“Apa kamu mempercayai cerita aku?” tanya Fabian.
“Tentu saja percaya, aku bisa melihat dari mata kamu,” jawab Renata dan Fabian langsung tertawa. Mereka sedang duduk santai di sofa, walaupun cerita itu menyedihkan Fabian berusaha membawakannya senyaman mungkin untuk Renata. Sekarang Renata dan Fabian sudah mengganti baju mereka, dan dengan terpaksa Renata memakai kaos longgar Fabian dan celana yang kebesaran.
Entah berapa lama Fabian bercerita, hingga hari sudah malam. Fabian bercerita detail sekali, ia tidak mau ketinggalan satu pun. Walaupun itu terasa susah, namun Fabian tidak bisa membiarkan Renata tidak mengetahui semuanya. Renata harus mendengar pandangan Vanessa dan bukan hanya pandangan Amelia. Karena di pandangan Amelia, Nathan begitu baik. Namun, di pandangan Vanessa, Nathan adalah pria yang jahat. Terserah Renata ingin mempercayai yang mana.
“Renata, apa kamu bisa menginap di sini untuk semalam saja?” tanya Fabian sambil menyenderkan kepalanya di sofa dan memejamkan mata, lalu menarik Renata untuk tidur di dadanya. Fabian mengelus rambut Renata yang masih basah, karena hujan tadi. Renata merasa canggung dengan situasi itu, namun di satu sisi Renata merasa nyaman.
“Jawab pertanyaan aku Renata,” ucap Fabian dengan tegas.
“Eh aku tidak bisa, nanti Emily akan menangis kalau aku tidak pulang,” balas Renata, sontak Fabian langsung mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Renata sempat bingung siapa yang Fabian hubungi, namun saat panggilan itu terhubung. Fabian langsung mengeraskan suara panggilan itu dan ternyata itu Emily.
“Halo, Emily yang imut. Apa Rena bisa menginap dengan Om Fabian malam ini, om merasa sedih nih,” ucap Fabian dengan suara memelas, Renata yang mendengar itu benar-benar malu mendengarnya. Bisa-bisanya Fabian menghubungi Emily untuk hal seperti itu, dan Fabian menghubungi melalui nomor Anastasia, dari mana Fabian mendapatkannya.
“Tidak bisa, kalau Rena menginap Emily juga harus menginap,” balas Emily dengan tegas.
“Baiklah, kamu minta tante Anastasia untuk mengantarkan kamu. Habis itu kita menginap bersama,” ucap Fabian dan Emily setuju dengan itu, bahkan Emily ingin cepat-cepat datang. Fabian langsung memberikan alamatnya dan meminta Anastasia mengantarkan Emily, sungguh Renata benar-benar malu mendengar itu. Bahkan Renata belum mengucapkan apa pun kepada Emily, anak itu langsung menutup panggilannya.
Fabian yang melihat Renata malu, langsung tertawa kecil. Fabian pun memegang dagu Renata agar Renata mau melihatnya. Saat kedua mata mereka bertatapan, Renata langsung berdebar-debar. Ternyata Fabian memiliki mata yang begitu indah, mengapa Renata tidak menyadari itu. Renata langsung mengelus kelopak mata Fabian, seakan-akan Renata terhipnotis akan mata Fabian. Tangan Fabian yang tadinya ada di dagu Renata, berpindah ke pipi Renata. Fabian mengelus pipi Renata dengan begitu pelan, sedangkan Renata masih sibuk dengan mata indah Fabian. Tangan Fabian kembali ke dagu Renata dan Fabian mendekatkan wajahnya kepada Renata. Renata langsung menutup matanya, dan tiba-tiba Renata merasa bibir Fabian menyatu dengan bibirnya.
Fabian pun melepaskan bibirnya secara perlahan dari bibir Renata. Mereka berdua langsung bertatapan satu sama lain, Fabian tersenyum kepada Renata. Lalu Fabian mencium kening Renata, sedangkan Renata hanya diam saja. Renata merasa campur aduk, antara terkejut dan merasa senang. Setelah mencium kening Renata, Fabian langsung memeluk Renata dengan begitu erat. Fabian memejamkan matanya sebentar, tapi Fabian tidak membiarkan Renata untuk pergi ke mana-mana.
“Apa kamu benar-benar mencintai aku?” ucap Renata yang masih dalam pelukan Fabian.
“Aku mencintai kamu melebihi aku mencintai diriku sendiri, apa kamu tidak benar-benar mencintai aku?” tanya Fabian.
“Ya aku mencintai kamu, tapi hubungan kita tidak ada kejelasan sama sekali,” ucap Renata dengan ragu.
“Aku tidak pernah suka berpacaran, tapi jika kamu ingin kita berpacaran aku akan melakukan hal itu,” balas Fabian, sontak Renata langsung mengangguk. Namun, seperti ada mengganggu pikiran Renata tapi Renata menghiraukan itu, ia begitu senang bisa bersama Fabian sekarang. Renata tidak ingin ada yang mengganggunya sekarang.
***
“Om Fabian, aku kangen!” ucap Emily yang langsung meminta Fabian menggendongnya, dengan cepat Fabian langsung mengendong Emily. Sedangkan Emily melupakan Renata, yang pertama ia cari adalah Fabian. Renata merasa iri melihat itu, tapi Renata juga senang.
“Emily sudah makan?” tanya Renata dan Emily langsung menggelengkan kepala.
“Aku ingin makan bersama dengan Rena,” jawab Emily, sontak Renata melihat jam. Dan sekarang sudah jam 21.30 malam, Renata pun terkejut melihatnya. Ditambah Renata bingung ingin makan apa dimalam hari seperti ini. Jika Renata ingin memasak, ia bingung harus memasak apa karena ini bukan rumahnya.
“Ayo kita makan piza,” celutuk Fabian, sontak Renata langsung melotot. Sedangkan Emily senang mendengar itu.
“Fabian, Emily tidak boleh makan yang tidak sehat,” ucap Renata.
“Ayolah Renata hanya sekali saja, Emily juga tidak mungkin makan satu box piza,” bantah Fabian.
“Benar itu, Emily jarang sekali makan piza,” ucap Emily.
“Ayolah Rena, kita makan piza ya. Janji satu kali ini saja, oke.” Ucap Fabian yang memaksa Renata, bahkan Emily begitu setuju dengan Fabian. Jika menangi Emily saja mungkin Renata bisa, namun ini Fabian yang bertingkah seperti anak kecil. Terpaksa Renata mengiyakan, daripada dua orang marah kepadanya.
Akhirnya Fabian memesan piza dan Renata hanya bisa pasrah. Sambil menunggu piza, Fabian menunjukkan apartemennya kepada Emily dan Renata duduk manis di sofa. Emily begitu takjub saat memasuki ruangan yang di dalamnya ada piano yang begitu indah, biasanya Emily melihat piano hanya dalam film. Tapi sekarang Emily melihatnya secara langsung, Emily pun meminta Fabian mengajarinya. Fabian berjanji akan mengajarkan Emily nanti setelah makan malam.
Tak lama kemudian piza itu datang, Emily begitu antusias saat melihat piza itu datang. Akhirnya mereka bertiga makan dengan begitu lahap di meja makan, setelah selesai makan Renata langsung membujuk Emily untuk tidur. Namun, Emily tidak ingin tidur sebelum Fabian mengajarkannya bermain piano, sedangkan Fabian sudah mulai mengantuk. Terpaksa Fabian membawa Emily ke ruang piano, tapi Fabian meminta Emily untuk mendengarkan ia bermain lalu Emily bisa bermain.
Fabian memainkan beberapa lagu, agar Emily benar-benar tertidur. Alunan musiknya begitu lembut sehingga membuat Emily ingin memejamkan mata, tapi Emily menahannya. Emily ingin menunggu gilirannya, padahal Fabian tidak akan memberi giliran kepada Emily. Mungkin esok Fabian akan membiarkan Emily bermain, namun tidak malam ini. Setelah 6 lagu, Emily tertidur pulas di pangkuan Fabian.
“Tidur yang nyenyak,” ucap Fabian dengan begitu pelan. Fabian pun mengendong Emily dengan hati-hati, agar Emily tidak terbangun. Fabian membawa Emily ke kamarnya dan menidurkan Emily di sana, lalu Fabian menyelimuti Emily dengan hati-hati. Setelah itu Fabian memanggil Renata yang sedang bersantai di depan, untuk menemani Emily tidur.
“Kamu tidur di mana?” tanya Renata saat sudah sampai di kamar.
“Aku akan tidur dikamar tamu, di samping kamar ini. Jika kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil aku,” jawab Fabian yang langsung menutup pintu kamar untuk membiarkan Renata beristirahat. Akhirnya Renata tidur di samping Emily, sedangkan Fabian tidur di kamar lain. Tadinya Fabian ingin tidur bersama Renata dan Emily, tapi Fabian tidak ingin membuat Renata tidak nyaman.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments