Tak mau terjerat dalam pesona laki-laki asing yang belum jelas identitasnya antara manusia atau makhluk tak kasat mata, Seruni bergegas pergi tanpa permisi. Bahkan, gadis itu tak menebar basa-basi untuk menjaga kesopanan yang selama ini dijunjung tinggi.
“Eits, dia main pergi saja. Tidak ada minta maaf sama sekali. Padahal, jelas-jelas sudah menghalangi langkahku.” Wisely kembali mengendus aroma tak sedap sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. “Yang dikatakan gadis itu benar. Ada aroma kapur barus. Menyengat sekali.”
Masih tak menyadari bau menyengat itu menguar dari dirinya, Wisely bergidik saat teringat rangkaian kata yang terlontar dari bibir tipis gadis asing yang melintas sebelumnya.
“Ja—jangan-jangan, dia ....” Wisely merinding. Teringat gadis bergaun putih pucat. “Bisa jadi. Kalau manusia ... pasti ada basa-basinya. Ini langsung wusss.”
Pikiran duda tanpa anak itu sudah berkelana ke mana-mana. Semakin dalam merangkai cerita, tengkuknya meremang. Ketakutan menyergap dan membuat dia bergidik ngeri.
“Tidak salah lagi. Tadi, sewaktu dia muncul ... aroma kematian itu tercium. Aku rasa dia bukan manusia. Wajah pucat, tak ada senyuman. Kalau wanita pastinya bergincu merah, paling tidak bedak tipis-tipis. Ih.” Bahu Wisely bergidik. “Tapi, ini ....” Sejumput ragu hadir ketika teringat gadis yang berkepang dua.
Menyapu seisi area parkir, pria muda itu mengamati keadaan sekitar. Restoran itu berdiri di atas lahan cukup luas. Banyak semak belukar dan pepohonan rindang yang menjadi daya tarik dari rumah makan dengan konsep saung terapung.
“Tidak mungkin. Kalau Mrs. Key selalu berambut panjang menjuntai. Yang tadi kepang dua.” Wisely menduga-duga. “Tapi, bisa saja titisan Siti Nurbaya atau mungkin Noni Belanda.”
Tak mau melanjutkan dugaannya, kepala Wisely berdenyut. Efek mabuk masih terasa, raga pun belum sepenuhnya terjaga.
...🍒🍒🍒...
“Om, Tante.” Seruni menyalami dan mencium tangan Erlang dan Kana bergantian. Seutas senyuman hadir menyempurnakan perkenalan dua keluarga siang itu.
“Ini ....” Kana terpana. Penampilan sederhana Seruni membuat wanita paruh baya itu tak sanggup berkata-kata. Menoleh ke arah suami yang sudah duduk bersila, menikmati sejuknya hawa Bandung.
“Ini Seruni, Na. Si bungsu.” Sandi menjelaskan tanpa diminta. Seakan paham arti penggalan kata yang tak terselesaikan.
“Oh, ini Uni. Dia cantik sekali.”
“Kenanga kebetulan sedang ada pekerjaan di kantornya. Maklum, dia mark ... mark ....” Lasmi bingung sendiri.
“Anga bagian marketing, Na.” Sandi menjelaskan apa yang dimaksud istrinya.
“Ah, ya. Mark ... mark .... ah pokoknya seperti yang disampaikan Mas Sandi.” Lasmi bingung sendiri. Lidahnya yang seorang tamatan sekolah dasar tak leluasa mengucapkan kata-kata yang sulit. “Maklum, dia orang penting. Hari libur pun harus lembur. Jabatannya saja jarang-jarang ada yang mendudukinya. Tidak sembarang orang bisa duduk di sana. Kalau orang biasa, paling jabatannya dalam bahasa Indonesia. Ini dalam bahasa Inggris, pastinya hanya Anga-ku yang mampu.” Lasmi sengaja membanggakan karier putri kesayangannya dengan harapan akan jadi pertimbangan pasangan pengusaha kaya raya dari ibu kota tersebut.
Sandi menyenggol lengan istrinya dan meminta wanita itu diam. Sejak tadi, Lasmi membuatnya malu.
“Apa-apaan, Bu. Jangan membuat malu,” bisiknya pelan.
“Mas ....” Lasmi menyapa dengan manja mendayu. Sandi terbelalak akan sikap istrinya yang berubah 180 derajat.
“Kenapa memanggil seperti itu? Biasanya juga bapaknya anak-anak.”
“Menyesuaikan, Pak. Tidak enak dengan calon besan.”
Sepasang mata Lasmi berkedip cepat, lidahnya menyapu bibir yang dipoles gincu merah menyala pinjaman dari pemilik warung kelontong di ujung gang. Dia harus menerobos gerimis sembari menutupi kepala dengan baskom plastik demi bisa sampai di tempatnya menggosip tadi pagi. Terlalu bahagia saat mendapat kabar dari Sandi dan tak rela menikmati sendiri. Bagaimanapun, Lasmi harus berbagi bahagia itu dengan orang-orang satu kampung, teman senasib, seperjuangan, dan menggosip.
Sandi menggeleng ketika istrinya tersenyum tanpa alasan. Pandangan kosong, terarah pada Kana dan Erlang.
Dia sudah gila.
“Bu, kembali. Tidak enak dengan Kana dan suaminya.” Senggolan Sandi sanggup menarik Lasmi ke alam nyata.
“Em-em, sampai di mana tadi?” Wanita itu tergagap. “Ah, sampai Kenanga. Putri tertua kami itu lebih cantik ....” Dia terdiam saat mata suaminya melotot. “Mak—maksudku, Uni cantik sederhana, Anga cantik luar biasa dan berprestasi. Kemarin saja, Anga dapat hadiah dispenser dari kantornya. Pegawai ... em maksudku karyawan tela ... maaf, manajer teladan di perusahaannya.”
Kana dan Erlang terpana.
“Oh ya? Bekerja di perusahaan apa?”
Lasmi terdiam, menatap suaminya. Dia bingung menjelaskan pada kedua tamu suaminya dari Jakarta.
“Perusahaan ... perusahaan ....”
“Anga kerja di laundry dekat rumah kami, Na.” Sandi menggeleng untuk ke sekian kalinya.
“Itu cabangnya. Kantor pusatnya di Jakarta, Mas. Itu perusahaan besar. Untuk bisa bekerja di sana itu tidak sembarangan orang.”
Mencoba menengahi, Sandi membenahi ucapan sang istri. “Dia belum lama lulus kuliah, Na. Masih mencari pengalaman.”
“Oh.” Kana tersenyum. Diamatinya Lasmi dengan saksama, seakan ingin mencari tahu kepribadian wanita tersebut.
Di tengah obrolan, tiba-tiba seorang pria muda ikut bergabung tanpa permisi. Penampilan necis, rambut pun disisir kelimis. Kemeja batik tulis tampak serasi di tubuh yang atletis. Hanya saja, aroma yang menguar terasa tak sejalan dengan penampakannya.
“Ini ... siapa?” Sandi tercengang dengan kehadiran Wisely yang tiba-tiba sudah duduk bersila di sebelah Erlang.
“Oh, ini Wisely, putraku Kang. Kenalkan.”
Seruni yang sejak tadi sibuk bertukar kabar dengan kekasihnya sontak mengangkat pandangan. Tak sengaja, gadis itu beradu tatap dengan pria muda yang berpapasan dengannya di pelataran.
“Dia?”
“Dia ....”
Wisely mengarahkan telunjuk ke arah Seruni, demikian juga sebaliknya. Gadis manis itu terkesiap.
Dia tampan sekali.
Buru-buru menghempaskan kalimat pujian tersebut, Seruni tak mau main hati dengan laki-laki lain. Kekasihnya tengah menanti jawaban di ujung aplikasi obrolan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
ya ampun bu lasmi tag kira si kenanga kerja kantoran ehh ternyata cuma di laundry too kayak gitu ngebanggain anaknya setinggi langit😄😄
2023-10-17
1
Ashrya AN
makanya jgn berlebihan memuji anak Bu Lasmi. pas di tanya kerja di perusahaan apa malah jadi tukang laundry 🤦🏼♀️
2023-05-19
0
🌹🐊GHISNA🐊🌹🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Astaga nagaaa. IbunyA kenanga itu norAk tingkat propinsi. Loudry bilangnya perusahaan.
2023-04-05
0