"Kamu?!" Aurora terkejut melihat pria di depannya ini.
"Ini dompet kamu kan?" tanya pria itu lagi.
"Iya ini dompet saya. Makasih ya mas Irsyan udah nemuin dompet saya," ucap Aurora seraya mengambil dompetnya dari tangan pria tadi yang ternyata adalah Irsyan.
"Sama-sama Aurora," balas Irsyan tersenyum.
Aurora mengerutkan keningnya, "Kok Mas tau nama saya?" tanyanya bingung.
Irsyan menggaruk tengkuknya, "Maaf tadi saya nggak sengaja buka dompet dan baca KTP kamu."
Aurora manggut-manggut, "Nggak apa-apa kok Mas," ucapnya tersenyum. Irsyan pun ikut mengembangkan senyumannya.
"Oh ya Mas mau makan juga?" tanya Aurora.
Irsyan mengangguk, "Iya, kamu juga?"
"Iya saya juga mau makan, gimana kalau saya traktir Mas? Sebagai ucapan terima kasih karena Mas udah nemuin dompet saya." tawa Aurora.
"Eh nggak usah," tolak Irsyan.
"Ih nggak apa-apa Mas, ayo kita cari tempat duduk," ajak Aurora.
Irsyan hanya mengangguk, ia tak menolak tawaran Aurora. Mungkin itu salah satu cara untuk dekat dengan Aurora, pikirnya.
"Bagaimana kalau kita duduk disana?" tawar Irsyan menunjuk meja yang dekat dengan jendela.
Aurora mengangguk, "Boleh Mas."
Lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju ke meja yang tadi telah di tunjukkan oleh Irsyan.
Sontak membuat orang-orang yang berada di kantin berbisik-bisik tentang siapa perempuan yang bersama dengan perawat tampan itu? Apakah perempuan itu kekasihnya? Jika benar, dia adalah perempuan yang sangat beruntung bisa mendapatkan idola rumah sakit itu.
"Mas mau pesan apa? Biar saya pergi pesan kan," tanya Aurora pada Irsyan. Tentu saja Irsyan menolaknya dengan cepat.
"Nggak usah, biar saya aja. Kamu tunggu aja disini."
"Tapi kan saya yang..." ucapan Aurora langsung disela oleh Irsyan.
"Gapapa, biar saya aja yang traktir kamu."
"Hah? Tapi kan saya yang mau traktir Mas."
"Sudah gapapa, jangan di bantah!"
Aurora hanya menghela napas dan mengangguk pelan. Sepertinya perawat di depannya ini memiliki sifat yang keras kepala dan tidak suka jika omongannya di bantah.
"Nah gitu dong. Kamu mau pesan apa?" tanya Irsyan.
"Saya pesan nasi rawon sama jus jeruk."
"Cuma itu aja?"
Aurora mengangguk, "Iya Mas itu aja."
Irsyan manggut-manggut, "Oh ya, kamu nggak pesan kan makanan buat ibu kamu juga?" tanyanya.
"Iya tadi ibu saya nitip di belikan makanan juga, tapi nanti biar saya aja yang pesan," jawab Aurora tak ingin merepotkan Irsyan.
"Biar saya aja sekalian yang pesan kan, tadi ibu kamu pesan apa?"
"Memangnya nggak apa-apa nih kalau Mas yang pergi pesan?" tanya Aurora ragu.
"Iya nggak apa-apa, tadi ibu kamu pesan makanan apa?" tanya Irsyan lagi.
"Ibu tadi pesan lalapan ayam sama nasinya," jawab Aurora.
"Itu saja?" Aurora mengangguk.
"Ya sudah kamu tunggu saya pesan kan dulu."
"Iya Mas, makasih sebelumnya."
"Sama-sama Aurora." Setelah itu Irsyan pun pergi menuju untuk memesan makanan.
20 menit kemudian, Irsyan kembali dengan membawa nampan berisi pesanan mereka dan tentu juga di bantu oleh bibi kantin.
"Ini pesanan kamu." Irsyan menaruh pesanan makanan dan minuman Aurora di depan pemiliknya.
"Makasih Mas."
Irsyan mengangguk, "Sama-sama Aurora."
"Oh ya ini juga pesanan buat ibu kamu." Irsyan menyodorkan pesanan Nuri pada Aurora.
"Wah makasih. Oh ya kok makanannya ada dua Mas?" tanya Aurora heran, karena dia tadi hanya memesan makanan untuk ibunya saja.
"Ah itu, saya juga sekalian pesankan makanan untuk adikmu, pasti dia juga belum makan," jawab Irsyan.
Aurora tersenyum mendengarnya. Ia yakin pasti perempuan yang menjadi kekasih Irsyan bahkan menjadi istrinya kelak, akan sangat beruntung memiliki laki-laki seperti Irsyan, pikirnya.
"Makasih Mas, ngerepotin banget."
"Sama-sama, Dek."
"Dek?" beo Aurora.
'Aduh kenapa gue malah keceplosan panggil dia kayak gitu sih.' Irsyan merutuki dirinya dalam hati.
"Em i-itu, tadi saya baca di KTP kamu dan umur kamu di bawah saya, makanya saya panggil kamu adek. Gapapa kan? Kalau kamu keberatan saya bakal berhenti panggil kamu seperti itu." ucap Irsyan sedikit gugup.
"Nggak apa-apa kok Mas. Mas bisa panggil saya seperti itu." Lantas itu membuat hati Irsyan sangat senang dan berbunga-bunga.
"Beneran boleh?" tanyanya.
Aurora mengangguk, "Iya boleh."
'Yes! Ini langkah pertama gue deketin dia,' sorak Irsyan dalam hatinya.
"Ayo makanannya di makan, Dek." titah Irsyan. Aurora hanya mengangguk, sebenarnya ia sedikit merasa aneh dengan panggilan Irsyan terhadapnya. Tapi ia biarkan saja, toh itu juga tidak merugikannya.
Lalu mereka berdua pun menyantap makanan yang mereka pesan tadi. Setelah selesai makan, Irsyan berniat untuk mengajak Aurora mengobrol, mungkin dengan hal itu bisa membuat dirinya untuk semakin dekat dengan Aurora.
"Aurora."
"Ya Mas?"
"Boleh nanya?"
Aurora mengangguk, "Boleh, memangnya Mas mau nanya apa?"
"Kamu kerja dimana dek?" tanya Irsyan, itu hanyalah basa-basi Irsyan.
"Saya kerja di kantor walikota, Mas."
Irsyan manggut-manggut, "Pas pertama ketemu sama kamu, saya kira kamu masih SMA loh!" ucapnya.
Aurora terkekeh, "Wajah saya memang suka menipu orang Mas, bahkan orang di kantor pun nggak ada yang percaya kalau umur saya itu 24 tahun."
"Oh ya?"
Aurora mengangguk cepat, "Iya beneran, makanya saya heran sama orang-orang kantor."
"Mungkin wajah kamu yang kecil dan imut itu buat orang nggak percaya dengan umur kamu yang asli," ucap Irsyan sambil terkekeh diakhir ucapannya.
"Imut darimana nya? Amit-amit yang ada," ucap Aurora memanyunkan bibirnya. Ekspresinya yang sekarang membuat Aurora sangat menggemaskan dimata Irsyan.
'Astaga, rasanya pengen gue cubit pipi chubby nya itu,' gemas Irsyan dalam hatinya.
"Apa saya boleh minta nomor telepon kamu?" pinta Irsyan sedikit ragu.
"Untuk apa?" tanya Aurora.
"Yah siapa tau saya bisa sharing-sharing tentang keadaan ayah kamu," ucap Irsyan, ia sangat berharap jika gadis di depannya ini segera memberikan nomor telepon padanya.
"Oh gitu, sini mana handphonenya, Mas."
Dengan cepat, Irsyan menyodorkan ponselnya yang berlogo apel digigit itu. Lalu Aurora mengetikkan beberapa digit nomor di ponsel tersebut. Kemudian ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.
"Makasih Dek," ucap Irsyan.
"Sama-sama Mas," jawab Aurora tersenyum.
...****************...
Pukul sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun Aurora belum bisa tidur, Ibu dan adiknya sudah pulang dari rumah sakit 1 jam lalu. Lalu ia memilih pergi ke rooftop rumah sakit untuk mencari angin disana.
Aurora memegang pagar besi pembatas rooftop sambil menaikkan kakinya ke atas pijakan rooftop.
"Ah sejuknya disini."
Tiba-tiba saja di benaknya terlintas nama Rivan, sang kekasih. Sudah 2 hari ini, Rivan hilang tanpa kabar, ia tidak pernah menghubungi Aurora sama sekali.
Apakah Rivan memang sibuk dengan pekerjaannya? Atau sibuk dengan hal lain? Aurora pusing memikirkan kekasihnya itu, ia merasa akhir-akhir ini Rivan banyak berubah.
Di bawah sana ada seorang polisi akan menemui sahabatnya yang menjadi perawat di rumah sakit tersebut dan matanya tak sengaja melihat ke atas, seketika matanya terbelalak sempurna saat melihat seorang perempuan di atas rooftop rumah sakit seperti akan bunuh diri.
"Astaga ada orang yang mau bunuh diri," pekik polisi itu.
"Gue nggak boleh biarin cewek itu bunuh diri."
Lantas polisi itu berlari kencang untuk menuju ke atas rooftop rumah sakit, ia tak akan membiarkan perempuan itu melakukan hal yang dibenci oleh Tuhan.
BRAKKK!
Polisi itu membuka pintu rooftop dengan sangat keras.
"MBAK JANGAN BUNUH DIRI!" teriaknya seperti orang kesetanan.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
mati tuh anak😈😈
2022-11-07
0
SENJA ROMANCE
hooh tenan😂😂😂, nikah aja sana😂😂
2022-11-07
0
Arpusa
kasian irsyad banyak saingannya
2022-10-19
0