Keesokan harinya, Renata yang baru saja bangun mendapatkan kabar dari Amelia. Amelia mengatakan ia akan menikah 1 bulan lagi, tentu saja itu membuat Renata terkejut. Setelah mengetahui kebenaran dari Fabian, Renata lupa memberitahu Amelia. Namun, Renata tidak yakin jika Amelia akan memercayainya, Amelia menantikan hal ini selama hidup. Tidak mudah untuk membuat Amelia percaya. Ini sudah pukul 06.12 pagi, dan Emily belum juga bangun. Sedangkan Renata harus bergegas menemui Amelia.
Renata pun mengecek Fabian yang tidur dikamar tamu, namun Fabian belum bangun sama sekali. Renata mendekati Fabian, untuk membangunkannya. Tapi saat melihat Fabian lebih dekat, Renata melihat mata Fabian yang basah dan mengeluarkan air mata. Apa Fabian menangis di tidurnya? Apakah Fabian mengalami mimpi buruk? Pikir Renata saat itu. Renata pun duduk disisi tempat tidur dan menghapus air mata Fabian yang jatuh. Tiba-tiba Fabian memegang tangan Renata yang hendak menghapus air matanya.
“Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut,” gumam Fabian.
“Aku tidak akan pergi,” ucap Renata sambil menghapus air mata Fabian, entah apa yang dimimpikan Fabian. Tapi itu terdengar menyedihkan dan menyakitkan, itu membuat Renata tidak tega membangunkan Fabian. Akhirnya Renata memilih menunggu Fabian bangun dan mendengarkan Fabian yang sedang mengigau.
Renata melihat kepada wajah Fabian dan tiba-tiba pikiran buruk terlintas. Jika kedua orang tua mereka menikah, apa Renata masih bisa bersama dengan Fabian. Rasanya begitu nyaman berada disisi Fabian, tapi apakah hal itu akan bertahan lama. Dengan semua masa lalu yang belum Fabian relakan, apakah Renata sanggup menghadapi itu. Mungkin ucapan Fabian membuat Renata yakin, namun di satu sisi ucapan itu membuat Renata berpikir. Bagaimana jika Fabian mencintai Renata melebihi dirinya sendiri, tentu saja itu adalah hal yang tidak bagus. Apa mereka bisa saling melengkapi di saat seperti?
“Renata,” ucap Fabian dengan suara seraknya, Fabian merasakan ada seseorang di sampingnya. Fabian pun membuka matanya perlahan dan benar itu adalah Renata. Renata langsung tersenyum kepada Fabian dan Fabian membalas senyuman itu. Fabian bangun dari tempat tidurnya dan duduk di samping Renata, lalu menaruh kepalanya di pundak Renata. Fabian memejamkan matanya kembali.
“Kamu mau tidur lagi?” tanya Renata dan Fabian langsung mengangguk, Fabian juga melingkarkan tangannya pada pinggang Renata. Padahal Renata berencana untuk pergi menemui Amelia, tapi Fabian menahannya. Renata langsung berpikir untuk bertemu nanti saja, lagi pula pernikahan dilakukan sebulan lagi. Renata masih mempunyai waktu banyak.
Fabian yang merasakan Renata diam saja, langsung menggulingkan tubuh mereka berdua. Renata pun terkejut dengan itu, ditambah posisi Renata sudah berada di samping Fabian. Fabian menarik Renata untuk masuk ke dalam pelukannya, dan Fabian mencium kening Renata saat Renata sudah berada di dalam pelukannya. Sedangkan Renata tidak tahu harus melakukan apa, karena Fabian memeluk Renata dengan begitu erat. Renata melihat sekilas kepada Fabian dan Fabian tertidur lagi, apakah tadi Fabian hanya mengigau, tapi tidak mungkin, jelas-jelas Fabian membuka matanya.
***
Siangnya harinya Fabian mengajak Renata untuk menemui Vanessa. Entah apa reaksi Vanessa saat mengetahui hubungan Fabian dan Renata. Fabian hanya takut jika Vanessa tidak bisa menerima itu semua. Terkadang Fabian berpikir untuk tidak jatuh cinta kepada siapa pun agar Vanessa tidak usah khawatir, tapi saat bersama Renata pikiran itu tiba-tiba hilang. Itu sudah menjadi bukti jika Fabian benar-benar mencintai Renata, namun sepertinya Renata tidak yakin akan hal itu.
Entah mengapa Renata merasa Fabian hanya butuh pendamping di saat ia sedih. Renata memang mencintai Fabian, tapi Renata tidak yakin dengan cinta Fabian kepadanya. Menurutnya cinta Fabian seperti berlebihan untuknya. Fabian mengatakan jika ia mencintai Renata lebih dari dirinya sendiri. Jujur saja Renata takut mendengar itu, takut jika Fabian melampaui batasnya.
“Apa kamu siap untuk bertemu mama?” tanya Fabian untuk memastikan apakah Renata siap, sontak Renata langsung mengangguk pelan. Apa pun yang terjadi Renata harus siap. Fabian menyuruh Renata duduk dan menunggu sebentar. Renata benar-benar merasa gugup saat ini, mungkin ini hanya pertemuan biasa. Tapi untuk Renata ini seperti menghadapi dosa yang pernah ibunya lakukan.
Tak lama Fabian datang bersama Vanessa. Betapa terkejutnya Renata saat mengetahui jika Vanessa adalah wanita tua yang waktu itu ia temui. Vanessa pun duduk di hadapan Renata dan Fabian duduk di samping Renata. Dengan begitu ramah Renata langsung menyapa Vanessa dan sepertinya Vanessa tidak mengenal Renata sama sekali. Renata pun ingat jika Vanessa pernah memberikan ia gelang. Renata mengecek tasnya dan benar saja, gelang itu masih ada di tasnya. Saat melihat itu Vanessa langsung mengingat jika pernah bertemu dengan Renata.
“Ternyata Mama kamu memberikan gelang ini agar dia ingat sama aku,” ucap Renata kepada Fabian.
“Jangan terlalu pede, mama memang suka memberikan hadiah kepada orang lain,” balas Fabian.
Vanessa hanya bisa menyaksikan aksi lucu kedua pasangan ini. Sebelum bertemu dengan Renata, Fabian sudah menjelaskan semua kepada Vanessa. Awalnya Vanessa enggan mengerti dengan hubungan mereka, namun Fabian memohon kali ini saja kepada Vanessa. Akhirnya Vanessa menuruti Fabian, tapi Vanessa menjadi senang saat mengetahui orang itu adalah Renata. Gadis baik yang ingin menolongnya. Namun yang Vanessa tidak tahu, jika Renata ingin meminta maaf atasnya nama Amelia.
Setelah berbincang dan mengenal satu sama lain, Fabian membiarkan Renata melontarkan permintaan maafnya. Vanessa begitu terkejut saat mendengar Renata adalah anak dari Amelia. Sudah lama Vanessa tidak mendengar nama itu. Seketika tatapan Vanessa kosong sama seperti pikirannya.
“Aku rasa kita harus pergi sekarang,” ucap Fabian, sontak Renata langsung terkejut. Renata belum mendapatkan jawaban dari Vanessa, tapi Fabian menyuruhnya untuk pergi sekarang.
“Kenapa?” tanya Renata.
“Renata, jika kamu menunggu mungkin bisa seminggu lebih untuk jawabannya. Nanti akan aku jelaskan di depan,” ucap Fabian mengajak Renata untuk segara pergi. Tidak lupa Fabian meminta perawatan untuk membawa Vanessa. Sedangkan Renata masih tidak mengerti mengapa Vanessa terdiam seperti patung saat mendengar itu.
Saat di dalam mobil Fabian menjelaskan semuanya tentang kondisi Vanessa. Renata pun bisa mengerti semua itu. Mendengar penjelasan Fabian membuat Renata benar-benar merasa bersalah kepada Vanessa. Mengapa Amelia tidak mengetahui ini semua, apakah ia begitu buta dengan cintanya Nathan. Hingga tidak mencurigai satu pun ucapan Nathan. Itu membuat semuanya terasa ragu. Fabian pun melajukan menuju rumah Renata, sepanjang perjalanan Renata hanya diam saja. Itu membuat Fabian heran Renata tidak biasanya diam seperti ini. Mereka pun tiba di rumah Renata dan Renata masih enggan mengatakan apa pun kepada Fabian.
“Renata, apa ada yang mengganggu pikiran kamu?” tanya Fabian.
“I– iya, Fabian aku rasa kita tidak bisa bersama,” ucap Renata dengan suara bergetar.
“Kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Fabian yang tidak menduga kata-kata seperti itu keluar dari mulut seorang Renata.
Renata hanya terdiam saat Fabian bertanya seperti itu, entah apa yang harus Renata jawab. Namun hati Renata mengatakan jika hubungan mereka tidak akan pernah berhasil. Renata merasakan hal itu ketika Fabian menyatakan cintanya, awalnya Renata menolak untuk mengakuinya. Tapi melihat Vanessa membuat Renata berpikir jika mereka berdua adalah hal yang mustahil. Tentu saja Fabian tidak berpikir seperti Renata, karena Fabian tidak memedulikan konsekuensi dari hubungan mereka.
“Renata, jawab aku. Kenapa kamu bilang seperti itu?!” tanya Fabian sekali lagi.
“Apa kamu tidak berpikir jika kita tetap bersama, apa yang akan orang tua kita pikirkan. Apa kamu tahu jika kedua orang tua kita akan menikah? Lalu Mama kamu, apa dia bisa menerima semua ini? Apa kamu bisa menerima semua ini?” ucap Renata, seketika air mata Renata terjatuh. Rasanya sulit untuk mengungkapkan itu semua, tapi keadaan memaksa Renata untuk berpikir apa yang akan terjadi ke depan.
“Tentu saja aku tidak bisa menerima itu semua, tapi Renata aku mencintai kamu. Seluruh hidupku, aku tidak tahu apa itu cinta yang tulus. Hingga kamu datang membuat hatiku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan, yaitu cinta. Aku membutuhkan kamu Renata hanya kamu yang bisa mencintai aku,” balas Fabian sambil menghapus air mata Renata yang jatuh.
“aku minta maaf Fabian, mungkin jika keadaan tidak serumit ini kita bersama.” Renata langsung membuka pintu mobil, namun Fabian menahan lengan Renata.
“Aku mencintai kamu Renata.”
“Aku juga mencintai kamu, selamat tinggal Fabian.” Renata langsung keluar dari mobil dan meninggalkan Fabian sendirian.
***
1 minggu kemudian
Semua harapan untuk berbahagia seketika hilang dari benak Fabian, tapi tidak dengan Renata yang tidak pergi dari benak Fabian. Bagaimana Fabian bisa melupakan Renata yang menerimanya dalam segala hal, selama 4 tahun hanya Renata yang mampu bertahan dengan Fabian. Renata sudah mengajukan surat pengunduran diri, itu berarti Fabian tidak bisa bertemu dengan Renata lagi begitu juga Emily. Lagi-lagi ayahnya menghancurkan harapan Fabian.
“Fabian aku tahu kamu di dalam, kita butuh berbicara,” terdengar pesan suara yang Alesya tinggalkan untuk Fabian, Karena Fabian tidak ingin mengangkat panggilan dari Alesya.
Fabian menghargai semua usaha Alesya untuk membuatnya senang, tapi Fabian tahu itu percuma. Tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum seperti Renata. Mengapa pikiran Fabian tidak bisa melupakan Renata, padahal ini sudah lewat berhari-hari sejak Renata mengucapkan selamat tinggal. Apa yang salah dengan Fabian, mengapa ia begitu mengharapkan Renata untuk kembali bersamanya. Tanpa di sadari, sedari tadi Alesya berteriak di depan pintu apartemen Fabian, Fabian langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mengusir Alesya.
“Kak, aku mohon jangan ganggu aku,” ucap Fabian saat membuka pintu.
“Ayolah Fabian, kamu tidak bisa mengurung diri kamu terus. Mungkin yang di katakan Renata ada benarnya, jadi relakan saja,” balas Alesya, sontak Fabian langsung menutup pintu apartemennya.
“Baiklah jika kamu tidak mau mendengar, setidaknya kamu mengunjungi mama,” ucap Alesya lalu pergi dari apartemen Fabian.
‘Relakan’ semudah itu Alesya membicarakan hal itu kepada Fabian. Merelakan adalah hal yang Fabian benci, menurutnya merelakan sama saja menyerah dari hal yang sedang di lalui. Merelakan Renata pergi itu tidak mungkin untuk Fabian. Kata rela tidak pernah ada di kamus seorang Fabian, ia harus berjuang hingga mendapatkan apa yang ia mau. Namun apa boleh buat keadaan akan membuat Fabian merelakan apa yang ia sangat sayangi.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments