4 hari berlalu, Renata sudah kembali bekerja seperti biasa. Walaupun masih merasa sedikit pusing Renata tetap masuk, karena merasa tidak enak dengan Fabian, sudah lebih dari 4 hari Renata tidak masuk kerja. Pasti Fabian merasa kesulitan, karena tidak ada Renata yang membantunya, lagi pula Renata tidak bisa mengambil cuti lama-lama.
Sekarang Renata sedang berada di luar ruangan Fabian, Renata sedang mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu Fabian. Karena para pegawai mengatakan kepada Renata, jika selama 4 hari belakang ini suasana hati Fabian sedang tidak baik bahkan Fabian memarahi beberapa pegawai karena kesalahan kecil. Mendengarnya saja Renata sudah takut apalagi menghadapinya, sungguh menjadi asisten Fabian adalah ujian terberat dalam hidup Renata. Tiba-tiba pintu terbuka dan keluar Fabian.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu sedang sakit?” tanya Fabian, namun Renata tidak fokus dengan ucapan Fabian. Renata fokus kepada Fabian yang terlihat lelah bahkan wajah Fabian begitu pucat, Renata pun menjadi khawatir melihat Fabian yang begitu letih.
“Apa Tuan baik-baik saja, Tuan terlihat lelah. Pasti Tuan lelah karena saya mengambil cuti sakit,” ucap Renata dan Fabian langsung membuang mukanya karena ia tidak ingin Renata melihat ia seperti ini, Fabian pun menggelengkan kepalanya yang artinya ia baik-baik saja. Namun, Renata tidak yakin dengan jawaban Fabian, jelas-jelas penampilan begitu berantakan.
Fabian menyuruh Renata masuk ke dalam ruangannya untuk membicarakan pekerjaan mereka dan juga Fabian membicarakan apa saja pekerjaan yang Renata lewatkan selama 4 hari. Namun, Fabian tidak berhenti menatap Renata dengan tatapan penasaran, sedangkan Renata tidak mengetahui Fabian menatapnya ia hanya sibuk dengan perintah Fabian. Tiba-tiba ponsel Fabian berbunyi dan itu membuat Fabian sadar jika dari tadi ia terus menatap Renata. Fabian segera menjauh dari Renata dan mengangkat telepon itu.
“Maafkan kami Tuan Fabian, Nyonya Vanessa kabur lagi dari rumah sakit.” Ternyata itu adalah panggilan dari pihak rumah sakit. Fabian pun terdiam sebentar dan langsung mematikan panggilan itu, dengan cepat Fabian langsung mengambil jasnya untuk pergi mencari mamanya. Renata yang melihat itu di landa kebingungan ke mana Fabian akan pergi.
“Renata tolong kamu hendel pekerjaan hari ini, saya ada urusan penting,” ucap Fabian lalu pergi secepat kilat.
***
Pukul 12.10 siang, Renata sekarang sedang makan siang bersama Emily di restoran dekat kantor. Namun, Renata malah sibuk mengurusi pekerjaannya dan malah mengabaikan Emily dan makanannya, bahkan sedari tadi Emily berbicara tapi Renata tidak mendengarnya. Pada akhirnya Emily menghabiskan roti Sandwich-Nya dengan buru-buru karena percuma jika Renata hanya memperhatikan pekerjaannya.
“Rena, aku sudah selesai!” ucap Emily dengan nada tinggi dan Renata langsung terkejut. Tanpa Renata sadari, dari tadi ia mendiamkan Emily, bahkan tidak menyentuh makanannya. Renata langsung melihat Emily yang cemberut dan Renata mencolek pipi gembul milik Emily.
“Maafkan Rena ya, pekerjaan hari cukup banyak. Emily, mengapa kamu hanya makan Sandwich saja memang kamu kenyang? ” ucap Renata.
“Tenang saja Rena, aku sudah pesan lima buah Sandwich,” balas Emily sambil menunjukkan angka lima dengan jarinya.
Mengetahui itu Renata langsung memakan makanannya, agar Emily bisa cepat pulang. Setelah selesai makan siang, Renata dan Emily segera pulang. Namun, saat Renata ingin memasuki mobilnya ia melihat ada wanita yang duduk di halte bus sendirian. Wanita tua itu terlihat bingung dan tidak tahu jalan, Renata langsung menyuruh Emily masuk ke dalam mobil lebih dahulu.
Renata pun menghampiri wanita itu, saat Renata melihat lebih dekat. Ia bisa melihat jika ada gelang yang bernamakan sebuah rumah sakit jiwa, Renata langsung mendekati wanita itu secara perlahan, karena Renata tidak ingin terjadi hal yang di luar dugaan. Wanita tua itu pun menyadari jika ada seseorang yang mendekatinya dan langsung berdiri.
