Know Nothing About You

Keesokan harinya, Renata merasa tidak enak badan dan merasa pusing sekali. Namun, Renata tetap pergi bekerja hari ini, karena hari ini ada rapat yang sangat penting dan Fabian akan benar-benar marah jika Renata tidak datang. Sekarang Renata sedang berada di ruangannya, ia sedang mengatur berkas-berkas yang di perlukan untuk rapat hari ini.

“Kenapa aku harus sakit di hari penting seperti ini,” ucap Renata yang merasa tidak kuat.

Renata pun menaruh kepalanya sebentar di atas meja untuk mengistirahatkan kepalanya dan beberapa menit kemudian Renata tertidur. Sekarang sudah menunjukkan pukul 08.35 pagi sedangkan rapat di mulai pukul 08.30 pagi, dan Renata masih tertidur pulas di atas mejanya tanpa menyadari jika sedari tadi Fabian meneleponnya. Beberapa jam pun berlalu dan Renata masih tertidur lelap hingga pukul 09.50 pagi.

Hingga akhirnya Renata terbangun dan segera melihat ponselnya, ia benar-benar terkejut melihat pukul berapa sekarang, ditambah ada panggilan tidak terjawab dari Fabian. Renata pun segera menghubungi Fabian kembali, namun ia terlambat. Fabian sudah berada di luar ruangan dan bersiap masuk ke dalam ruang Renata. Tamatlah riwayat Renata kali ini, pasti Fabian akan memarahinya habis-habisan.

“Renata, dari mana saja kamu?” tanya Fabian saat memasuki ruangan Renata.

“Maafkan saya,” jawab Renata dengan suara yang begitu kecil. Entah mengapa tiba-tiba Renata tidak bisa berbicara normal, Fabian yang melihat itu langsung menghampiri Renata agar bisa mendengar lebih jelas. Saat Fabian mendekat, ia bisa melihat jika Renata bercucuran keringat.

“Apa kamu sakit?” tanya Fabian dan Renata langsung mengangguk. Fabian pun langsung memegang tangan Renata dan tangan Renata terasa begitu dingin, dengan cepat Fabian menyuruh Renata untuk segera pulang, karena sepertinya Renata membutuh istirahat.

Renata pun langsung merapikan barangnya dan bergegas untuk pulang, sungguh Renata mengira Fabian akan memarahinya. Tapi saat Renata ingin keluar dari ruangannya, tiba-tiba ia merasa pusing yang teramat dan seketika Renata jatuh pingsan. Fabian yang melihat itu langsung terkejut dan segera menolong Renata.

***

“Sungguh merepotkan,” gerutu Fabian yang sekarang sedang berada di rumah sakit menunggu Renata, sebenarnya Fabian berencana untuk meninggalkan Renata dan menghubungi keluarga terdekat Renata. Tapi Fabian baru mengingat jika ia tidak mengetahui apa-apa tentang Renata, bahkan keluarga Renata saja Fabian tidak tahu.

Tak lama kemudian Renata membuka matanya dan terkejut, karena ia sudah berada di rumah sakit, ditambah ada Fabian yang duduk menunggunya. Renata pun berdiam diri sebentar dan mengingat hal apa yang baru saja terjadi, namun untuk mengingat kejadian yang tadi terjadi kepala Renata terasa berat.

“Jangan memaksakan diri untuk menggunakan otakmu,” ucap Fabian dan Renata langsung merasa malu mendengar itu. Renata pun segera bangun dan mengumpulkan lagi tenaganya, tapi Renata tiba-tiba teringat Emily yang belum ia jemput siang ini. Renata langsung mencari ponsel dan dengan cepat Fabian memberikannya, saat melihat ponselnya Renata mendapatkan panggilan tidak terjawab dari gurunya Emily.

“Maaf Tuan, seperti saya harus pergi sekarang,” izin Renata, sontak Fabian langsung menahan Renata untuk pergi.

“Tidak ada, apa kamu gila. Dokter baru saja mengatakan jika kamu terkena demam tinggi dan kamu harus di rawat di sini, jadi kamu tidak bisa pergi ke mana-mana,” ucap Fabian.

“Tuan tidak mengerti, saya harus menjemput anak saya sekarang juga,” balas Renata dan Fabian langsung terkejut. Sejak kapan Renata memiliki anak setahu Fabian, Renata tidak memiliki anak sama sekali dan Renata juga tidak pernah membahas tentang anak kepada Fabian. Fabian benar-benar di buat bingung oleh ucapan Renata.

“Baiklah, saya yang akan menjemput anak kamu, kamu tinggal beritahu saya di mana saya harus menjemput. Karena tidak mungkin untuk kamu pergi mengemudi sendiri dalam keadaan seperti ini, bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup,” ucap Fabian. Sebenarnya Renata tidak ingin merepotkan Fabian, tapi yang Fabian katakan ada benarnya. Renata pun langsung memberitahu alamat sekolah Emily.

“Namanya Emily. Jika Tuan sudah ketemu tolong telepon saya, karena Emily tidak suka dengan orang asing. Terima kasih Tuan, maaf sudah merepotkan,” ucap Renata dan Fabian langsung tersenyum tipis.

“Tidak usah khawatir, kamu tunggu sini dan beristirahatlah,” balas Fabian lalu pergi meninggalkan Renata.

***

“Kamu kalah!” ucap Emily sambil menjulurkan lidah kepada Ben, Ben pun langsung cemberut mengetahui jika ia kalah. Padahal mereka berdua hanya bermain suit, namun mereka benar-benar kompetitif. Entah berapa lama mereka bermain suit hingga akhirnya mereka lelah sendiri.

Sama seperti kemarin, Emily dan Ben belum di jemput sama sekali. Mereka sudah menunggu cukup lama, bahkan mereka sudah bermain banyak hal dan sebagian besar suit. Namun, tidak satu pun dari mereka yang dijemput, tapi tentu saja mereka tidak merasa bosan karena mereka senang menghabiskan waktu bersama. Tak lama kemudian Fabian pun datang, tetapi saat Fabian mengecek ia hanya mendapatkan Ben dan seorang gadis kecil yang tidak ia kenal. Ben yang melihat Fabian langsung menghampirinya dan memeluknya.

“Om Fabian! Ternyata Om yang menjemput aku, memang mama ke mana?” ucap Ben dan Fabian hanya diam karena bingung.

“Om bahkan tidak tahu kamu sekolah di sini,” balas Fabian dan Ben ikut bingung, jika Fabian tidak datang untuk Ben berarti Fabian datang untuk siapa. Ben langsung melepaskan pelukan dan menatap Fabian dengan tatap bingung, dengan cepat Emily langsung menghampiri Ben dan Fabian.

“Berarti Om kamu datang kesini bukan untuk bertemu kamu,” celutuk Emily. Bukan memperbaiki keadaan Emily malah membuat yang lain semakin bingung, terutama Ben yang tidak bisa mencerna keadaan saat ini. Tak lama kemudian Alesya pun datang dan itu membuat Ben semakin bingung, situasi apa yang sedang terjadi saat ini.

“Apa yang lakukan di sini Fabian?” tanya Alesya.

“Sebenarnya aku tidak ingin buang-buang waktu, aku di sini hanya mencari gadis kecil bernama Emily,” jawab Fabian dan Ben langsung melihat kepada Emily, begitu juga Emily yang langsung melihat kepada Ben. Bahkan Emily tidak mengenal Fabian sama sekali, lagi pula Fabian adalah pamannya Ben jadi pasti Fabian datang untuk Ben bukan untuk Emily.

“Oke seperti kalian semua sedikit bingung. Pertama, aku datang kesini untuk menjemput anaknya Renata asistenku. Kedua, aku datang kesini bukan untuk menjemput Ben dan mungkin Ben suatu saat Om akan menjemput kamu. Ketiga, Alesya ingat Renata hanya asistenku.” Ucap Fabian panjang lebar, sontak Alesya langsung tertawa mendengar itu.

“Baiklah Omnya Ben mana bukti Om jika Rena menyuruh Om,” tagih Emily.

Dengan cepat Fabian langsung menghubungi Renata dan saat itu juga Renata langsung mengangkat. Renata memberitahu semua yang terjadi kepada Emily dan itu memakan waktu cukup lama, sedangkan itu Alesya hanya bisa tertawa. Alesya tahu betul jika Fabian tidak memberi pertolongannya ke seberang orang dan juga Alesya menunggu konfirmasi dari Renata, agar tidak ada kecurigaan sama sekali.

“Baiklah, aku sudah berbicara dengan Rena dan Om sebaiknya antarkan aku ke Rena sekarang juga,” ucap Emily sambil memberikan ponsel kepada Fabian.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!