Bak Langit dan Bumi

“Wise, jangan pulang malam. Besok kita ke Bandung.” Kana berpesan pada putra semata wayangnya yang sedang memainkan kunci mobil sport koleksi sang papa.

Berjaket kulit hitam, celana denim senada dengan robekan merajalela itu membuat mata semua orang membola menatap penampilan seorang Wisely Erkana Hutomo Putra.

“Ya, Ma.” Wise tampak berjongkok, merapikan tali sepatunya yang terburai berantakan.

“Ingat, jangan pulang lewat tengah malam!” Erlang merapikan kacamata yang bertengger di wajah rentanya. Sejak tadi menonton acara debat di televisi, sesekali memperhatikan diam-diam.

Wisely yang tengah bersimpuh, sontak menengadah. “Yang benar saja, Pa? Lebih-lebih dari Cinderella.”

Kana mengukir senyuman manis, duduk di sisi sang suami. Ucapan Wisely kadang memang asal dan memancing tawa. Beralih menatap suaminya, wanita tua itu paham saat ini Erlang tengah menyembunyikan kesal.

“Wise, jangan sampai mabuk. Besok, kamu yang harus membawa mobil. Tidak mungkin meminta Papa yang menyetir.”

“Ya, Ma.” Wisely menjawab tanpa berpikir panjang. Melambaikan tangan, pria muda itu setengah berlari menuju ke pintu utama. Dia tak mau sampai terlambat, salah satu temannya mengundang berpesta di kelab pribadi.

“Jangan mabuk!” Erlang masih sempat melontarkan ancaman walau bayangan putranya sudah menghilang dari pandangan. “Ckckckck. Coba saja lihat nanti, pasti berulah lagi.”

Pria yang sudah menyemir hitam rambutnya itu tampak lebih muda dan gagah. Demi pertemuan keluarga yang akan menentukan masa depan putranya, terkadang dia harus mengalah dan menuruti ide Kana.

“Mas, sudah. Jangan marah-marah.” Kana menepuk pundak sang suami. “Ingat, jantungmu itu sudah pernah overhaul.”

“Hush!” Erlang tak terima. “Aku masih segagah dulu. Tampilan memang Elvis Presley, tapi jiwanya Justin Bieber.”

...🍒🍒🍒...

Pagi hari di salah satu sudut kota Bandung. Gerimis kecil luruh ke bumi sejak pagi. Semilir angin menyapa kulit, menusuk tulang. Matahari malu-malu mengintai di sudut timur, menyapa bumi yang sedang berderai. Sepasang suami istri berusia senja tampak sibuk sejak pagi. Membersihkan hunian sederhana mereka demi menjamu tamu penting dari Jakarta.

“Pak, bukannya janji bertemu di restoran?” Wanita tua dengan daster lusuh tampak cemberut. Bibir bergincu merah maju beberapa senti dari normalnya. Dia yang biasa masih bergelung di balik selimut dipaksa Sandi untuk berbenah.

“Takutnya sehabis dari restoran … mereka mau kunjungan ke sini, Bu. Tidak enak kalau rumah berantakan.” Sandi tengah membersihkan pigura yang membingkai foto keluarga mereka dengan kain lap basah. Berdiri di atas bangku plastik, pria tua itu terlihat bersemangat mengusap satu persatu bingkai yang tergantung di dinding dengan jala laba-laba dan debu menempe tebal di sana.

“Ah, tidak mungkin. Untuk apa mereka ke sini?”

“Sepertinya, kalau aku tidak salah tangkap. Mereka ada niat khusus. Tapi, baru dugaan, jangan terlalu berharap.”

Wanita tua yang tadinya malas-malasan mendadak bersemangat. “Apa? Sepertinya ada sesuatu yang menggembirakan.

“Kana menanyakan anak-anak. Bahkan, meminta foto Anga dan Uni. Terus, sempat menyinggung masalah Wisely, putra mereka yang duda itu.”

Wanita tua bernama Lasmi itu mendadak semringah. Mulut ternganga, otaknya merangkai cerita indah. “Ja … jangan katakana kalau mereka mau menjadikan putri kita menantu, Pak.”

