“Untuk Mama tercinta, terima kasih sudah melahirkan aku dan merawat aku hingga dewasa. Walaupun kita selalu dalam masa yang sulit, tapi aku tidak akan pernah melupakan Mama sekalipun. Maaf jika sudah membuat Mama kesusahan dan maaf untuk semua hal yang aku lakukan, aku mencintai Mama dengan sepenuh hatiku,” ucap Fabian dan Vanessa hanya tersenyum mendengar itu, sedangkan Alesya tidak menyaka adiknya bisa seterbuka itu.
Vanessa pun menunjuk kepada kartu ucapan yang lucu itu, terlihat kartu ucapan itu digambar sendiri. Fabian tertawa kecil melihat apa yang ditunjuk Vanessa, sebenarnya kartu ucapan itu adalah buatan Emily. Renata mengatakan jika Emily suka menggambar dan gambar Emily tidak terlalu buruk, Fabian juga bisa menghemat tenaga. Awalnya Fabian menolak, tapi Renata bilang itu tidak apa.
“Lihatlah, gambar Fabian seperti anak kecil,” ledek Alesya.
“Eh jangan salah sangka, ini adalah gambar Emily,” bela Fabian, sontak Vanessa memasang wajah kebingungan. Siapa sosok Emily ini? mengapa Fabian tidak pernah bercerita kepada Vanessa.
“Ehm, jadi bagaimana hubungan kamu dengan Ren–” ucap Alesya yang terpotong karena Fabian menutup mulutnya. Fabian bukan berniat menyembunyikan sesuatu dari Vanessa, tapi Fabian belum siap bercerita tentang Renata maupun Emily. Fabian takut jika reaksi Vanessa di luar ekspektasinya, ditambah Vanessa memiliki trauma akan hubungan yang serius.
Alesya pun langsung panik, ia baru ingat dengan trauma Vanessa. Alesya pun langsung menjelaskan jika Emily adalah temannya Ben, dan Alesya mengatakan semua itu hanyalah bercanda. Vanessa sempat tidak memercayai itu, tapi Alesya bersih teguh jika ia jujur. Akhirnya mereka kembali menghabiskan waktu bersama, tanpa disadari waktu berlalu begitu cepat. Fabian dan Alesya harus segera pergi mengurus urusan mereka masing-masing. Sesampainya di parkiran, Fabian langsung mengeluarkan kunci mobilnya. Namun, Alesya memanggil nama Fabian dari kejauhan, Alesya pun menghampiri Fabian dengan tergesa-gesa.
“Ini tolong berikan kepada Renata,” ucap Alesya sambil memberikan jaket kecil berwarna merah muda.
“Untuk apa?” tanya Fabian.
“Rahasia,” jawab Alesya dan Fabian langsung bersiap masuk ke dalam mobilnya, namun sebelum Fabian pergi Alesya mengucapkan sesuatu.
“Fabian kamu terlihat bahagia,” ucap Alesya dengan begitu pelan, tapi Fabian bisa mendengarnya. Fabian pun memilih untuk pura-pura tidak mendengar itu, Fabian langsung memasuk mobilnya, menancap gas dan pergi. Tanpa mengatakan apa pun kepada Alesya. Di sepanjang perjalanan Fabian hanya terdiam mengingat Alesya mengucapkan itu.
Sedangkan Alesya tahu Fabian mendengar apa yang ia ucapan. Alesya memaklumi jika Fabian tidak membalas ucapannya tadi, Alesya tahu Fabian tidak biasa dengan kata-kata ‘bahagia’. Namun, Alesya tidak tahan untuk mengatakan hal tersebut kepada Fabian, karena itu benar adanya. Setelah melihat Fabian pergi, Alesya langsung menghampiri taksi yang ia pesan tadi. Hari ini Alesya bebas untuk melakukan apa saja, karena Ben sedang bersamanya ayahnya.
***
Pukul 03.48 sore, Fabian sedang mengerjakan pekerjaannya. Fabian pun mengecek ponselnya sebentar, ia menunggu pesan dari Renata. Tadi Fabian memberikan beberapa tugas untuk Renata dan Renata janji akan selesai di sore hari. Namun, dari tadi tidak ada kabar dari Renata, padahal jika ada kendala Renata langsung menghubungi Fabian. Fabian pun memutuskan untuk mengecek Renata di ruangannya.
Saat sampai Fabian membuka pintu secara perlahan, tapi Fabian berhenti membuka pintu saat mendengar suara tangisan. Fabian mendengar Renata sedang bertukar suara dengan orang lain, dari suaranya Renata terdengar sungguh rapuh. Setelah beberapa menit Renata terdiam, namun masih menangis. Itu membuat Fabian berpikir berkali-kali untuk menemui Renata. Tapi Fabian merasa tidak tega mendengar Renata yang menangis, rasanya Fabian bisa merasakan rasa sakit yang Renata alami. Fabian bisa mendengar betapa sakitnya Renata dari suaranya tangisannya, hati Fabian pun tergerak untuk masuk ke dalam ruangan Renata.