“Apa Anda membutuhkan pertolongan?” tanya Renata dan wanita itu langsung mengangguk. Dengan cepat Renata langsung berada di samping wanita tua itu dan Renata melihat jelas jika nama wanita itu adalah Vanessa. Renata menduga jika wanita tua ini tidak bisa berbicara dan mungkin saja wanita tua ini kabur dari rumah sakit jiwa.
Renata pun berinisiatif untuk mencari nama rumah sakit jiwa yang tertera di gelang wanita tua itu dan menelepon rumah sakit. Sesudah berhasil menelepon rumah sakit, pihak rumah sakit langsung mengonfirmasikan Renata jika mereka akan segera datang dan meminta tolong Renata untuk menemani Vanessa sementara. Sedangkan sedari tadi Vanessa hanya diam saja, menunggu Renata memanggil pihak rumah sakit.
Tak lama kemudian pihak rumah sakit datang untuk menjemput Vanessa dan pihak rumah sakit berterima kasih kepada Renata karena sudah memudahkan pekerjaan mereka. Sebelum pergi, Vanessa memberikan sesuatu kepada Renata yaitu, sebuah gelang perak kecil kepada Renata. Awalnya Renata menolak tapi Vanessa memaksa Renata untuk menerimanya, akhirnya Renata merima gelang itu dan langsung memakainya. Setelah melihat Renata memakai gelang itu, Vanessa langsung pergi. Renata pun segera kembali ke dalam mobilnya dan melihat Emily sudah tertidur pulas. Hujan juga sudah mulai turun, Renata pun bergegas mengantarkan Emily dan kembali bekerja.
***
Fabian yang sekarang sedang berada di rumah sakit jiwa menunggu mamanya datang. Untung saja pihak rumah sakit cepat menemukan ibunya kalau tidak Fabian bisa gila dan tentu saja Fabian tidak bisa memaafkan kelalaian itu. Tak lama kemudian Vanessa datang dan dengan cepat Fabian langsung memeluk mamanya dan memeriksa apa semua baik-baik saja.
“Maaf atas kelalaian kami Tuan Fabian.”
“Iya tidak apa, asalkan mama baik-baik saja,” ucap Fabian.
Fabian pun langsung mengantar Vanessa kembali ke ruangannya. Fabian benar-benar khawatir dengan Vanessa dan hampir saja Fabian putus asa, untung saja pihak rumah sakit cepat menemui Vanessa. Kejadian ini sudah sering terjadi tapi Fabian masih tidak mengerti mengapa Vanessa ingin kabur, setiap kali Fabian bertanya Vanessa tidak menjawab sama sekali.
Sekarang Fabian sedang duduk bersama Vanessa, Fabian menyerahkan sebuah buku dan pensil supaya Vanessa bisa menceritakan apa yang terjadi. Vanessa pun mulai menulis sebisanya agar Fabian bisa memahaminya, lebih dari 15 menit Vanessa menulis yang ia ingat. Saat sudah selesai Vanessa memberikan buku itu kepada Fabian.
“Tadi Mama merasa bosan terus tiba-tiba Mama sudah berada di tempat lain terus Mama bertemu dengan gadis cantik dan baik yang menolong Mama lalu Mama di sini bersama kamu,” ucap Fabian membaca tulisan Vanessa, sontak Vanessa langsung mengangguk pelan. Vanessa langsung mengambil buku dan pensil, lalu menulis sesuatu. Setalah selesai menulis Vanessa langsung memberikan kepada Fabian, untuk membacanya.
“Iya semua orang merasa takut saat melihat Mama tapi gadis cantik itu tidak dia terlihat biasa saja karena Mama merasa senang Mama memberikan gelang kupu-kupu Mama.” Fabian membaca lagi tulisan Vanessa, Fabian langsung melihat kepada mamanya dan Fabian bisa melihat jika mamanya tersenyum kecil. Fabian pun langsung tersenyum tipis, sudah lama Fabian tidak melihat mamanya tersenyum.
Fabian pun teringat terakhir kali mamanya tersenyum saat mengetahui Fabian bebas dari genggaman ayahnya, saat itu Vanessa sudah berada di rumah sakit jiwa. Itu membuat Fabian harus tinggal dengan monster menyeramkan, ditambah Alesya kabur entah ke mana. lebih dari 5 tahun harus menderita dan saat umur Fabian sudah menginjak 17 tahun, Fabian baru bisa lepas dari genggaman ayahnya. Itu pun membutuhkan usaha yang banyak, di saat itu juga Fabian bisa melihat Vanessa tersenyum kembali.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments