Great Teacher System
"Dasar bodoh!!" Teriakan seorang pria menggema di sebuah gudang tua.
Dia adalah Allen Max. Pria berbadan besar dengan otot yang padat. Kumis dan jenggot tipis menghiasi wajahnya.
Singkatnya, dia berewokan dan bertampang sangar.
Telapak kakinya menginjak telapak tangan seseorang pria berkepala plontos yang berlutut di hadapannya.
Pria berkepala plontos berperawakan keras itu tetap tenang berlutut tanpa terlihat marah dan kesakitan, meskipun jemarinya mungkin saja patah sebagian.
Sementara sembilan orang lagi yang juga terlihat berperawakan keras hanya berdiri diam menyaksikan perbuatan ketidakmanusian yang dilakukan Allen Max.
Mereka semua adalah pengikut setia Allen Max. Dia bukan kepala sekte apalagi pemuka agama, dia hanya kepala gangster yang tidak terkenal. Karena mereka adalah gangster rahasia. Bahkan badan intelijen negara yang pernah menggunakan jasa mereka juga tidak mengenal Allen Max dan anggotanya. Mereka bekerja kepada siapa saja yang membayar.
Brak!! pintu gudang dibuka secara paksa oleh sebuah bulldozer*
(*alat berat yang dan berfungsi yang memiliki kemampuan dorong atau tenaga yang tinggi)
Setelah berhasil membuka kedua pintu gudang tersebut, bulldozer yang dikemudikan oleh orang yang tidak dikenal itu berjalan mundur untuk membiarkan beberapa orang berpakaian formal berjalan masuk. Mereka bertampang sangar. Bisa dikatakan preman berdasi.
Allen Max dan para pengikutnya serentak melihat siapa yang telah berani memasuki wilayah mereka tanpa permisi. Termasuk si kepala plontos, Jacko Bold. Dia adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kedatangan tamu tidak diundang itu.
Tamu tak dikenal itu adalah Issac Grazio, kaki tangan dari bandar narkoba Cosa Bona. Dia melemparkan dua orang pria yang bentuknya sudah tidak terbentuk lagi ke hadapan Allen Max. Lembam hampir di seluruh wajah mereka.
"Aku datang memberikan hadiah!" serunya kemudian dengan pongah diiringi tawa yang membuat perut sipendengar mulas ingin BAB.
Allen Max melirik kedua manusia yang tersungkur di hadapannya. Kedua pria itu adalah anggota baru yang direkrut oleh Jacko Bold. Ternyata mereka adalah pencuri yang ingin berlindung di bawah naungan Allen Max.
"Kau seperti kucing yang membawa bangkai tikus. Apakah aku tuanmu?" ucap Allen tak kalah pongahnya.
"Cih! Aku akan membunuh kalian dengan cepat jika kalian menyerahkan barang yang kalian curi dengan sukarela," kata Issac.
Allen Max sudah mendengar tentang dua anggota barunya yang mengusik Cosa Bona, tetapi dia tidak tahu mengenai obat terlarang yang dicuri. Dia menjentikkan jarinya, siap menghabisi sesiapa yang berani menerobos ke wilayahnya.
Menerobos artinya meminta untuk dibunuh.
Issac Grazio segera berjalan mundur berlindung di balik anak buahnya begitu melihat Allen dan para pengikutnya bergerak maju bersiap untuk menghajarnya.
Allen dan pengikutnya dengan bringas seperti mesin penghancur, meremukkan apa saja yang jatuh ke dalam cengkraman tanpa rasa kemanusiaan.
Meskipun begitu, tidak ada yang kehilangan nyawa. Mereka hanya mengalami patah tulang dan gegar otak agar tidak mengingat Allen dan kelompoknya.
Allen Max membunuh hanya jika mendapat bayaran. Dia tidak ingin membunuh secara gratis, meskipun itu adalah membunuh musuh.
Dor!! suara tembakan menghentikan aksi keberingasan Allen dan pengikutnya menghajar anak buah Issac Grazio yang sudah tak berdaya.
Jacko Bold berdiri dengan gagah menahan anak peluru dengan badannya, dan merebut paksa senjata api yang dipegang Issac Grazio yang berdiri di depan pintu, bersamaan dengan beberapa orang baru yang muncul dari balik pintu membawa senjata api.
"OTW Bos!!" teriak Jacko Bold kepada Allen sembari menggunakan senjata yang Ia rebut untuk menembakkan tali pengikat drum- drum.
Drum drum mulai berjatuhan menutupi Isac dan orang-orang bersenjata yang baru masuk ke dalam gudang.
Allen Max dan pengikut setianya harus mundur karena para musuh ternyata membawa senjata api, sementara mereka tidak bersenjata. Karena mereka adalah gangster yang mengandalkan kekuatan fisik.
Allen Max berhasil kabur dari serangan kelompok bandar narkoba yang bersenjata api. Namun dia terpisah dengan para pengikut setianya.
Mereka memang harus berpencar, dan menyembunyikan diri. Karena mereka adalah gangster yang tidak dikenal dan harus dianggap tidak ada.
Allen Max kabur ke sebuah daerah pinggiran, Desa Piedmone dimana dia memiliki teman lama yang tinggal di desa itu.
Zoe Charlotte, gadis yang terlihat lemah lembut membukakan pintu untuk Max.
"Ciao!" seru Max.
Zoe Charlotte membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Max masuk ke dalam rumah.
"Siapa yang datang?" Terdengar suara wanita tua berusia 70 tahun dari dalam rumah. Berta Eleno, dia hidup sebatang kara setelah kematian suaminya tujuh tahun lalu. Zoe datang mengambil peran berpura- pura sebagai cucu Berta. Cucu dari anak perempuannya yang telah lama tinggal di luar negeri dan tidak pernah pulang sejak lulus sekolah menengah.
"Teman Zoe, Nek," jawab Zoe Charlotte.
"Oh dia sungguh temanmu? lekas persilahkan temanmu masuk," ucap Berta berjalan tertatih mendekati Max.
"Hallo, Nek!" sapa Max tegas.
Zoe segera menarik lengan Max keluar dari rumah. "Dia hanya mampir untuk bertanya alamat, Nek, aku akan pergi mengantarnya," ucap Zoe sembari menutup kembali pintu rumah.
Zoe menengadahkan salah satu tangannya. "Kau harus membayar di muka jika ingin tempat tinggal sementara," katanya kepada Max setelah mereka berada di tengah halaman rumah Berta.
"Saat ini kami sedang cuti sementara, dan kau tahu?" Max menjentikkan jarinya, "kami menghabiskan bayaran yang diterima dalam sekejap," ucap Max bernada bangga.
"Apa?" desis Zoe. Dirinya dan Max dibesarkan oleh seorang pembunuh bayaran. Mereka telah terlatih sejak kecil. Setelah dewasa mereka mengambil jalan masing- masing.
"Aku bisa diandalkan untuk melakukan berbagai pekerjaan kasar sebelum mendapatkan target baru," ungkap Max. Sudah beberapa bulan terakhir mereka tidak mendapat orderan jasa eksekusi.
"Jika ayah tahu kau menjadi assassin* yang miskin, ia akan menangis di dalam kubur," sindir Zoe menghela napas, mengenang ayah angkat mereka. "Aku ada perkerjaan untukmu," katanya kemudian.
(*seseorang yang membunuh orang terkenal atau penting, karena alasan politik atau dengan imbalan uang).
***
Keesokan harinya mereka pergi ke sebuah Sekolah Menengah Atas swasta, Marigold. Sekolah tersebut sedang membutuhkan seseorang untuk mengisi kekosongan guru kelas.
Max mengenakan kemeja lengan panjang dan celana keper berwarna hitam. Dia harus bernampilan rapi agar diterima menjadi guru di sekolah yang terlihat elit.
Arthur Ergard, selaku kepala sekolah memperhatikan Max dari atas kepala hingga ujung sepatu pantofel. Kesemua yang dikenakan Max adalah pinjaman, milik suami Berta.
"Selamat bergabung di sekolah ini, Mr. Max," tegas Arthur tanpa berbasa basi, "Anda langsung diangkat menjadi guru kelas, Miss Charlotte akan menunjukkan kelasnya."
"Silahkan ikuti saya, Mr. Max!" Zoe mengangguk dan beranjak keluar dari ruangan kepala sekolah.
Tanpa basa basi Max mengikuti Zoe.
Mereka menuju kelas yang berada paling ujung. Max tidak mengerti mengapa kelas tersebut berada jauh terpisah dari kelas yang lain. Pertanyaannya terjawab setelah mereka mulai mendekati kelas tersebut. Suara ribut terdengar hingga keluar kelas.
Zoe menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas yang bertuliskan 2-E. "Guru kelas sebelumnya mengundurkan diri. Kau akan menjadi guru Fisika sekaligus wali kelas mereka," kata Zoe memberi penjelasan singkat.
"Mengapa guru fisika?" tanya Max. Dia memang lulusan sarjana, tetapi sejarah, bukan fisika.
"Karena guru yang kabur adalah guru fisika," jawab Zoe datar, "sudahlah, bukan kah kau bisa melakukan pekerjaan apa saja?" sindirnya, kemudian sembari membuka pintu kelas.
Dengan gerakan kepala, Zoe meminta Max untuk masuk ke kelas.
"Ingat, kau tidak boleh melukai mereka sehelai rambut pun," bisik Zoe saat Max melewatinya.
Max dengan percaya diri masuk ke dalam kelas. Dia telah banyak menghadapi berbagai macam target. Hanya menghadapi berandalan kecil, bukan masalah.
Allen Max berjalan masuk melewati siswa- siswi yang berkeliaran ke sana kemari bermain bola kaki. Ada beberapa siswa yang duduk di atas meja sembari bermain kartu. Ada siswi yang tengah berdandan. Selebihnya ngobrol santai sembari makan dan ngopi.
"Ehm..., Ehm..! semuanya diam! dan duduk di bangkunya masing-masing!" Max mulai memberi arahannya.
Namun tidak ada satu siswapun yang menoleh ke arahnya, apalagi mendengarkannya.
Brak!! Max memukul mejanya hingga terbelah dua.
Sontak seluruh siswa menghentikan aktivitasnya demi melihat asal sumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Fenti
wah wah ini orang 🤭
2022-11-28
1
Fenti
keren namanya, keknya aku pernah denger dimana gitu
2022-11-28
0
Cerita Aveeii
astaga ga nanggung2 baisa beli cilok anak jama n sekarang ngopi 🤣
2022-11-28
1