Pukul 12.30 siang. Sekarang Emily sedang menunggu Renata menjemputnya, sudah lebih dari 20 menit tapi Renata tak kunjung datang. Bahkan keadaan sekolah sudah sepi sekarang, mungkin tinggal Emily yang sedang menunggu dijemput. Sedari tadi Emily bolak-balik gerbang sekolah, karena merasa bosan. Tiba-tiba ada sebuah bola yang mengenai Emily dan membuat Emily terjatuh.
“Aduh sakit tahu!” teriak Emily.
“Maaf-maaf aku tidak sengaja,” ucap Ben dan langsung membantu Emily berdiri, seketika Emily langsung membersihkan lututnya yang kotor terkena tanah. Melihat itu, Ben langsung memberikan Emily sapu tangannya dan Emily langsung membersihkan lututnya dengan sapu tangan milik Ben. Ben pun langsung mengambil bolanya dan pergi dari hadapan Emily, namun Emily menahan Ben untuk pergi.
“Apa kamu sendirian di sini?” tanya Emily dan Ben langsung mengangguk.
Sama seperti Emily, Ben sedang menunggu mamanya untuk menjemput. Ben mengira jika sudah tidak ada siapa pun yang menunggu jemputan, maka dari itu Ben bermain bola sendiri. Tapi saat bermain Ben tidak sengaja menendang bola itu dengan begitu kencang hingga mengenai Emily yang sedang menunggu. Emily pun mengajak Ben menunggu bersamanya, bahkan mereka bertukar cerita.
Emily mengatakan jika ia tidak pernah melihat Ben di sekitar sekolah dan Ben menjelaskan jika ia adalah murid pindahan. Bahkan Ben melihat Emily di kelas saat tadi pagi, tapi Emily tidak memerhatikan. Mereka berdua pun terus bercerita hingga, Alesya datang untuk menjumput Ben.
“Mama!” teriak Ben yang begitu antusias melihat Alesya yang akhirnya datang.
“Wah kamu sudah di jemput ya, kalau begitu sampai jumpa besok ya!” ucap Emily sambil melambaikan tangan.
“Apa kamu tidak takut sendirian di sini?” tanya Ben dan Emily langsung menggeleng-geleng kepala. Emily pun menyuruh Ben untuk segera pergi, karena Alesya sudah menunggunya. Akhirnya Ben pun pergi dengan berat hati, karena menghabiskan waktu bersama Emily adalah hal yang menyenangkan.
Sekarang Emily hanya seorang diri menunggu Renata menjemputnya. Tidak biasanya Renata begitu lama untuk menjemput Emily, bahkan Emily sampai bosan menunggu sendiri, untung saja tadi ada Ben yang menemani Emily. Tidak lama kemudian akhirnya Renata datang juga dan itu membuat Emily senang, tapi Emily juga marah kepada Renata karena telat menjemputnya.
“Hai Emily cantik, maaf ya Rena telat datang,” ucap Renata saat keluar dari mobil, sontak Emily langsung memasang wajah cemberut. Namun, Renata mempunyai senjata ampuhnya untuk membujuk Emily yaitu, cokelat dan es krim vanila. Renata pun langsung menunjukkan cokelat dan es krim yang telah ia beli, seketika mata Emily langsung berbinar melihat cokelat dan es krim itu.
“Baiklah, kali ini Rena aku maafkan,” ucap Emily yang langsung mengambil cokelat dan es krim itu.
***
“Apa kabar mah? Maaf ya Fabian jarang mengunjungi Mama, belakang ini Fabian benar-benar sibuk,” ucap Fabian kepada sang ibu. Vanessa langsung mengelus pipi anak lelakinya dan tersenyum. Vanessa pun mengangguk, untuk memberitahu Fabian jika ia baik-baik saja. Fabian pun langsung meneteskan air mata, namun dengan cepat Vanessa langsung menghapusnya.
Fabian merasa bersedih, karena melihat kondisi ibunya sekarang. Yang harus menetap di rumah sakit jiwa dan tidak bisa berbicara sama sekali, itu membuat Fabian setiap kali bertemu dengan ibunya mengeluarkan air mata. Walaupun membuat Fabian bersedih melihat kondisi Vanessa saat ini, itu tidak membuat Fabian berhenti menemui ibunya.
“Jika Fabian tidak sibuk nanti, pasti Fabian akan terus mengunjung Mama. Tenang saja Fabian janji tidak akan pergi ke mana-mana, begitu juga kak Alesya,” ucap Fabian dan Vanessa langsung tersenyum mendengar itu. Fabian pun menghabiskan waktu yang ia punya bersama Vanessa.
Hingga akhirnya waktu Fabian bersama sang ibu sudah habis. Fabian segera pergi dari rumah sakit dan melihat langit sudah mulai gelap ditambah hujan rintik-rintik. Fabian pun berdiam diri sebentar, untuk melihat langit yang mendung itu. Karena melihat langit yang mendung itu membuat Fabian teringat sesuatu.
Waktu itu, Fabian yang masih berumur 8 tahun sedang melihat langit yang mendung dan menantikan hujan turun. Agar Fabian bisa mandi hujan sepuasnya dan beberapa saat kemudian hujan pun mulai berjatuhan, terdengar hujan itu cukup deras. Dengan cepat Fabian bergegas keluar kamarnya, namun saat Fabian sampai di ruang tamu. Ia melihat Alesya sedang melihat teras melalui jendela.
Fabian pun menghampiri sang kakak dan melihat keluar jendela, ternyata kedua orang tua mereka lagi-lagi bertengkar. Fabian bisa melihat jika kedua orang tuanya bertengkar di bawah hujan yang deras, bahkan ayahnya sampai menampar ibunya. Saat itu juga Alesya langsung menutup kedua mata Fabian dengan tangannya dan Alesya langsung membawa Fabian pergi saat itu juga.
“Jika di ingat, kejadian itu sungguh menyakitkan,” ucap Fabian.
***
“Rena lihat hujan sudah mulai turun!” ucap Emily yang begitu antusias melihat hujan yang berjatuhan.
Renata pun segera menghampiri Emily untuk melihat hujan yang turun. Sebelum melihat hujan Renata memberikan Emily secangkir cokelat panas agar Emily tidak kedinginan, lalu Renata melihat ke arah luar. Renata segera merangkul Emily dan menemani Emily melihat hujan, tak lama kemudian Emily tertidur pulas. Renata yang melihat itu, langsung membawa Emily ke kamarnya. Dengan hati-hati Renata meletakkan tubuh Emily di atas kasur dan menyelimuti Emily.
Tiba-tiba bel rumah berbunyi, Renata pun langsung bergegas untuk membukakan pintu. Namun, saat Renata membuka pintu, Renata malah melihat orang yang sangat ia benci yaitu, ibunya. Renata pun segera mempersilahkan ibunya masuk, walaupun Renata tidak senang sang ibu datang ke rumah.
“Di mana gadis kecil itu?” tanya Amelia, sontak Renata langsung menghela napas.
“Mama masih tidak percaya kamu bisa bertahan dengan anak itu selama dua tahun,” ucap Amelia.
“Itu bukan urusan mama, harusnya aku yang bertanya untuk apa Mama kesini. Bukannya Mama sibuk dengan kehidupan Mama,” balas Renata yang berusaha menahan emosinya, sejak awal Amelia selalu membujuk Renata agar melepaskan Emily dan itu membuat Renata geram. Amelia selalu saja mengatur kehidupan Renata dengan alasan ingin yang terbaik untuk Renata.
“Mama hanya merasa kamu adalah gadis yang bodoh, untung apa kamu merawat anak itu. Setelah apa yang ayahnya lakukan kepada kamu, bahkan kamu sendiri yang bilang tidak akan memaafkan lelaki itu. Tapi lihat sekarang mengapa kamu merawat anak itu,” ucap Amelia. Seketika emosi Renata terpancing dan Renata langsung membalas dengan nada tinggi.
“Aku memang bilang tidak akan memaafkan lelaki itu tapi, bukan berarti aku akan membenci Emily akan hal yang tidak dia tahu. Aku rasa Anda harus pergi sekarang Nyonya Amelia yang terhormat, jika Anda terus di sini itu bisa mengganggu Emily,” usir Renata, sontak tanpa pikir panjang Amelia langsung pergi.
Saat Amelia pergi, Renata langsung menangis. Renata merasa benar-benar tidak tahan dengan tingkah ibunya sendiri, sudah beberapa kali Renata menjelaskan jika Emily tidak memiliki salah apa pun. Tapi Amelia masih memaksa Renata agar tidak bertanggung jawab akan semua hal tentang Emily.
“Rena kepada menangis?” tanya Emily yang tiba-tiba muncul di hadapan Renata.
“Tadi Emily lihat ada mamanya Rena, pasti mamanya Rena mengatakan hal jahat lagi. Sudah Rena jangan nangis lagi, ada Emily di sini,” ucap Emily yang langsung memeluk Renata, tanpa Renata mengatakan pun Emily sudah mengerti.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Bella
Emily lucu banget😍
2023-01-27
0