Kenyataan Menyakitkan

Senja yang biasa identik dengan keindahan dan kesenduan tak berlaku bagi keluarga Sandi. Swastamita menyelimuti cakrawala berpendar jingga, seakan menyuarakan kesedihan dan luka. Tetesan air mata dan jeritan nestapa mewarnai hunian sederhana di pinggiran kota Kembang. Ratapan terdengar lirih dari bibir kering wanita tua yang berhias sembab. Tubuhnya melemah setelah sepanjang hari tak menerima asupan makanan.

Tak jauh berbeda dengan Lasmi, Kenanga pun ikut melirih di sudut bilik sederhana orang tuanya. Gadis muda yang sedang hamil itu terduduk dengan memeluk kedua lutut yang bertekuk. Mata memerah, pipinya berjejak basah. Sesekali terdengar isak, tak jelas bermakna penyesalan atau kemenangan. Setidaknya, dia berhasil merebut laki-laki milik adiknya sendiri.

Sandi mendengkus berulang, tak sanggup merangkai kata. Kekesalannya bukan saja karena Kenanga tak bisa menjaga diri, sebab lain karena laki-laki yang telah menghamili adalah Caraka. Terbayang wajah sedih Seruni andai semua fakta ini terbuka.

“Kita harus menemui orang tuanya. Meminta pertanggungjawaban. Bagaimanapun, Anga harus segera menikah. Tidak mungkin menunggu perutnya meletus.” Di ujung kalimat, pria tua itu kembali mendengus. Tatapan tajam berubah sendu, embusan napas di ujung bibir mencibir.

Lasmi menyimak dalam isaknya, Kenanga terdiam mendekap kesedihan. Ibu dan anak yang begitu kompak, sampai-sampai ekspresi terluka pun begitu serupa. Memuakkan. Setelah sekian tahun mereka terikat bersama dalam satu keluarga, untuk pertama kalinya Sandi menganggap Kenanga bukan bagian dari dirinya.

“Pak, aku ….”

“Harus menikah. Kamu harus menikah dalam waktu dekat, lalu Uni.” Ah, desah Sandi menyayat hati. Dalam waktu bersamaan dia harus melepas dua orang putri sekaligus. Berat, tetapi ini kenyataan yang tak bisa dihindari. Semua ada masanya, setiap kejadian ada hikmahnya. Mengalihkan pandangan pada Lasmi, istrinya tak lagi protes. Hanya diam berbaring di peraduan sederhana. Wajah lusuh menyiratkan putus asa.

“Tapi, Caraka belum tentu mau menikah. Dia ….”

“Tidak mau menikah, tapi berani melangkah sejauh ini.” Tangan terkepal, buku-buku jari memutih.

“Aku belum membahasnya dengan Aa.”

“Tidak perlu membahas lagi, tapi sudah harus mengambil keputusan. Hubungi dia, malam ini kita ke sana. Bapak harus membicarakan pernikahan kalian. Bagaimanapun, tidak bisa ditunda lagi.” Sandi menegaskan.

“Pak.” Suara lemah Lasmi terdengar.

“Ibu jangan banyak membantah. Apalagi coba-coba berulah. Uni akan menikah dengan Wise, Anga akan menikah dengan ayah bayinya. Itulah keadilan yang sesungguhnya.”

Bulir air mata Lasmi kembali turun. Dia tak mungkin lagi membantah setelah semua yang terjadi. Asanya memang terlalu tinggi, tetapi sudah diperjuangkan dengan sekuat tenaga. Sayangnya, Kenanga mengacaukan segalanya. Lagi-lagi, dia harus merelakan Seruni berjodoh dengan orang kaya, sedangkan putri kandungnya terikat dengan putra juragan kampung sebelah. Ini tidak adil, jelas dua pria yang akan mempersunting putri-putrinya itu tak sebanding.

Sandi menatap sedih ke arah Kenanga. Sejak semua terbongkar, gadis itu tak sanggup menunjukkan taringnya. Hanya diam di pojok kamar, merapati nasib.

Syukurlah, Uni terlepas dari laki-laki seperti ini. Tuhan memang tidak pernah salah memasangkan jodoh. Perempuan baik akan dipertemukan dengan laki-laki baik.

“Pak, apa bisa aku gugurkan saja.” Ide gila entah datang dari mana, tiba-tiba melintas di benak Kenanga.

“Cukup ibumu saja, Nga. Kamu jangan ikut-ikutan. Miskin harta itu takdir, miskin akhlak itu pilihan. Jangan jadi perempuan tak ada nilai lebih. Wajah cantik itu tergantung nasib, hati yang cantik itu tergantung diri sendiri.”

Aku ….” Kenanga terdiam.

“Hubungi Caraka. Malam ini kita ke sana. Kamu harus menikah dengannya. Dengan laki-laki yang telah berani menghamilimu.”

Tepat saat lisan selesai dilontarkan, suara kencang terdengar menyela dari balik punggung Sandi. Mengejutkan, memaksa semua mata tertuju ke titik yang sama. Lasmi terperangah, mata Kenanga membola. Sosok cantik tampak terkulai tak berdaya di atas lantai.

“Uni.” Sandi buru-buru bersimpuh, merengkuh tubuh putrinya yang tak berdaya berteman lantai dingin.

Terpopuler

Comments

Andi Nurul

Andi Nurul

tdk bosan baca ulang²😍😍😍😍

2023-12-19

0

🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

nah setuju sama kata2 pak sandi , udah kenanga jangan gila maunya enaknya aja sm caraka pas hamil mau digugurin situ sehat ga

2023-10-17

0

Reliya

Reliya

Miskin harta itu takdir, miskin akhlak itu pilihan. Jangan jadi perempuan tak ada nilai lebih. Wajah cantik itu tergantung nasib, hati yang cantik itu tergantung diri sendiri."
ini sih KEREN
Makasih Thor udah diingatkan

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!