Know Nothing About You part 2

Malam hari pun tiba, sekarang Fabian sedang menyendiri dan memainkan pianonya. Fabian memainkan Moonlight Sonata karya Beethoven, Fabian memainkannya dengan begitu tenang dan berhati-hati karena ia tidak ingin ada kesalahan sama sekali. Fabian sudah bermain piano lebih dari 10 tahun, memainkan piano membuat pikiran Fabian menjadi jernih dan tenang. Bermain piano juga membuat Fabian melupakan masalah yang sedang ia hadapi.

Permainan Fabian pun berakhir dan Fabian langsung diam seketika, ia melihat langit-langit apartemennya. Tiba-tiba di benak Fabian terlintas Renata dan Emily, Fabian berpikir betapa menyenangkannya melihat mereka berdua. Setelah 4 tahun mengenal Renata, Fabian baru menyadari jika Renata mempunyai sisi lain yang tidak ia tahu. Fabian pun mengingat saat pertama kali Renata bekerja untuknya.

Saat pertama kali melihat Renata, Fabian bisa merasakan jika Renata takut kepadanya. Setelah bertahun-tahun Renata masih saja takut kepada Fabian, namun Fabian membiarkan itu semua. Hingga suatu hari Fabian melihat Renata menangis di tangga darurat kantor, saat itu lift sedang penuh dan Fabian memutuskan untuk menggunakan tangga darurat. Namun, Fabian malah melihat Renata menangis sesenggukan, saat itu Fabian ingin menghampiri Renata dan menenangkannya, tapi Fabian sadar ia tidak tahu apa-apa.

“Memang kamu tidak mengetahui apa-apa tentang dia dan menurutku itu cukup adil. Kamu tidak berhak mengetahui tentang Renata dan begitu juga sebaliknya.” Bisikkan itu tepat berada di telinga kiri Fabian, yaitu suara dirinya sewaktu kecil.

“Tapi aku berpikir jika Renata akan menjadi teman yang baik,” ucap Fabian.

“Kamu pikir Renata akan menerima masa lalu kamu yang begitu kelam, terlebih lagi ayah yang begitu kejam. Menurut kamu apa tanggapan Renata tentang itu dan apa kamu tidak lupa dengan mama, karena kita mama tidak bisa berbicara lagi. Apa kamu lupa hal itu dan kamu sendiri yang bilang orang seperti kita tidak pantas memiliki teman.”

Fabian pun terdiam sejenak dan semua itu ada benarnya, dirinya tidak pantas memiliki teman satu pun. Selama hidupnya yang ia lakukan hanyalah merepotkan orang lain dan tidak ada satu pun orang yang benar-benar mencintainya terkecuali, Alesya dan mamanya. Lagi pula Fabian tidak membutuhkan teman, yang ia butuh adalah hidup yang tenang. Fabian pun lanjut memainkan pianonya dengan penuh emosi dan rasa hancur.

“Kenapa kamu marah bukankah semua itu benar, untuk apa kamu marah. Apa kamu tidak bisa menerima kehidupanmu saat ini, apa kamu senang jika kamu mati hari itu. Sungguh anak yang lemah.”

“Akh!! DIAM AKU TIDAK MAU MENDENGAR OMONG KOSONG ITU LAGI,” ucap Fabian yang langsung memukul tuts pianonya, Fabian pun mengeluarkan air mata. Ia tidak tahan mendengar suara itu, ia tidak tahan mengingat masa lalunya, ia tidak tahan jika mengungkit rasa sakitnya, ia tidak tahan dengan hidupnya yang begitu tidak adil. Semua orang sudah mendapatkan kebahagiaannya, bahkan Alesya sudah merasa bahagia, lalu kapan seorang Fabian bisa merasakan hal itu.

***

“Terima kasih sudah menjaga Emily untukku,” ucap Renata yang sedang bertukar suara dengan sahabatnya yaitu, Anastasia. Renata sungguh bersyukur ada Anastasia yang bisa menjaga Emily selama ia sakit, entah apa yang akan Renata lakukan jika tidak Anastasia.

“Tenang saja Ren, lebih baik sekarang kamu tidur,” balas Anastasia langsung menutup panggilan.

Renata pun segara membaringkan tubuhnya dan berusaha memejamkan mata, namun tiba-tiba ia teringat dengan Fabian. Tadi Renata benar-benar melihat sisi lain dari Fabian, sisi yang tidak pernah Renata duga. Fabian yang arogan dan dingin bisa menolongnya, bahkan repot-repot menjemput Emily untuk Renata. Mengapa selama 4 tahun Renata tidak pernah melihat sisi lain dari Fabian, sisi yang membuat Renata tidak takut kepadanya.

Renata pernah mendengar jika sikap Fabian seperti itu, karena keluarganya yang tidak harmonis, namun Renata tidak ingin berburuk sangka. Sempat terlintas di benak Renata untuk bertanya kepada Fabian, tapi pasti Fabian akan marah karena Renata mencampuri masalahnya. Karena selama 4 tahun Fabian begitu tertutup terhadap Renata, tidak seperti bos yang selalu mengandalkan sekretarisnya. Fabian hanya meminta tolong tentang hal kantor, Fabian tidak pernah meminta tolong tentang urusan pribadi.

“Jika dipikir-pikir menjadi Tuan Fabian pasti melelahkan,” ucap Renata.

Renata segera memejamkan mata dan melupakan Fabian sejenak. Karena dalam keadaan apa pun juga Renata tidak berhak memikirkan masalah pribadi bosnya, lagi pula itu juga bukan urusan Renata jadi ia tidak berhak ikut campur. Belum tentu juga yang Renata pikirkan itu benar adanya dan Renata belum tahu pasti.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!