Sandi berdiri dengan tangan bertolak di pinggang. Sepasang matanya berkilat merah, menyiratkan amarah. Menatap istri dan putrinya bergantian, dia tak sanggup berkata-kata. Semakin diingat, dadanya makin sesak. Walau Kenanga hanya seorang putri sambung, rasa cinta pada gadis itu seperti seorang ayah dan anak kandungnya. Tak membedakan sama sekali antara Kenanga dan Seruni.
“Katakan!” Sengaja menahan Kenanga, dia tak mengizinkan putri sulungnya berangkat kerja.
“Pak, jangan marah-marah. Bisa dibicarakan baik-baik.” Lasmi duduk bersandar di tempat tidur, kedua kaki terjulur. Mata sembab, tubuhnya terkulai lemah. Sejak mengetahui hasil test pack bergaris dua, perasaannya mengambang.
“Bagaimana tidak marah-marah? Ini bukan masalah sepele, Bu. Anga hamil. Hamil!” tegas Sandi, mulai terpancing amarah kembali setelah sejak tadi berusaha meredamnya. Napas yang semula tenang, kini berantakan. Tangan dengan gurat keriput itu mengepal, garis rahang mengetat.
Kenanga tertunduk, duduk di sisi tempat tidur menemani Lasmi.
“Katakan! Siapa?” Suara Sandi mulai meninggi.
Gadis yang menjadi pangkal masalah tak menggubris. Tetap diam seribu bahasa, kedua tangan saling meremas di atas pangkuan.
“Katakan, Nga! Jangan membuat malu keluarga. Kalau memang tidak mau berterus terang dan menutupi siapa pelakunya, silakan angkat kaki dari rumah ini,” ancam Sandi.
Napas Lasmi mendadak sesak, tubuhnya kembali melemas. Dia tak bisa membayangkan andai Kenanga diusir keluar dari rumah. Sudah harus kehilangan kesempatan berbesan dengan orang berada, putrinya pun harus hidup terlunta.
“Tidak, Pak. Jangan berkata seperti itu. Dia putriku. Jangan bersikap tidak adil.”
“Kalau memang tidak mau diusir, sebaiknya berterus terang. Siapa pelakunya. Kita harus meminta pertanggungjawaban. Tidak mungkin membiarkan laki-laki itu lepas tangan. Apa pun yang terjadi, dia harus menikahi Anga!” tegas Sandi.
Lasmi terdiam. Impiannya musnah karena ulah Kenanga. Asa yang senantiasa diselipkan di tiap doa malamnya kini beterbangan. Tak ada lagi yang tersisa. Semua perjuangannya sia-sia.
“Tapi, Pak.” Lasmi ragu untuk mengemukakan pendapatnya. Apalagi ketika mendapati suaminya tengah digulung murka. “Anga sudah akan menikah. Percuma kita mencari keberadaan pria itu, tetap saja ....”
“Tidak. Pernikahan harus dibatalkan. Tidak mungkin menyodorkan Anga yang sedang hamil untuk menjadi menantu Kana. Aku akan minta maaf dan minta pembatalan perjodohan ini. Kita tidak ...,” tegas Sandi seraya menggeleng.
“Tidak. Aku tidak setuju, Pak? Tak mungkin dibatalkan.” Lasmi masih berharap. “Lagipula, kandungan Anga masih sangat muda. Bisa saja test pack ini salah.” Memupuk harap, wanita tua itu tak mau sampai impiannya hancur.
Sandi menggeleng mendapati sikap keras kepala istrinya.
“Pak, bisa saja nanti Anga keguguran dan ....” Lasmi tak sanggup meneruskan kata-katanya ketika mendapati suaminya menatap tajam. “Maksudku ... begini, Pak.” Terbata-bata, wanita tua itu sempat ragu.
“Hmm.” Sandi menggeram.
“Begini, Pak. Kandungan masih muda. Tidak akan kentara. Biarkan pernikahan itu tetap ada dan bisa saja bayi itu akan menjadi keturunan Wis ... siapa namanya?”
“Wisely.” Sandi menjawab suara datar. Mimik muka tak bersahabat, kembali Sandi menggeleng. Berdebat dengan istrinya hanya akan membuat hipertensi. “Jangan melakukan sesuatu di luar batasanmu. Aku tidak mungkin lagi meneruskan perjodohan ini. Aku malu pada Kana kalau sampai dia mendapati Anga hamil.”
“Tapi, Pak. Tidak bisa begitu. Semua persiapan telah dimulai. Mana mungkin dibatalkan. Kasihan Anga, Pak.” Lasmi berdalih.
Terkekeh, pria tua itu mengamati istrinya. “Tidak pernah berubah. Pantas saja, kelakuan Anga seperti itu. Menurun darimu, Bu.”
“Tapi, benar-benar ini tidak bisa dibatalkan sepihak. Sebaiknya, perjodohan ini dilanjutkan. Mereka juga tidak akan tahu. Menikah secepatnya dan ....”
“Apa aku minta Uni saja yang menggantikan Anga. Setidaknya, persiapan pernikahan jadi tidak sia-sia. Lagi pula, Kana juga tak akan keberatan. Anga atau Uni ... tidak ada bedanya.
Lasmi melotot. Ucapan Sandi memancing kekesalannya.
“Tidak. Anga yang akan menikah dengan Wis ....”
“Wisely, Bu.”
“Jangan gila. Jangan bikin malu. Aku akan mengurus semuanya. Cari tahu siapa ayah dari bayinya. Kita akan menuntut ke keluarganya. Bagaimanapun, dia tak boleh lepas tanggung jawab. Anga akan menikah dengan ayah dari bayinya dan Uni menggantikan Anga, menikah dengan Wisely!” tegas Sandi, tidak memberi celah untuk penolakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
dih bu lasmi nih ibu macam apa sih udah macam gila harta aja , sampai mau tetep nikahin kenanga sm wise trus hamilnya diakuin wise gitu dih mimpi bukk
2023-10-17
0
Yudhiari Denada
gak tau diri
2023-07-20
0
Yudhiari Denada
jangan² suami orang
2023-07-20
0