Teriakan polisi itu, sontak membuat perempuan yang tidak lain adalah Aurora yang berada di atas rooftop terjengkit kaget.
"Astaghfirullahal 'adziim." ucapnya sambil mengelus dada. Lantas Aurora pun turun dari pijakan rooftop dan berbalik menghadap ke arah polisi yang berteriak itu.
Setelah melihat wajah Aurora, sontak polisi yang berpangkat Brigadir itu sangat terkejut sekaligus terpesona sampai melongo, pupil matanya pun membesar ketika melihat gadis di depannya saat ini.
'Astaga dia kan cewek yang gue liat di cafe waktu itu. Kalau dilihat dari dekat dia benar-benar sangat cantik seperti Bidadari.'
Aurora menatap aneh polisi di depannya ini, padahal tadi polisi itu berteriak kepadanya seperti orang kesetanan, tapi kenapa sekarang polisi itu malah melamun? pikirnya.
Aurora pun mencoba menyadarkan polisi itu, takut-takut nanti polisi itu malah kesurupan dan dia tak mau hal itu terjadi.
"Halo Pak polisi, ada apa ya?"
"Pak Polisi!"
"Hei Pak!"
"Allahuakbar malah nggak di denger," gumam Aurora.
"Pak!" Aurora sedikit berteriak, karena sudah berulang kali ia memanggil polisi itu, tapi polisi itu tidak mendengarkan dan malah terus menatapnya.
"Eh iya?" Tentu polisi itu tersadar dari lamunannya setelah mendengar teriakan Aurora.
"Bapak polisi tadi ngapain teriak-teriak kayak gitu?" tanya Aurora heran.
"Ah itu, Mbak tadi mau bunuh diri ya? Jangan bunuh diri Mbak, itu perbuatan dosa. Kalau lagi ada masalah, bicarakan baik-baik bukan malah melakukan hal seperti ini," nasehat polisi itu dengan panjang lebar. Mendengar ucapan dari polisi itu membuat Aurora melongo.
'Dih sejak kapan gue mau bunuh diri? Halu kali ni polisi,' ucapnya dari dalam hati.
"Saya nggak mau bunuh diri kok Pak, saya disini cuma mau cari angin aja," jelas Aurora, sepertinya polisi di depannya ini sedang salah paham.
"Beneran?" tanya polisi itu memastikan.
"Iya lah Pak, ya kali saya bunuh diri, dosa saya aja masih banyak gini."
Polisi itu menggaruk tengkuknya, "Maaf ya? Sepertinya saya salah paham," ucapnya cengengesan.
"Iya nggak apa-apa pak, namanya juga salah paham," ucap Aurora.
"Oh ya nama kamu siapa?" tanya polisi itu.
"Nama saya Aurora Pak, kalau nama Bapak siapa?" tanya balik Aurora seraya menyodorkan tangannya.
"Nama saya Satria. Jangan panggil saya Bapak, karena saya masih muda dan belum menikah," ucap polisi yang ternyata bernama Satria itu sambil menjabat tangan Aurora.
Aurora manggut-manggut, "Gimana kalau saya panggil Abang aja? Sepertinya umur anda terlihat lebih tua dari saya." Aurora memang orangnya sangat friendly dan cepat akrab dengan seseorang.
Satria mengangguk, "Boleh, dipanggil sayang, baby atau honey juga gapapa," ucapnya sedikit genit. Aurora tersenyum tipis, sepertinya laki-laki di depannya ini juga salah satu spesies buaya.
"Oh ya bang Sat ngapain disini?" tanya Aurora. Seketika mata Satria melotot ke arahnya setelah mendengar ucapan Aurora.
"Kamu panggil saya bilang apa tadi?" tanya Satria.
"Bang Sat? Eh." Seketika Aurora langsung menutup mulutnya, setelah ia tau salah dengan ucapannya. Satria menatap tajam Aurora.
"Hehe maaf Bang, janji deh nggak manggil kayak gitu," ucap Aurora cengengesan.
Satria menghela napas, "Saya kesini mau ketemu sama temen," ucapnya.
Aurora manggut-manggut, "Oh gitu, kirain bang Satria mau nangkap seseorang."
"Iya saya mau nangkap perempuan cantik seperti kamu," gombal Satria.
Mendengar gombalan seperti itu tidak akan mempan membuat Aurora baper, karena dia sudah kebal terhadap gombalan-gombalan dari berbagai spesies buaya.
Aurora tertawa renyah, "Bang Satria bisa aja."
"Oh ya, siapa kamu yang di rawat disini?" tanya Satria.
"Ayah saya Bang."
"Ayah kamu sakit apa?" tanya Satria lagi.
"Ayah terkena stroke ringan Bang." Ekspresi Aurora menjadi sendu ketika mengingat keadaan ayahnya.
"Kamu yang sabar ya, saya yakin ayah kamu pasti kuat dan bisa sehat lagi seperti sediakala," ucap Satria mencoba menenangkan Aurora.
Aurora mengangguk dan tersenyum tipis, "Iya semoga Bang."
...****************...
Pagi harinya, Irsyan balik dari rumah sakit sekitar pukul 7 pagi. Sesampainya di rumah, ia langsung di suguhkan dengan sarapan di atas meja makan yang sangat menggoda seleranya, tentu saja ia tak menolak dan duduk manis di kursi makan seraya menunggu kedatangan kedua orangtuanya.
"Pagi Ma, Pa," sapa Irsyan setelah kedatangan kedua orangtuanya ke ruang makan.
"Eh pagi nak, baru pulang?" tanya Jihan seraya duduk di kursi makan dan diikuti oleh Harun.
"Iya Ma."
"Ya sudah kamu sarapan dulu." Irsyan hanya mengangguk, lalu mereka bertiga pun menyantap sarapan pagi yang telah di buat oleh asisten rumah tangganya.
Di tengah sarapan, Harun dan Jihan menatap putranya aneh, karena sedari tadi Irsyan memakan sarapannya sambil senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.
"Irsyan," panggil Jihan.
"Eh iya Ma?"
"Kamu kenapa? Sedari tadi Mama liat kamu senyum-senyum sendiri gitu."
"Pasti kamu lagi bahagia karena udah punya pacar ya?" tebak Harun.
"Astaga nggak lah Pa, Papa tau kan Irsyan belum punya pacar," jelas Irsyan.
"Oh ya? Kalau beneran juga nggak apa-apa, malah kita seneng kamu udah bisa move on dari mantan kamu itu," ucap Jihan, ia berharap putranya benar-benar bisa move on dan melupakan perempuan di masa lalunya itu.
"Em, sebenernya Irsyan lagi naksir sama seseorang Ma, Pa," ucap Irsyan jujur. Sontak Harun dan Jihan merasa lega dan bahagia mendengarnya.
"Siapa perempuan itu nak?" tanya Jihan penasaran.
"Dia anak dari pasien yang aku rawat, Ma," jawab Irsyan malu-malu.
"Wah berarti kamu cinta lokasi dong, nak?" Jihan bertanya dengan heboh, sedangkan Harun hanya diam mendengarkan saja.
"Nggak cinta lokasi juga sih Ma, soalnya Irsyan kan belum pacaran sama dia."
"Yah kok gitu? Tembak dong, terus kamu ajak dia kesini. Ya kan Pa?" Jihan meminta persetujuan kepada suaminya, Harun hanya mengangguk menyetujui ucapan istrinya.
"Secepatnya Ma, doakan saja Irsyan bisa mendapatkan dia."
"Tentu saja Mama akan selalu mendoakan terbaik untuk kamu," ucap Jihan tulus.
"Dan kamu juga jangan lupa tikung dia di sepertiga malam," sambungnya. Irsyan tersenyum dan mengangguk.
"Iya siap Ma."
"Oh ya hari ini kamu jadi ke panti asuhan Kasih Bunda kan?" tanya Harun.
Keluarga Irsyan memang salah satu donatur dari panti asuhan yang bernama Kasih Bunda. Mereka sudah menjadi donatur sejak Irsyan berusia 12 tahun, yang berarti sudah 15 tahun mereka menjadi donatur disana.
Irsyan mengangguk, "Iya jadi Pa, nanti aku ke supermarket dulu belikan anak-anak makanan dan lainnya, baru aku kesana," jelasnya.
Harun hanya manggut-manggut, ia sangat bangga memiliki anak seperti Irsyan yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi seperti dirinya.
"Aku sudah selesai sarapan, aku ke kamar dulu Ma, Pa," pamit Irsyan kepada orangtuanya.
Harun dan Jihan mengangguk, "Iya nak." Irsyan meninggalkan ruang makan, lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar.
Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya merentangkan kedua tangan dan memandang langit-langit kamarnya.
"Haish! Kenapa lo selalu ada di pikiran gue sih, Ra," ucap Irsyan frustrasi, karena di benaknya selalu wajah Aurora yang terlintas.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
Ini jurus saya Thor ketika sudah alkepepet wa aldiuber ortu dulu🤣🤣🤣
2022-11-07
0
SENJA ROMANCE
🤣🤣🤣 bang sat adalah spesies langka, kasian yang namanya Satria 😏😏
2022-11-07
1
Arpusa
satria kayak nama aku. tapi bedanya aku cewek😭
2022-10-19
0