“Renata,” panggil Fabian, seketika Renata langsung menghapus air matanya. Renata baru ingat jika ada berkas yang harus di berikan kepada Fabian sore ini, bisa-bisanya Renata melupakan itu. Betapa bodohnya Renata, bisa-bisanya dia menangis saat jam kerja. Itu sungguh tidak profesional.
“Hei, tidak apa kamu bisa lanjut menangis. Aku hanya akan mengambil berkasnya,” ucap Fabian langsung mengambil berkas di atas meja Renata, melihat itu Renata langsung tersenyum kepada Fabian. Dan senyuman itu seperti serangan untuk Fabian, bagaimana bisa Renata tersenyum di saat seperti ini? bukankah itu akan membuat hatinya tambah sakit? Pikir Fabian saat melihat senyuman itu.
“Mengapa kamu tersenyum? Jelas-jelas kamu sedang tidak baik-baik saja,” tegur Fabian.
“Lalu aku harus apa, aku tidak bisa melakukan hal lain selain memberikan senyuman. Itu pun susah untuk diberikan,” ucap Renata dengan suara yang serak. Fabian pun menghapus air mata Renata yang jatuh dengan jarinya, lalu Fabian menawarkan diri untuk mendengar masalah Renata setelah selesai kerja. Awalnya Renata menolak, ia tidak mau merepotkan tapi Fabian memaksanya.
Malamnya, setelah selesai bekerja. Fabian menepati janjinya untuk mendengarkan cerita Renata, Fabian membawa Renata ke taman yang tidak jauh dari kantor. Di taman itu tidak terlalu banyak orang, hanya ada beberapa pasangan muda yang sedang berkencan. Itu adalah tempat yang tepat untuk bercerita. Fabian dan Renata duduk di kursi taman, lalu Fabian menunggu Renata untuk siap bercerita.
“Ah, aku agak canggung untuk bercerita pada Tuan Fabian,” ucap Renata.
“Tidak apa, anggap saja sebagai balas budi,” balas Fabian sambil tersenyum tipis.
Renata pun mulai bercerita perlahan. Renata bercerita jika ibunya lagi-lagi membuatnya kecewa. Renata baru saja mendapatkan kabar jika Amelia memiliki kekasih baru, dan jika dihitung Amelia sudah berganti pasangan sebanyak 6 kali tahun ini. itu membuat Renata begitu pusing, banyak kerabatnya yang menyuruh Renata memperingati Amelia. Percayalah Renata sudah berusaha membujuk Amelia untuk tidak terlalu sering memiliki kekasih, namun Amelia selalu menyuruh Renata tidak ikut campur. Renata tahu jika semua hal tentang kekasih itu tidak baik untuk ibunya, semua kekasih Amelia hampir memiliki sifat yang sama semua. Renata kecewa kepada ibunya, karena Amelia tidak bisa menghormati mendiang suaminya.
Ayahnya Renata baru saja meninggal 1 tahun yang lalu. Kekecewaan Renata dia mulai, saat sebulan ayahnya pergi. Amelia sudah memiliki kekasih baru. Di saat itu Renata berpikir, mengapa ibunya cepat sekali melupakan ayahnya, mengapa seakan Amelia tidak menghargai suaminya yang baru saja pergi. Saat Renata bertanya alasannya, Amelia selalu bilang jika ia selalu menderita bersama suaminya. Renata menganggap itu adalah alasan yang tidak masuk akal, semua keluarga Renata tahu jika ayah Renata adalah pria yang baik. Memang Renata pernah mendengar, jika Amelia tidak mencintai ayahnya sama sekali. Tapi Renata tidak mengetahui apa-apa tentang masa lalu orang tuanya. Ditambah Renata sudah keluar dari rumah orang tuanya sejak umurnya 19 tahun.
“Aku mengerti rasanya, tidak mengetahui apa-apa tentang masalah orang tua kita sendiri. Mereka selalu mengucapkan kita terlalu kecil untuk mengerti,” ucap Fabian.
“Ya aku tahu, tapi semua pacar mama adalah orang yang tidak benar. Mereka hanya mencari orang untuk membiayai hidup mereka,” balas Renata sambil meneteskan air mata.
Mendengar semua cerita Renata, Fabian bisa merasakan apa yang Renata rasakan. Namun, ada sedikit rasa cemburu di hati Fabian, saat mendengar Renata yang begitu bangga dengan ayahnya. Tapi di satu sisi Fabian penasaran mengapa Amelia melakukan itu semua. Jika dipikir Amelia memiliki sikap yang sama dengan ayahnya Fabian, tidak pernah memberitahu mengapa mereka melakukan hal yang membuat orang lain sakit hati.
“Renata kamu adalah gadis yang kuat, pasti kamu bisa menghadapi ibu kamu yang begitu menjengkelkan,” ucap Fabian.
“Terima kasih Tuan, sudah mendengar ceritaku. Aku merasa lebih lega sekarang,” balas Renata yang merasa malu.
“Panggil Fabian saja,” perintah Fabian.
“Eh iya, Fa– Fabian terima kasih banyak,” ucap Renata yang merasa canggung.
“Ya sudah kalau seperti itu, kamu lebih baik pulang pasti Emily menunggu kamu. Aku yang antar saja.”
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments