GADIS PILIHAN PERAWAT TAMPAN
Seorang gadis cantik sedang berjalan-jalan ke sebuah taman dengan mengenakan pakaian kerja yang masih melekat di tubuhnya. Ia pergi kesana untuk melepas rasa penat selepas seharian bekerja.
Aurora Putri Ramadhina nama gadis itu, biasa di panggil dengan nama Aurora atau Rora. Gadis cantik berusia 24 tahun ini memiliki tinggi 160 cm, mempunyai kulit yang putih bersih, bulu mata yang lentik, bibir tipis, dan hidungnya yang tidak terlalu mancung. Gadis berparas cantik ini memiliki sifat yang ceria, baik hati, sedikit bar-bar dan tidak suka ditindas oleh orang.
Pandangan Aurora tak sengaja melihat ke arah kedua sejoli yang tengah bermesraan di sana, matanya terbelalak sempurna setelah melihat siapa laki-laki yang sedang bermesraan itu ternyata dia adalah Rivan, kekasihnya.
"Siapa perempuan yang bersama mas Rivan itu?" gumamnya.
Dia pun mencoba untuk mendekat dan bersembunyi di balik pohon tak jauh dari kedua sejoli yang tengah dimabuk cinta itu.
Aurora bahkan bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, itu membuat hatinya merasa sangat sesak setelah mengetahui kebenaran bahwa dirinya hanya di jadikan alat balas dendam oleh lelaki yang sangat ia cintai.
"Sayang," panggil gadis yang sedang bergelayut manja dengan Rivan.
"Kenapa honey?" tanya Rivan lembut sambil mengelus rambut gadis yang bernama Dina itu.
"Kapan sih kamu putusin si cewek sok cantik itu? Aku udah muak liat kamu sama dia," rengek Dina sambil memasang wajah cemberut.
"Kamu tenang saja, sayang. Bentar lagi aku akan putusin dia, gadis sok cantik itu hanya ku jadikan alat balas dendam ku saja, karena dia dulu pernah menolak ku di depan banyak orang dan itu membuat diriku sangat malu."
"Tapi kamu nggak sampai cinta kan sama dia?"
"Ya nggak lah sayang, aku nggak pernah cinta sama sekali dengan dia, kamu harus percaya padaku sayang yang kucintai hanyalah kamu bukan dia," ucap Rivan lembut sambil mencium pucuk kepala Dina.
Dina yang mendengar hal itu langsung tersenyum puas, sedangkan Aurora yang berada dibalik pohon tengah menahan nyeri berat di hatinya.
"Ya Allah, ternyata selama ini mas Rivan hanya menjadikanku sebagai alat balas dendamnya karena dulu aku pernah menolaknya. Sumpah kamu jahat banget, Mas," lirihnya sambil memegang dada kirinya.
Tak tahan dengan hal itu, Aurora pun keluar dari persembunyiannya, lalu menghampiri Rivan dan gadis selingkuhannya.
"Hai Mas," sapa Aurora dengan senyuman yang sangat manis. Rivan dan Dina sangat terkejut melihat keberadaan Aurora disini.
"R-rora, kamu ngapain disini?" tanya Rivan gugup.
"Nggak ada, aku cuma jalan-jalan di sekitaran sini aja," jawab Aurora dengan santai, namun tidak dengan hatinya.
"Apa tadi kamu dengar semua pembicaraanku?" tanya Rivan sedikit ragu.
"Pembicaraan Mas yang mana? Yang jadikan aku alat balas dendam? Atau ucapan Mas yang nggak pernah sama sekali mencintaiku?"
Tubuh Rivan seketika menegang, ternyata Aurora mendengar pembicaraannya dengan Dina tadi.
Aurora terkekeh kecil melihat wajah tegang Rivan, "Nggak usah tegang gitu kali, Mas."
"Rora, please dengerin penjelasan Mas dulu. Yang Mas katakan tadi kamu denger itu sal-" Ucapan Rivan langsung disela oleh Aurora.
