen Max, dia mengurungkan niatnya. Demi mendapatkan bayaran sebagai guru, dia tidak boleh melukai siswa sehelai rambut pun.
Brak!!
Allen Max bergeming, bahkan tubuhnya tak berubah posisi saat Rico mendaratkan pemukul bola kasti di lengan kanannya.
Allen Max yang kuat tidak membuat nyali para siswa berandalan itu menciut sedikitpun. Mereka semua malah semakin beringas ingin menghajar Allen Max.
Mereka yakin Allen Max tidak akan berani membalas perbuatan mereka, karena aparat keamanan dan penegak hukum siap melindungi mereka. Bahkan kepala sekolah juga menganggap para siswa adalah sumber uang sekolah.
“Siall!” umpat Allen Max saat siswa berandalan itu mulai menghampirinya dengan senjata andalan mereka masing- masing.
Allen Max akhirnya memutuskan pergi menghindari amukan siswanya. Ia takut kesabarannya akan mencapai limit, lalu menghajar mereka semua. Dia bisa dipecat, dan Zoe tidak akan memberinya pekerjaan lagi. Di masa sepi orderan target, dia butuh pekerjaan.
Max lari keluar dari pagar sekolah. Karena para siswa itu tetap mengejarnya keluar, Allen Max meneruskan pelariannya.
“Siapa manusia yang telah membuat mereka?! aku harus memberi mereka pelajaran agar lain kali berdoa!!” teriak Allen Max sembari berlari mengikuti jalan raya yang sunyi.
Bruk!!
Allen Max jatuh tak sadarkan diri karena kepalanya terbentur sebuah tiang listrik yang berada di tengah jalan.
Para murid yang mengejar, membiarkan Max pingsan tergeletak di tengah jalan. Mereka kembali ke sekolah seperti tidak ada kejadian. Dan berdoa agar Max lekas mati saja dan mereka akan mendapatkan guru yang baru.
Setelah kepergian para siswa nakal tersebut. Tiba- tiba langit di atas Max menjadi gelap. Dia terbangun dan sedikit mengalami kejut listrik. Dia memutuskan menyerah menjadi guru di sekolah tersebut, dan mencari pekerjaan kasar yang lain saja.
Di saat dia berjalan berlawanan arah dengan sekolah, sebuah layar hologram tiba- tiba muncul di hadapannya.
Allen Max yang baru sadar dari pingsan mengira penglihatannya terganggu. Dia mengabaikan layar hologram di depannya, dan berniat melanjutkan perjalanannya. Namun langkahnya terhenti karena ternyata layar hologram itu seperti tembok kaku. Dia tidak dapat menembusnya.
Aku di alam mimpi? Batinnya berkomentar.
Allen menoleh tiang listrik yang masih tegak di tempatnya. Tiang yang menjadi penyebab dirinya mungkin masih tergeletak di jalan raya saat ini.
“Dasar tiang listrik siallan!!” Allen menendang- nendang tiang yang sudah lama berjasa menopang kabel yang mengalirkan listrik di Desa Piedmont.
“Sisa waktu Anda satu menit!”
“Apa?! Siapa itu yang bicara?!” Allen melihat sekeliling mencari siapa yang berbicara.
[Time Remaining : 53 Seconds
Great Teacher System
(Play) (No) ]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Fenti
uluh kerennya Sir 😎
2022-11-28
1
Cerita Aveeii
gara2 ngopi ini 🤣
2022-11-28
1
Cerita Aveeii
🤣🤣🤣
2022-11-28
1