Terjadi ketegangan di semua karyawan pada bagian marketing. Bagaimana tidak tegang? Anak dari atasan mereka, alias Irsyan sedang marah-marah karena mengira kinerja mereka kurang baik. Padahal mereka sudah mati-matian kerja bagai kuda untuk perusahan ini.
BRUKKK!
"Apa-apaan ini hah?! Kenapa penjualan bulan kemarin bisa menurun gini?" bentak Irsyan sambil membanting laporan penjualan bulan kemarin, semua karyawan hanya bisa menunduk ketakutan, badannya pun sampai gemetaran.
"Jawab! Bukannya malah diem, saya itu butuh jawaban!"
Jika Irsyan sudah marah, wajahnya akan sangat menyeramkan, karena itu mereka tidak berani menjawab ucapan Irsyan.
"Ma-maaf Pak, kami-" ucapan Gino, selaku manajer marketing langsung dipotong oleh Irsyan.
"Makanya kerja itu yang bener, bukannya malas-malasan apalagi malah asik BERPACARAN di jam kerja," sindir Irsyan dengan menekankan kata berpacaran di ucapannya.
Ucapan dari Irsyan membuat dua orang karyawan disana merasa tersindir, yang tak lain adalah Rivan dan Marissa. Irsyan menyeringai saat melihat ke arah mereka berdua yang semakin menunduk ketakutan.
"Kalau penjualan bulan ini turun lagi dan tidak mencapai target, saya tidak akan segan-segan memecat kalian semua tanpa diberikan uang pesangon." ancam Irsyan, semua karyawan terkejut mendengar ancamannya.
"Walaupun saya bukan atasan kalian, saya juga memiliki saham yang lumayan besar disini, jadi saya juga bisa memecat kalian kapan pun saya mau."
"Ucapan saya ini tidak main-main dan ini berlaku untuk semua karyawan bukan hanya bagian marketing saja." Irsyan mengucapkan itu semua dengan ekspresi wajah yang dingin dan datar.
"Ba-baik Pak, kami akan bekerja dan berusaha lebih keras lagi," ucap Gino semakin gemetaran.
Setelah puas, Irsyan pun keluar dari ruangan marketing. Semua karyawan marketing pun bisa bernapas lega dan langsung memberikan sumpah serapahnya kepada Irsyan.
Irsyan kembali ke ruangan milik papanya, lalu duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.
"Hah... Puas banget hati gue liat wajah mereka berdua ketakutan gitu," ucap Irsyan puas ketika melihat wajah Rivan dan Marissa ketakutan.
"Cih, wajah kek pantat monkey gitu maruk banget punya banyak pacar," cibirnya ketika melihat wajah Rivan, yang menurut tidak terlalu tampan, entah apa yang dilihat oleh kucing manisnya dari laki-laki itu.
...****************...
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, waktu Aurora dan Mila untuk pulang bekerja.
"Sugar babi, kita jadi pergi kan?" tanya Mila memastikan.
Aurora mengangguk, "Lo bawa motor?" tanyanya.
"Iya gue bawa, memangnya kenapa?"
"Nggak ada sih, gue cuma nanya aja. Berarti kita bawa motor masing-masing nih?"
"Iya Ra, ayo kita berangkat. Takutnya yang lain udah nungguin kita disana."
Aurora hanya mengiyakan ucapan Mila, lalu mereka mengendarai sepeda motornya menuju ke Cafe Sunshine, Cafe favorit tempat Aurora dan para sahabatnya sering berkumpul.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit, Aurora dan Mila pun tiba di Cafe Sunshine, karena jarak cafe itu lumayan dekat dengan kantor mereka.
"Mereka bertiga udah pada datang belum, Mil?"
"Sepertinya mereka bertiga udah pada datang, nih si Wawan bilang kalau mereka bertiga udah di dalam Cafe," jelas Mila seraya memperlihatkan room chat-nya dengan Wawan.
"Oh gitu, kalau gitu ayo kita masuk."
"Yuk."
Aurora dan Mila pun masuk ke dalam cafe tersebut, mereka mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan ketiga sahabatnya.
"Rora, Mila sini!" teriak Kiran dengan suara cempreng nya yang menggema di dalam Cafe.
"Astaga suara lo, Keran. Udah kayak kenalpot karatan tau nggak!" kesal Andre sambil menutup kedua telinganya yang terasa berdenging setelah mendengar teriakan Kiran.
"Heh enak aja, suara kayak Raisa gini disama-samain kayak suara kenalpot karatan!" sungut Kiran tak terima.
"Idih Raisa, yang ada nih ya suara lo itu persis banget kayak banci yang lagi mangkal di pengkolan simpang lima tau nggak!" cibir Andre, ia memang sangat suka menjahili Kiran.
"Lo-" ucapan Kiran terpotong oleh Wawan.
"Sudah-sudah, kalian berdua ini berantem mulu kalau udah ketemu gini, Nanti kalau berjodoh, tau rasa kalian!" Lerai Wawan sebagai penengah.
Mereka bertiga juga adalah sahabat Aurora sejak SMA hingga sekarang. Wawan Alamsyah, bekerja sebagai staf Administrasi di salah satu rumah sakit. Andre Rizawan Husein, bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel. Sedangkan Kiran Swari Handoyo, mengelola toko kue miliknya.
Diantara yang berlima, Kiran lah yang keluarganya paling berada. Namun hal itu tak membuat Kiran menjadi sombong, malah dia gadis yang sangat dermawan dan royal kepada semua orang. Bahkan dia pun tidak pernah memilih dalam pertemanan.
"Aamiin yang paling kenceng buat kalian berdua," ucap Aurora dan Mila dengan serempak, lalu mereka duduk di kursi.
"Dih amit-amit jabang bayi, dia itu bukan tipe gue kali. Tipe gue itu kan kayak oppa Lee Min Ho yang gantengnya paripurna," ucap Kiran seraya mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
"Cih, kayak disuka aja lo sama Lim Dlucol." cibir Andre lagi.
"Lee Min Ho, Andre! Lo kira ayang Minho gue lem kertas apa?!" sungut Kiran, ia tak terima nama idolanya di sama-sama kan dengan merk lem kertas oleh Andre.
"Ye gue sih bodo amat, Keran!"
"Heh nama gue Kiran bukan keran! Main ganti nama orang aja."
"Mau panggil lo Kiran, keran atau koran kek, terserah gue lah!"
Kiran mendengus kesal dan mengumpat Andre di dalam hatinya. Sedangkan Aurora, Mila dan Wawan hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perdebatan kedua sahabatnya itu.
"Sudah-sudah, kalian nggak malu apa diliatin sama pengunjung lain? Ingat kalian itu udah dewasa bukan anak kecil lagi." Selalu saja Wawan menjadi penengah, jika diantara keempat sahabatnya itu berdebat. Karena dia yang paling dewasa sifatnya diantara yang lain.
Andre dan Kiran pun langsung terdiam mendengar ultimatum dari Wawan. Tak sengaja pandangan Kiran melihat ke arah pipi Aurora.
"Aurora sayang, pipi lo kenapa lebam gini?" pekik Kiran seraya memegang pipi Aurora, ketiga sahabatnya pun melihat ke arah pipi Aurora.
"Iya kenapa bisa lebam gitu, Ra? Ada yang berani kasar sama lo?" tanya Andre.
"Katanya sih gara-gara kepentok di pintu kamar mandi," celetuk Mila.
"Beneran, Ra? Lo nggak lagi bohong kan sama kita?" tanya Wawan menatap Aurora penuh selidik.
Aurora mengangguk cepat, "Iya tadi pagi gue nggak sengaja kepentok di pintu kamar mandi."
Namun bukan Wawan namanya jika dirinya cepat percaya dengan ucapan orang, apalagi orang itu adalah sahabatnya sendiri.
"Tapi yang gue liat ini kayak bekas tonjokan, Ra." Ucapan Wawan membuat Aurora sedikit gugup.
"Jawab aja yang jujur kita nggak bakal marah kok, Ra." Kiran mengelus punggung Aurora.
Aurora menghela napas, "Gu-gue kemarin kena pukul orang," ucapnya dengan sedikit gugup. Semua sahabatnya pun terkejut mendengar kebenaran yang terjadi padanya.
BRAKKK!
Andre memukul meja dengan sangat keras, hampir semua pelanggan di dalam Cafe itu terkejut dan melihat ke arahnya.
"Siapa yang udah berani mukulin lo hah?" tanya Andre menggebu-gebu seraya mengepalkan tangannya kuat, ia sangat emosi sekarang terlihat dari rahang dan urat tangannya yang menegang keras. Sungguh, dirinya tak terima jika sahabatnya dikasari.
"Apa Rivan yang mukulin lo?" tanya Mila. Aurora menggeleng, memang Rivan menamparnya tapi tidak membuat pipinya lebam seperti ini.
"Beneran bukan dia yang mukulin lo? Kalau dia yang mukulin lo, biar gue cari dia sekarang dan langsung gue buat dia nggak bisa berjalan!" geram Andre sampai giginya menggeletuk saking geramnya.
"Bukan dia yang mukulin gue, Ndre" sanggah Aurora.
"Terus siapa yang mukul lo kayak gini? Cerita aja Ra," desak Wawan.
Lalu Aurora pun menceritakan tentang kejadian semalam, ketika dirinya melawan 4 preman sekaligus karena ingin membantu Harun dan Jihan.
"Gila lo! Bisa-bisanya lo lawan 4 preman sendirian!" pekik Kiran yang tidak habis pikir dengan sahabatnya ini.
"Kalau kejadian kayak dulu terjadi lagi sama lo gimana Ra? Gue takut kejadian itu terulang lagi," lirih Mila, matanya sampai berkaca-kaca ketika mengingat kejadian saat Aurora tertusuk pisau akibat menolongnya dari gangguan preman dulu. Aurora pun sontak langsung memeluk tubuh Mila.
"Jangan di bahas itu lagi Mil, itu udah masa lalu" lirih Aurora.
"Tapi gue masih takut jika itu terjadi lagi sama lo, Ra. Hiks, hiks," isak Mila, sungguh ia masih trauma dengan kejadian itu. Wawan, Andre dan Kiran pun juga sedih ketika mengingat kejadian itu.
"Yang penting kan gue masih selamat dan sehat sampai sekarang," ucap Aurora mencoba menenangkan Mila sambil menghapus air mata sahabatnya itu.
"Ekhem, kita sudahi acara sedih-sedihnya sekarang kita pesan makanan aja gimana? Pasti kalian sudah lapar kan?" tawar Wawan kepada keempat sahabatnya untuk mencairkan suasana.
Mereka langsung mengangguk, kecuali Aurora karena dirinya masih kenyang.
Wawan pun mengangkat tangan untuk memanggil waiters.
"Permisi kakak-kakak, mau pesan apa?" tanya seorang waiters perempuan seraya menaruh buku menu di atas meja.
"Saya pesan spicy chicken katsu, waffle Nutella sama jus stroberi," pesan Wawan.
"Kalau kalian mau pesan apa guys?" tanya Wawan pada ke 4 sahabatnya.
"Saya pesan, pancake Ovomaltine sama jus alpukat nya ya, Mbak," pesan Aurora.
"Kok lo cuma pesen dessert sama minuman aja, Ra? Nggak makan?" tanya Wawan pada Aurora.
Aurora menggeleng, "Gue masih kenyang, Wan." Wawan hanya manggut-manggut.
"Saya pesan nasi goreng ayam, kentang goreng sama jus alpukat." Kini Mila yang memesan.
"Kalau kalian?" tanya Wawan lagi pada Andre dan Kiran.
"Saya pesan mie ayam ceker bakso, kentang goreng sama jus jeruk," pesan Kiran.
"Pesanan saya sama dia disamain aja, Mbak," pesan Andre seraya menunjuk Kiran menggunakan dagunya.
"Cie uhuy yang samaan pesanannya," goda Aurora dan Mila.
"Apaan sih Ndre, ikut-ikutan aja lo!" semprot Kiran.
"Kenapa emang kalau gue suka ikut-ikutan sama lo, nggak suka hem?" bisik Andre di telinga Kiran. Seketika tubuh Kiran meremang, ketika bisikan dan terpaan napas hangat Andre menerpa telinganya, hal itu juga pipi hingga telinganya pun ikut memerah.
"Awas ih, napas lo bau naga!" Kiran mendorong kepala Andre.
"Cie yang blushing," goda Andre.
Ia memang punya perasaan pada Kiran, tapi Andre hanya bisa memendamnya karena takut jika ia mengungkapkan perasaannya, itu akan merusak persahabatan mereka.
"Apa sih? Nggak ya!" Andre tersenyum mengejek ke arah Kiran.
"Saya jadi pesan kayak pesanan dia mbak."
"Baik kak, mohon ditunggu pesanannya," ucap waiters itu.
"Iya mbak, makasih."
"Iya terima kasih kembali." Lalu waiters itu pergi meninggalkan meja mereka berlima.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
perasaan yang namanya Andre itu di mana mana selalu mendapatkan posisi yang.........
Dahlah nanti di kira propokasi😂😂😂😂😂
2022-11-03
1
Yaya🐼
semoga aja andre berjodoh dgn kiran
2022-10-28
0
Bininya Park Chanyeol🐯
diungkapkan sakit gk diungkapkan juga sakit, poor andre🥲
2022-10-18
3