"Shut up!" bentak Aurora. Rivan seketika diam, ia sangat terkejut karena ini untuk pertama kalinya Aurora membentaknya.
"Gue nggak perlu dengerin penjelasan dari lo lagi. Mulai detik ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!"
Habis sudah kesabaran Aurora, cara bicaranya pun langsung ia rubah untuk laki-laki penghianat di depannya ini.
"Terima kasih atas perhatian lo selama ini dan selamat lo udah berhasil buat hati gue hancur berkeping-keping, karena rencana balas dendam lo sudah berhasil," sambung Aurora sambil menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Tapi Ra ..." Rivan mencoba memegang tangan Aurora, namun dengan cepat Aurora menghindar.
"Gue harap lo jangan pernah muncul di hadapan gue lagi!"
Setelah mengatakan itu Aurora berlari menuju ke tempat motornya berada. Lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan orang-orang yang sedari tadi mengumpat dirinya.
"Aarrgghh brengsek! Gue benci sama lo, Rivan!" teriaknya.
Air mata yang ia tahan dari tadi, kini sudah mengalir deras di pelupuk mata cantiknya. Kenangan demi kenangan indah dirinya bersama Rivan terus terus terbayang di benaknya. Sampai ia tak menyadari ada sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan.
TIN!!!!
Truk itu membunyikan klaksonnya dengan keras, membuat Aurora tersadar dari pikiran kalutnya. Karena terkejut, ia memutar setang motornya ke arah kirinya. Namun naas, Aurora malah menabrak pembatas jalan.
"Arrgghhh!"
BRAKKK!
Aurora langsung terduduk dengan keringat yang mengalir deras di dahinya sambil mengatur napasnya yang memburu.
"Astaghfirullah, ternyata cuma mimpi. Tapi kok rasanya kayak nyata gitu."
Pandangannya melirik ke arah jam dinding di kamar yang ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi.
"Astaga udah jam segini, lebih baik gue pergi mandi aja deh."
Aurora beranjak dari ranjangnya, lalu melangkah kan kakinya menuju ke kamar mandi.
Membutuhkan waktu 20 menit untuk dirinya berada di dalam kamar mandi, setelah itu ia berjalan menuju ke lemari untuk mencari pakaian kerjanya.
TOK!
TOK!
TOK!
"Nak, kok belum keluar sarapan? Ayo cepetan, ayah sama adikmu sudah nunggu di meja makan."
Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik di usianya yang sudah menginjak kepala 5 itu tengah mengetuk pintu kamar anak gadisnya, seraya memanggil anak gadisnya untuk sarapan bersama.
"Iya, Bu. Rora lagi dandan, bentar lagi aku keluar. Kalian duluan aja sarapan!" teriak Aurora dari dalam kamarnya, ia tengah berada di depan cermin seraya memoleskan beberapa make-up di wajah cantiknya.
"Ya sudah jangan lama-lama, nanti kamu bisa telat loh berangkat kerjanya."
"Iya, Ibuku sayang."
Sedikit tentang Aurora dan keluarganya, ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aurora berprofesi sebagai PNS yang ditugaskan di kantor walikota pada bagian kepegawaian.
Dan kebetulan yang menjabat sebagai walikota disana adalah pamannya sendiri, yakni kakak sepupu dari ayahnya.
Ayahnya bernama Alfian Hadi. Ia seorang bapak yang baik hati, tegas, berwibawa dan dermawan. Beliau juga berprofesi sebagai PNS sama seperti Aurora, yang membedakan hanya tempat bertugas, golongan dan pangkatnya. Alfian bertugas di bagian pelayanan masyarakat di kantor Kepolisian Daerah.
Ibunya bernama Nuri Handayani. Ia seorang ibu rumah tangga yang memiliki sifat ramah, bijaksana dan baik hati.
Dan sang adik bernama Aril Putra Hadi, laki-laki remaja ini berusia 16 tahun. Ia duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas. Remaja laki-laki ini memiliki sifat yang dingin, cuek dan irit bicara ketika bersama orang lain. Namun ketika bersama keluarganya Aril akan menjadi seorang yang hangat, jahil, cerewet dan sedikit manja.
Nuri pun pergi dari depan pintu kamar anak gadisnya, melangkah kan kakinya menuju ke ruang makan. Disana ada suami dan putranya yang tengah menunggu untuk sarapan bersama.
"Loh Rora mana, Bu?" tanya Alfian pada istrinya, karena tak melihat putrinya tidak datang bersama dengan Nuri.
"Rora lagi siap-siap, Yah. Bentar lagi turun kok," jawab Nuri.
"Ayah sama Aril duluan aja sarapannya, nanti kalian telat loh ke kantor sama ke sekolahnya," lanjut Nuri menyuruh suami dan putranya untuk sarapan duluan.
"Ya Bu," ucap serempak Alfian dan Aril. Lalu mereka bertiga pun menyantap sarapan yang telah dimasak oleh Nuri.
"YUHUUU SELAMAT PAGI SEMUANYA, PRINCESS AURORA DATANG!"
Semua yang ada di meja makan itu melihat ke arah Aurora yang baru datang ke ruang makan.
"Pagi juga nak," balas Nuri dan Alfian serentak.
"Pagi juga kakakku yang jelek," balas Aril dengan kata mengejek diakhir ucapannya.
"Heh enak aja dibilang jelek, cantik kayak princess gini. Coba kamu periksa mata gih, siapa tau mata kamu itu minus!" sungut Aurora tak terima dirinya dikatakan jelek oleh sang adik.
"Dih dasar nggak nyadar diri, paling waktu itu kak Rivan lagi khilaf aja ngajak kakak pacaran." Aril terus mengejek sang kakak.
Rivanda Ferdiansyah, laki-laki tampan berusia 26 tahun, memiliki perawakan tinggi 180 cm, dengan kulit sawo matang, hidung yang mancung dan memiliki lesung pipi. Ia merupakan kekasih dari Aurora, mereka telah berpacaran selama 3 tahun lebih. Rivan bekerja di salah satu perusahaan properti terkenal di Kota M, ia disana bekerja sebagai staf marketing.
"Sekali lagi kamu ngomong, garpu ini langsung mencongkel matamu!" geram Aurora menatap adiknya dengan tajam seraya menggenggam garpu dengan erat.
"Kakak mau jadi psikopat?" tanya Aril sok polos.
"Heh, astaghfirullah kalian berdua ini, jangan berdebat masih pagi. Aril nggak boleh bicara seperti itu sama kakakmu! Ayo cepat minta maaf," lerai Nuri.
Kedua anaknya itu memang tidak pernah akur seperti tom and jerry, yang selalu beradu mulut dan bertengkar ketika sudah disatukan dan dipertemukan.
"Iya Bu, maafin aku kak Rora," ucap Aril dengan nada sedikit menyesal.
Walaupun Aurora dan Aril sering berdebat dan bertengkar, tapi sebenarnya mereka berdua itu saling menyayangi dan peduli satu sama lain.
"Hem," balas Aurora malas.
"Ayo Rora sarapan dulu."
"Iya, Ibu."
Ditengah-tengah sarapan, tiba-tiba Alfian membuka suaranya.
"Aurora," Aurora yang mendengar dirinya dipanggil langsung menatap ke arah ayahnya.
"Ya Yah?"
"Kamu sama Rivan udah berapa lama pacarannya?" tanya Alfian. Aurora yang ditanya seperti itu oleh ayahnya, langsung mengernyitkan dahinya. Tumben sekali ayahnya bertanya seperti itu?
"Hem, Rora sama mas Rivan udah pacaran selama 3 tahun lebih. Memangnya kenapa, Yah?"
"Oh ternyata udah lama juga. Apa kalian nggak ada keinginan untuk menikah?"
"Uhuk, uhuk, uhuk." Aurora langsung tersedak mendengar ucapan dari ayahnya, dengan sigap Nuri menyodorkan segelas air untuknya.
"Makasih, Bu." Aurora meminum air yang Nuri sodorkan.
"Ayah ngapain sih nanya-nanya Rora kayak gitu tiba-tiba?" tanya Nuri pada suaminya.
"Aku sama mas Rivan belum ada kepikiran untuk nikah, Yah," jawab Aurora.
"Kenapa gitu? Nggak baik loh pacaran lama-lama, nak. Ayah berharap kamu menikah secepatnya, agar nanti ada yang bisa menjaga kamu nantinya."
"Kan ada Ayah sama Aril yang jaga Rora."
Alfian tersenyum tipis mendengarnya, "Tapi Ayah nggak tau sampai kapan Ayah bisa menjaga kalian."
"Ayah nggak boleh ngomong seperti itu!" Nuri sedikit kesal mendengar ucapan suaminya.
"Ya nih, ngapain coba Ayah bicara seperti itu?" Aril pun tidak suka mendengar ucapan ayahnya.
"Umur seseorang tidak ada yang tau, Nak."
"Ayah jangan bicara seperti itu, bikin Rora jadi takut aja." Mata Aurora berkaca-kaca setelah mendengar ucapan dari ayahnya, sungguh ia belum siap untuk kehilangan cinta pertamanya di dunia ini.
"Nanti deh Rora bakal bicarakan sama mas Rivan tentang hal ini, Yah," lanjut Aurora.
Alfian mengangguk, "Iya nak, Ayah berharap kalian secepatnya bisa menikah. Eh ayo di lanjutin sarapannya. Maaf ya ucapan Ayah bikin sarapan kalian jadi terganggu."
"Iya, Ayah. tapi jangan bilang seperti itu lagi, Ibu takut." Nuri pun sedari tadi matanya sudah berkaca-kaca.
"Iya Ibu, maafin Ayah ya?" ucap Alfian seraya mengelus tangan sang istri. Nuri pun hanya mengangguk dengan perasaan dan pikiran yang sudah berkelana kemana-mana.
"Rora udah selesai sarapannya." Aurora beranjak dari kursi.
"Kalau gitu Rora berangkat kerja dulu Yah, Bu," pamitnya seraya mencium tangan kedua orangtuanya.
"Iya nak, kamu hati-hati. Ingat jangan ngebut di jalan," nasihat Nuri.
"Siap Bu."
Aurora melangkah kan kakinya ke pintu utama rumahnya, lalu menuju ke garasi di samping rumahnya yang tidak terlalu luas, hanya berisikan 3 motor, 2 sepeda, dan alat-alat mekanik milik Alfian. Setelah itu ia menaiki motor maticnya dan melajukan motornya menuju ke jalan raya.
Ketika lampu lalu lintas berwarna merah, Aurora memberhentikan sejenak laju kendaraannya. Pandangannya tak sengaja ke arah samping melihat laki-laki yang tengah menunggangi motor Ninja ZX 10-R yang terkenal sangat mahal itu.
"Wah motor itu kan sangat mahal pasti itu cowok sultan deh dan kalau dilihat dari postur tubuhnya pasti tu cowok ganteng pake banget," gumamnya, namun seketika Aurora langsung mengenyahkan pikirannya yang tadi.
"Eh lo nggak boleh terpesona sama cowok lain, Ra. Inget lo udah punya Rivan, cowok yang nerima lo apa adanya," ucap Aurora menasehati dirinya.
Saat lampu lalu lintas berubah hijau, Aurora pun kembali melajukan motornya menuju jalan ke arah kantornya.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Sadewa Dhani
Assalamualaikum wr wb author, saya berkunjung karena dapat link dari author sebelah pemilik Aisha yaitu si Fatih 😁😁😁.
tulisan nya menarik Thor
2022-11-07
2
SENJA ROMANCE
Thor hadir lagi aku, gak rindu puisiku? hahahahahahaha
2022-10-30
1
Aril Chan
nama adeknya sma kek aku🙂
2022-10-10
0