Haruskah Kiran melepaskan dan melupakan kenangannya bersama Kevin yang telah terajut 5 tahun lebih ini? Rasanya Kiran tak akan mampu semudah itu melakukannya.
"Hiks, sekarang aku harus bagaimana, Tuhan? Apa aku akan bisa menjalani hidup ini tanpa dia?"
Sepertinya Kiran membutuhkan seseorang tempat ia bisa mencurahkan semua keluh kesahnya. Tiba-tiba saja terlintas di benak Kiran untuk menghubungi Andre, entah mengapa nama laki-laki itu yang terlintas di benaknya, padahal ia memiliki sahabat yang lain.
Pada dering pertama, Andre langsung mengangkat telepon dari Kiran. Laki-laki itu memang gerak cepat jika semua sahabatnya menelepon dirinya, Andre memang sangat bisa di andalkan.
"Halo Keran air ..."
"Andre, hiks ..."
Mendengar suara Kiran yang menangis, tentu membuat Andre terkejut dan khawatir.
"Hei lo kenapa, Ki? Kok nangis? Siapa yang berani buat lo nangis hah? Kasi tau cepet ke gue!" tanya Andre bertubi-tubi dengan nada sedikit emosi. Tentu saja ia emosi ketika mendengar sahabatnya menangis, apalagi gadis itu merupakan orang yang ia cintai.
"G-gue... hiks." Kiran sampai tak kuat untuk bercerita.
"Posisi lo dimana? Biar gue kesana sekarang!"
"G-gue lagi di taman yang ada di hotel XXI, Ndre."
"Oke, gue on the way kesana. Lo diem disana, jangan kemana-mana!" titah Andre.
TUT, TUT, TUT.
Teleponnya diputuskan sepihak oleh Andre.
Beberapa saat kemudian, dari arah kanan terlihat Andre tengah berlari menuju ke arah Kiran.
"Lo kenapa Ki?" tanya Andre dengan napas yang memburu. Lalu ia duduk di samping Kiran.
"Kevin, Ndre ..."
"Kevin kenapa?"
"Kevin khianati gue, hiks." Kiran kembali terisak.
Andre mengerutkan dahinya, "Maksud lo?"
Kiran pun menceritakan tentang kejadian di dalam hotel tadi.
"Hah? Lo serius?" Andre sangat terkejut mendengarnya. Kiran mengangguk pelan.
"Brengsek!" Rahang Andre mengeras, tangannya mengepal kuat dan wajahnya pun sampai memerah menahan amarah. Andre beranjak dari kursi, namun di tahan oleh Kiran.
"Lo mau kemana?" tanya Kiran.
"Gue mau kasi pelajaran ke bajingan tengik itu!" geram Andre.
Kiran menggeleng cepat, "Nggak usah, Ndre."
"Kenapa hah? Dia udah berani khianati lo Kiran!" bentak Andre. Kiran memejamkan matanya sejenak setelah Andre membentaknya, ia tau Andre sekarang sedang emosi karena tak terima jika dirinya diperlakukan seperti itu oleh Kevin.
"Disana banyak orang, Ndre. Gue nggak mau nanti lo kenapa-napa nantinya, hiks," ucap Kiran terisak sambil menunduk.
Andre menghela napas panjang, mencoba meredam sedikit emosinya. Ia kembali duduk di samping Kiran.
Andre memegang kedua bahu Kiran. Kiran pun menatap ke arahnya
"Gue cuma nggak terima lo diginiin sama bajingan itu, Ki." Andre menatap Kiran dengan mata sayu nya. Mendengar ucapan Andre, Kiran kembali terisak. Andre langsung memeluk Kiran dan menenangkannya.
"Mungkin dia bukan jodoh lo, Ki. Banyak kok laki-laki yang ingin jadi pasangan lo."
"Terutama gue." lirih Andre di dalam hatinya.
Setelah puas menangis, Kiran pun meminta Andre untuk mengantarnya pulang.
"Ndre, anterin gue pulang."
"Ayo gue anter."
Mereka berdua beranjak dari kursi dan berjalan beriringan menuju ke parkiran.
"Ayo naik." titah Andre pada Kiran untuk menaiki motor sport miliknya.
"Lo nggak liat gue pake baju apa?"
Andre pun turun dari motornya, "Lo sih. Ngapain pake baju haram kayak gini segala, kalau lo di apa-apain sama cowok hidung belang gimana hah?!" kesalnya seraya membuka jaketnya dan memakainya ke pinggang Kiran. Kiran hanya tersenyum tipis mendengar ocehan Andre.
Andre berdecak kesal, "Malah senyum-senyum lagi! Udah jadi gila lo, gara-gara dikhianati sama Kevin?!"
"Ck, enak aja ! Udah lah jangan marah-marah gitu nanti muka lo tambah keriput loh!" ejek Kiran. Andre memutar malas matanya dan kembali naik ke motornya.
"Ayo naik!" titahnya. Kiran hanya mengangguk, kemudian naik ke atas motor Andre dengan memegang pundak Andre.
"Ayo jalan!" titah Kiran.
"Lo kira gue tukang ojek?"
"Maksud lo?" tanya Kiran bingung.
Andre berdecak, lalu menaruh kedua tangan Kiran di perutnya. Sontak membuat jantung Kiran berdetak lebih cepat.
"Astaga, kenapa sama jantung gue?" tanyanya dalam hati.
"Nah ini baru bener," ucap Andre.
Kiran berdecak kesal, "Bilang aja lo mau modus," cibirnya.
"Dih ngapain juga gue modus sama lo!" Kiran hanya mendengus kesal. Andre yang melihat wajah cemberut Kiran dari kaca spion itu hanya tersenyum tipis.
"Mungkin gue harus pelan-pelan untuk dapetin hati lo, Ki. Makasih Kevin, lo sudah menyia-nyiakan gadis baik seperti Kiran," batin Andre merasa bahagia.
Setelah itu Andre melajukan motornya menuju ke arah rumah Kiran dengan kecepatan sedang.
...****************...
"Rora," panggil Nuri pada putrinya.
"Ya Bu?" tanya Aurora. Kini mereka berdua sedang duduk di kursi depan ruang ICU.
"Gimana hubungan kamu sama Rivan?" tanya Nuri.
Aurora menghela napas, "Entahlah Bu," ucapnya pelan.
"Kok entahlah? Kalian lagi ada masalah?" tanya Nuri.
Aurora menggeleng, " Nggak kok, Bu. Tapi sekarang mas Rivan udah dua hari ini nggak hubungi aku, mungkin dia lagi sibuk banget sama pekerjaannya."
Nuri manggut-manggut, "Oh gitu, pantesan aja dia nggak pernah jenguk ayah dirumah sakit."
Karena tak ingin ibunya terlalu banyak tanya tentang hubungannya dengan Rivan, Aurora pun sengaja izin pergi ke toilet.
"Bu, Rora izin ke toilet bentar."
"Iya sana nak," ucap Nuri. Lalu Aurora melangkah kan kakinya menuju ke toilet yang berada lumayan dekat dengan ruang ICU.
Setelah selesai dari toilet, Aurora meminta izin kepada ibunya pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.
"Ibu."
"Ya Rora?"
"Rora ke kantin bentar ya, mau beli makan. Ibu mau nitip di belikan apa?" tanya Aurora pada ibunya seraya menaruh dompetnya di saku hoodie nya .
"Lalapan ayam ditambah nasi aja deh nak," pesan Nuri.
"Ya sudah, tungguin ya Bu?"
Nuri mengangguk, "Iya nak, Ibu mau temenin ayah di dalam dulu."
"Iya Bu, nanti Rora panggil." Setelah itu Aurora melangkahkan kakinya menuju ke kantin rumah sakit. Namun, ia tak menyadari jika dompetnya terjatuh.
Seorang pria melewati lorong rumah sakit dengan langkah wibawanya dan tak sengaja pria itu melihat dompet berwarna pink yang tergeletak di lantai, lalu ia mengambilnya.
"Ini punya siapa?" tanya pria itu. Karena penasaran ia pun membuka dompet tersebut, pria itu melihat KTP pemilik dompet, matanya terbelalak setelah melihat foto di kartu itu.
"Berarti dompet ini punya dia," gumamnya.
"Aurora Putri Ramadhina. Nama yang cantik, secantik orangnya," ucapnya sambil senyum-senyum sendiri. Setelah puas melihat KTP pemilik dompet, pria itu kembali memasukkan KTP tersebut ke dalam dompet.
"Aurora? Sepertinya gue pernah denger nama dia disebut, tapi kapan dan sama siapa ya?" pikir pria itu, karena ia pernah mendengar nama Aurora disebut, tapi ia lupa siapa yang menyebut nama gadis itu.
"Haish udah lah!" kesal pria itu.
"Kok gue lapar banget ya? Gue kantin aja deh." Tak lama setelah itu pria itu pun pergi menuju ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
Sedangkan di kantin rumah sakit, Aurora tengah kelimpungan mencari keberadaan dompetnya.
"Astaga, dompet gue kemana lagi? Padahal tadi gue taruh di saku deh." gumamnya gelisah.
"Kamu mencari ini?" ucap seseorang seraya menyodorkan dompet berwarna pink milik Aurora. Sontak Aurora pun melihat ke arah orang tersebut.
"Kamu?!"
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
Kalau aku jadi kamu Rora ku jawab "Hilang di telan bumi Bu, mungkin bumi lebih sayang Ripan atau kalau gak gitu sudah masuk jurang Bu, menghilang dan muncul seenak jidatnya tuh Ripan."
2022-11-06
0
SENJA ROMANCE
Kecepatan 200 km/jam boleh bang, tariiiikkkkkk bang😂😂😊😂😂
2022-11-06
0
SENJA ROMANCE
Berani dalam hati, ungkapin dong jangan jadi buaya butung kau😁😁😁
2022-11-06
0