“Sepertinya, arah ke sana, Bu. Tapi, ini baru dugaan. Jangan terlalu bersemangat. Takutnya, kalau salah … malah kecewa.” Sandi berbalik badan dan memandang ke arah istrinya. Wanita berambut sepinggang itu tampak berbinar sembari meremas kain lap basah.

“Kalau begitu, cocok dengan Anga-ku. Dia masih sendiri sampai sekarang. Kalau Uni-mu ‘kan sudah punya pacar. Anak juragan sayur kampung sebelah yang selama ini kamu banggakan, Pak.”

Sandi melotot ketika putri-putrinya dilabeli dengan kepemilikannya dan sang istri. Sejak menikah dengan janda beranak satu, pria itu tak pernah membedakan antara anak kandung dan sambung. Baginya, Kenanga dan Seruni adalah sama walau yang satu tak terlahir dari benihnya.

“Uni dan Randi hanya berteman, Bu.”

“Bertema apanya? Mereka serius, Pak. Uni masih kuliah, kalau tidak pasti sudah dilamar. Lagi pula, dia ‘kan adik sudah sewajarnya kakak menikah dulu. Wis … em Wis ….” Perempuan tua itu bingung. “Wis apa tadi, Pak?”

“Wisely.”

“Nah, ya. Wisely itu dari kota. Putra orang kaya ….”

“Dia pewaris perusahaan, Bu. Sayangnya kehidupan pernikahannya tak mulus.”

“Belum jodohnya, Pak. Mungkin berjodoh dengan Anga-ku.” Lasmi terdiam sejenak dan buru-buru meralat. “Maksudku Anga kita, Pak.”

Wajah berseri-seri, rambut panjang berayun pelan. Lasmi sudah membayangkan kehidupan mewah setelah putrinya menikah dengan orang kaya dari kota.

“Lagi pula, Bapak lihat sendiri, ‘kan? Anga dan Uni itu seperti langit dan bumi. Jelas sekali kalau memilih, pasti mereka pilih Anga. Modis, pekerja keras, dewasa, dan penampilannya berkelas. Berbeda dengan putrimu yang kampungan.” Embusan napas di ujung kalimat mengandung hinaan.

“Bu, dia putri kita, Jangan dibanding-bandingkan.” Sandi turun dari kursi dan menghampiri wanita yang sedang menontonnya berbenah. Ditatapnya tajam sang istri dengan mimik muka tak menyenangkan.

“Maksudku itu … tampilan Uni itu sederhana, Pak. Tidak cocok dibawa ke kota. Rambut hitam dikepang dua. Penampilannya … sudahlah. Coba bandingkan dengan Anga, dia cantik, tinggi, rambutnya pirang bergelombang, kalau berpakaian menarik. Ibu sering melihat, kalau dia berangkat kerja … pemuda kampung menjulurkan leher seperti jerapah demi bisa mengintainya.”

“Itu karena roknya terlalu mini, bukan kagum, Bu.” Sandi menggeleng. Bermaksud menyudahi obrolan, pria tua itu bergegas ke dapur. Tak sengaja, dia berpapasan dengan seorang gadis manis yang sedang membawa semangkuk besar nasi goreng untuk sarapan mereka.

“Uni, sudah selesai?”

“Sudah, Pak.”

“Panggilkan Anga. Minta dia bangun dan bersiap. Kita akan menemui teman Bapak dari Jakarta nanti siang. Dandan yang rapi dan sopan, jangan seksi. Ingatkan kakakmu, nanti Bapak malu.”

Terpopuler

Comments

Andi Nurul

Andi Nurul

😍😍😍😍😍😍

2023-12-17

0

🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

ya ampun si ibu ini kalo nilai anak kok segitunya harusnya ga beda2in anak juga dong. yakin banget kalo wise bakal mau juga sama kenanga buk buk

2023-10-17

0

Ndhe Nii

Ndhe Nii

semangat ...semangat saiyya kl ketemu othor yg satu ini🙏😍❤️😀

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!