TOK!
TOK!
TOK!
"Ya masuk," ucap Rian dengan suara tegasnya.
Seorang gadis cantik berambut pendek sebahu berjalan dengan gaya centilnya masuk ke dalam ruang divisi kepegawaian.
"Hai Mas Rian ganteng," sapa gadis itu pada Rian seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Dasar cewek ganjen," gumam Rian seraya geleng-geleng kepala. Lalu gadis itu pergi menuju ke meja kerja Aurora.
"Hai sugar babi," sapa gadis itu pada Aurora.
"Heh gue gampar ya mulut lo!" gadis itu terkekeh melihat wajah garang Aurora.
"Wah, jangan galak-galak dong sugar babi ku, nanti cepet tua loh."
Aurora memutar malas matanya, "Lo mau ngapain kesini?" tanyanya sewot.
"Hem, habis pulang dari kantor lo mau kemana Ra?" tanya balik gadis itu.
Gadis itu bernama Mila Agustina. Dia adalah rekan kerja sekaligus sahabat Aurora dari masa putih abu-abu hingga sekarang, mereka berdua bekerja di kantor yang sama namun berbeda divisi. Aurora berada di bagian kepegawaian, sedangkan Mila berada di bagian tata usaha.
"Gue mau langsung pulang aja, Mil."
"Yah lo mah nggak asik," keluh Mila seraya memanyunkan bibirnya.
"Bibir lo jangan di monyong-monyongin kayak gitu, geli gue liatnya!"
"Ish! Ayolah kita nongkrong ke cafe bentar aja, nanti gue juga ajak Kiran, Wawan sama Andre deh biar tambah rame." Mila terus saja membujuk Aurora untuk ikut bersamanya, bahkan ia sampai menyebutkan nama-nama sahabatnya yang lain agar Aurora semakin ingin untuk ikut.
"Tapi gue takut nggak di izinin sama mas Rivan."
Rivan memang sangat posesif terhadap Aurora, dia bahkan sering mengekang Aurora untuk tidak keluar rumah tanpa seizin darinya.
Mila berdecak kesal, "Ya lo nggak usah izin sama dia, ingat dia itu bukan suami atau orang tua lo yang berhak ngelarang-ngelarang lo buat kemana pun, Rora."
Entah mengapa Mila sangat tidak suka dengan Rivan. Apalagi ketika nama Rivan disebut pasti Mila langsung emosi mendengarnya.
Aurora menghela napas, "Oke deh gue ikut, tapi cuma bentar aja ya?"
"Nah gitu dong, itu baru bestie gue." Mila mencubit gemas pipi Aurora.
"Aw sakit, lepasin Mil. Tangan lo banyak kumannya!" Mila mencebik kesal dan langsung melepaskan tangannya dari pipi Aurora.
"Eh bentar deh." Mila memajukan wajahnya dan menelisik wajah Aurora, tepatnya di pipinya.
"Eh lo mau ngapain?" Aurora memundurkan wajahnya, ia takut jika Mila mengetahui pipinya yang lebam itu.
"Pipi lo kenapa? Kok bisa lebam gini?" pekik Mila seraya memegang pipi Aurora.
Rian yang mendengar pekikan Mila, hanya bisa geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya Aurora bersahabat dengan perempuan seperti itu, pikirnya.
"Hem ini tadi pagi gue kepentok di pintu kamar mandi," elak Aurora.
Mila memicingkan matanya, "Bener? Lo nggak lagi bohong kan sama gue?"
"Iya beneran Mila sayang."
Mila pun mengangguk, mencoba mempercayai ucapan Aurora. Namun di dalam pikiran dan hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal.
"Ya udah kalau begitu gue kembali ke ruangan gue dulu, soalnya ada berkas yang harus gue selesaikan."
"Hem."
"Bye-bye sugar babi."
Mila pun keluar dari ruangan kepegawaian. Aurora hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah sahabatnya itu.
'Bisa unfriend nggak sih?'
...****************...
"Uh akhirnya selesai juga." Aurora merenggangkan otot-ototnya yang sedikit kaku karena kelamaan duduk.
"Aurora," panggil Rian yang kini sudah berada di depan meja Aurora.
"Eh iya Mas?" Aurora menatap Rian.
"Kita jadi pergi makan siang kan?" tanya Rian.
Lantas Sam, pria yang berumur setengah abad itu langsung menggoda mereka.
"Cie yang mau pergi makan siang berduaan."
"Apaan sih pak Sam."
"Kenapa kalian itu nggak jadian aja sih? Kalian berdua itu cocok banget loh." Kali ini Dona yang menggoda Rian dan Aurora. Dona dan Sam memang sudah lama mengetahui jika Rian menyukai Aurora.
Sepertinya ada bau-bau perjodohan disini dan Aurora tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.
"Doain aja Bu, biar saya sama Rora cepat jadian," ucap Rian seraya menatap Aurora dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Iya pasti Ibu doakan dan dukung hubungan kalian."
Aurora memutar malas matanya, "Apaan sih ibu Dona sama mas Rian ini! Ayo Mas, katanya mau makan siang." Aurora mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oke ayo."
Mereka berdua keluar dari ruangan, lalu jalan beriringan menuju ke parkiran. Di lorong-lorong kantor yang mereka berdua lewati, telinga mereka tak henti-henti mendengar bisikan syaiton, alias pegawai-pegawai disana yang sedang menggosipkan mereka berdua.
"Jangan didengerin omongan mereka," ucap Rian, Aurora pun hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan Rian.
Membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke restoran yang Aurora dan Rian tuju.
"Ayo duduk Ra." Rian menarik salah satu kursi untuk Aurora.
"Makasih Mas."
"Sama-sama." Rian duduk di kursi yang berada di samping Aurora.
"Permisi Mas, Mbak. Mau pesan apa?" tanya seorang waiters perempuan.
"Aurora, kamu mau pesan apa?" tanya Rian lembut.
"Hem saya pesan nasi goreng seafood, pudding mangga sama jus jeruk."
"Baik mbak, kalau Mas pesan apa?" tanya waiters itu pada Rian.
"Saya pesan iga bakar, nasi putih, cheesecake, air mineral sama jus mangga."
"Baik Mas, ada yang mau di pesan lagi?"
"Ada yang ingin kamu mau pesan apalagi, Ra?
"Nggak ada. Itu aja," ucap Aurora.
"Baik, kalau begitu mohon ditunggu pesanannya."
"Iya Mbak." Waiters itu mengundurkan diri dari meja mereka.
"Mas Rian suka cheesecake ya?" tanya Aurora.
Rian mengangguk, "Saya suka semua hal yang berhubungan dengan yang manis-manis, apalagi manisnya itu seperti kamu." ucapan diakhir sengaja Rian kecilkan, namun suaranya masih bisa didengar oleh Aurora.
"Hah siapa yang manis, Mas?" tanya Aurora yang tiba-tiba mendadak tuli.
Rian menggeleng seraya tersenyum, "Nggak ada kok, mungkin kamu salah denger." Aurora hanya manggut-manggut, mengiyakan ucapan Rian.
"Kok nggak jadi habisin uang saya, Ra?" tanya Rian dengan tampang mengejek.
Aurora mengeluarkan senyum khasnya miliknya yang menampilkan deretan gigi rapi dan putihnya.
"Hehe, tadi itu saya cuma bercanda kali Mas."
"Padahal kalau beneran juga gapapa."
"Eh?"
Mereka berdua pun lanjut mengobrol seputar pekerjaan sembari menunggu makanan yang mereka pesan datang.
"Ini pesanannya Mbak, Mas," ucap waiters seraya menaruh pesanan Aurora dan Rian.
"Makasih Mbak."
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."
"Iya Mbak," jawab Aurora.
"Ayo dimakan, Ra."
"Iya, mas Rian juga." Rian mengangguk, lalu mereka berdua menyantap makanan yang mereka pesan.
Tiba-tiba tangan Rian menyelipkan rambut Aurora kebelakang telinga, membuat sang empu terkejut dengan perlakuan Rian.
"Kamu nggak ada ikat rambut, Ra?" tanya Rian.
"Ada, buat apa ya Mas?" tanya Aurora balik.
"Buat ikat rambutmu, biar nggak ganggu kamu pas lagi makan. Sini mana ikat rambutmu? Biar saya ikatkan," pinta Rian.
"Eh nggak usah mas, biar saya aja yang ikat sendiri."
"Ya sudah kalau begitu." Rian kembali menyantap makanannya, namun matanya tetap melirik ke arah Aurora.
Aurora mengambil ikat rambutnya di dalam tas, lalu mengikat rambutnya yang memang terurai lepas.
'Sial! Kenapa kecantikan dia bertambah pas rambutnya di ikat gitu, memang bahaya pesona ni cewek, bikin otak gue traveling aja.' Rian semakin terpesona melihat Aurora yang telah selesai mengikat rambutnya. Apalagi melihat leher jenjang milik Aurora, membuat Rian tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Mas Rian." Aurora menatap Rian.
"Eh iya Ra?" tanya Rian gelagapan. Ia salah tingkah karena tertangkap basah sedang memperhatikan gadis itu dari tadi.
"Kok bengong Mas?"
"Hah? Nggak kok."
"Oh gitu." Aurora manggut-manggut dan kembali menyantap makanannya.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
`
🤗🤗🤗
2022-11-19
1
SENJA ROMANCE
Thor request bisa? jauhkan rora dengan pria pria hidung sugar babi
2022-11-03
0
SENJA ROMANCE
😂😂😂😂😂😂 sugar babi😂😂😂😂
2022-11-03
0