Seminggu kemudian.
Fabian sedang berada di toko hadiah, untuk membelikan Vanessa barang yang bagus. Karena besok adalah ulang tahun Vanessa, jadi Fabian begitu antusias memberikan mamanya kado yang indah. Tapi Fabian dilanda kebingungan, semua barang yang ada di toko cukup bagus dan sepertinya Fabian tidak akan puas jika hanya membeli satu hadiah. Biasanya Fabian hanya akan membelikan Vanessa sebuah perhiasan, namun entah mengapa kali ini Fabian ingin memberikan lebih dari sebuah perhiasan.
“Tuan Fabian!” sapa Renata yang akhirnya datang, Renata pun langsung menghampiri Fabian.
“Maaf saya telat, tadi ada sedikit masalah dengan Emily,” ucap Renata.
“Tenang saja, lagi pula aku tidak terburu-buru,” balas Fabian.
Fabian sudah menduga jika ia akan kebingungan mencari hadiah untuk mamanya, maka dari itu ia meminta bantuan Renata. Karena Fabian tahu jika Renata mempunyai selera yang bagus, walau Renata tidak pernah mengatakan seperti itu. Tapi Fabian bisa melihat dari cara berpakaian Renata dan juga aksesoris yang dipakai Renata, ditambah karyawan kantor sering memuji penampilan Renata.
“Jadi menurut kamu, apa yang harus aku beli?” tanya Fabian, sontak Renata langsung berpikir sejenak. Fabian sudah mengatakan jika Vanessa menyukai hal yang tidak terlalu mewah dan juga Vanessa tidak menyukai kado yang terlalu mahal ataupun berlebihan. Dari informasi yang Fabian kasih, Renata bisa menyimpulkan jika Vanessa menerima hadiah yang berasal dari hati.
Renata pun mengajak Fabian melihat sebuah album foto, Fabian sempat bingung mengapa Renata menyarankan sebuah album foto yang kecil. Renata memberikan buku album pilihannya dan Fabian melihat buku album itu. Buku itu begitu indah dengan nuansa berwarna coklat. Melihat album itu membuat Fabian mengingat jika Vanessa begitu menyukai warna coklat.
“Jika Tuan bertanya mengapa saya menyarankan buku album, saya punya alasan yang bagus. Tuan sempat bercerita jika mama Tuan tidak suka hadiah yang berlebihan, jadi Tuan bisa membelikan album foto ini dan mengisinya dengan foto Tuan bersama mama Tuan,” ucap Renata, sontak Fabian langsung mengerti maksud Renata. Mengapa Fabian tidak terpikir ke sana, pasti Vanessa begitu senang jika Fabian memberikan hadiah album foto beserta fotonya.
“Aku menyukainya, terima kasih Renata” ucap Fabian dan Renata langsung memberikan senyuman sebagai jawabannya.
***
Pukul 09.37 malam, Fabian sedang memainkan pianonya. Seperti biasa Fabian memerlukan pikirannya untuk tenang. Kali ini Fabian memainkan Canon in D karya Pachelbel. Fabian memainkan dengan begitu tenang dan damai, entah mengapa alunan musiknya begitu menggambarkan suasana hati Fabian. Alunan yang begitu menenangkan membuat semua pikiran negatif Fabian hilang, walau hanya sementara. Fabian pun memejamkan matanya sebentar dan masih melanjutkan permainannya, lalu mulai mengingat kenangan bersama mamanya.
Saat itu Fabian berumur 5 tahun, ia terjatuh dari sepedanya dan lututnya mengeluarkan darah yang begitu banyak. Saat itu dengan sigap Vanessa langsung mengobati putranya dan menceritakan sebuah dongeng, agar Fabian tidak menangis saat diobati. Hal itu berhasil, Fabian hanya fokus dengan cerita Vanessa. Vanessa menceritakan sebuah kisah tentang anak lebah yang berusaha mencari ibunya, cerita itu adalah salah satu cerita yang Fabian sukai. Dan saat Fabian berumur 7 tahun, ia melihat telapak tangan Vanessa berdarah cukup banyak, karena terkena pecahan kaca.
Dengan cepat Fabian langsung membersihkan luka Vanessa dan mendongengkan cerita yang Fabian suka, agar Vanessa tidak menangis. Setelah mengobati Vanessa, Fabian langsung mencari ayahnya. Karena Fabian melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika kaca itu pecah karena ayahnya. Namun, saat Fabian bertanya tentang hal itu, ayahnya langsung memaksanya masuk ke dalam kamar dan tidak mencampuri urusan orang dewasa. Ayahnya juga mengunci pintu kamar dari luar. Fabian pun hanya bisa menangis semalaman, namun tiba-tiba jendela kamarnya terbuka.
Itu adalah Alesya dan Vanessa yang diam-diam masuk lewat jendela. Melihat kakak dan mamanya yang datang Fabian langsung berantusias, saat itu juga Fabian ingat jika hari itu adalah ulang tahunnya. Saat itu Vanessa tidak bisa memberikan Fabian kue ulang tahun, namun Vanessa berjanji kepada Fabian dan Alesya. Jika Vanessa akan segera membawa kedua anaknya pergi dan berpisah dari ayah mereka.
“Mungkin mama tidak bisa menepati janji itu, tapi setidaknya mama selalu ada untuk aku,” ucap Fabian dan Fabian langsung berhenti memainkan pianonya. Fabian terdiam sejenak, lalu Fabian mengambil ponselnya. Ia berniat menghubungi Renata, mungkin jika berbicara dengan Renata, Fabian bisa merasa lebih tenang.
“Halo Renata, apakah aku mengganggu?” tanya Fabian.
“Ehm, tidak kok. Aku hanya sedang menemani Emily mengejarkan PR yang dia lupakan,” jawab Renata.
“Eh, tidak Om Fabian. Rena yang lupa ingatkan Emily, jadi ini salahnya Rena,” teriak Emily dan Fabian langsung tertawa mendengar itu. Renata pun langsung menjauh dari Emily, agar Emily tetap fokus mengejarkan pekerjaan rumahnya. Lagi pula Renata tahu jika Fabian ingin bercerita tentang sesuatu.
“Oh ya, Tuan mengapa menelepon?” tanya Renata yang basa-basi.
“Sebenarnya aku juga tidak tahu, aku hanya merasa sedikit sedih. Tadi aku teringat tentang masa lalu,” ucap Fabian.
“Tuan, jika Anda ingin bersedih jangan setengah-setengah. Jika setengah-setengah nanti sedihnya akan semakin lama, tentu Tuan tidak mau jika lama-lama bersedih. Jadi kalau bisa, jika Tuan sedih menangis saja pasti setelah itu sedihnya berkurang,” balas Renata.
“Terima kasih sarannya, kalau seperti itu sekarang aku akan menangis dulu,” canda Fabian.
“Tak perlu khawatir, setelah ini pasti aku akan merasa lebih baik karena kamu sudah memberikan saran. Aku tidak mau jika esok hari kamu jadi khawatir dan mencemaskan aku, aku tidak mau merepotkan kamu,” tambah Fabian.
“Siapa bilang aku merasa terbebani, yang ada saya senang dengan Tuan Fabian yang sekarang. Sekarang Tuan menjadi lebih baik dan ramah, tidak seperti dulu,” balas Renata dan Fabian langsung tersenyum mendengar itu. Seburuk itukah ia dulu dimata Renata? Fabian pun mengucapkan selamat malam dan langsung mematikan panggilan.
***
Keesokan harinya, Fabian dan Alesya mengunjungi Vanessa. Mereka membawa sepotong kue kecil dan kado untuk mamanya. Melihat kedua anaknya yang datang Vanessa begitu senang. Fabian pun menyalakan lilin di atas kue itu dan menyuruh Vanessa meniupnya, ketika lilin sudah mati Fabian dan Alesya langsung memeluk Vanessa dengan penuh kasih sayang. Vanessa berharap jika masa-masa bahagia seperti ini bisa terus berjalan tanpa ada halangan dan ia berharap bisa melihat Fabian bahagia.
“Selamat ulang tahun Mama, ini hadiah dari Alesya dan cucu kesayangan mama,” ucap Alesya memberikan sebuah kotak kado sedang kepada Vanessa. Vanessa langsung membukanya dan di dalamnya ada sebuah kalung emas yang begitu cantik. Vanessa pun langsung memeluk Alesya sebagai tanda terima kasih, dan sekarang giliran Fabian yang memberikan hadiah. Jujur saja Fabian sedikit ragu untuk memberikan hadiahnya.
“Selamat ulang tahun Mah, ini hadiah dari Fabian.” Fabian pun memberikan album foto itu. Dengan hati-hati Vanessa membuka album itu dan saat melihat isinya Vanessa begitu terharu. Di sana ada foto masa kecil Fabian dan Alesya, bahkan foto kelulusan Fabian ada di sana. Yang di mana Vanessa tidak bisa menghadirinya.
Vanessa mengeluarkan air mata, ia tidak menduga Fabian memberikan album foto seperti ini. Semua foto yang ada dialbum itu terlihat bahagia, melihatnya saja membuat Vanessa melupakan masa kelam yang ia alami. Bahkan Alesya terpukau melihat isi dari album itu. Setiap foto ada makna di dalamnya, yaitu kebahagiaan mereka di saat tersulit. Ternyata di sela-sela buku itu ada sebuah kartu ucapan kecil dari Fabian. Fabian mengambil kartu itu dan membacakannya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments