Keesokan malamnya.
Seperti janji Rivan kemarin, malam ini ia akan mengajak Aurora untuk dinner di salah satu cafe yang cukup terkenal di Kota M. Saat ini Rivan sedang di perjalanan untuk menjemput Aurora.
Drtt, Drtt, Drtt.
Dering handphone Rivan berbunyi, membuat Rivan yang fokus melihat ke jalanan memandang sekilas ke arah handphonenya, nama Marissa lah yang terpampang disana.
Marissa adalah rekan kerja Rivan sesama bagian marketing, sekaligus dia adalah pacar kedua dari Rivan alias selingkuhannya.
Tanpa berpikir panjang, Rivan mengangkat telpon tersebut dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang setir mobil.
"Halo honey." suara lembut dari Marissa terdengar mengalun indah di telinga Rivan.
"Ya Marissa?"
"Kamu lagi dimana, Mas?"
"Aku lagi di jalan, kenapa hem?" tanya Rivan begitu lembut.
"Kamu ke rumah aku dong, aku sendirian loh disini. Mami sama papi lagi keluar kota. Masa kamu tega melihat aku sendirian disini," rengek Marissa terdengar begitu menggemaskan di telinga Rivan.
"Iya sayang, nanti ya jam 10 aku kesana, aku sekarang lagi ada urusan."
"Urusan apa sih? Jangan bilang kamu mau ketemu sama cewek ya?" sentak Marissa, dia memang tidak mengetahui jika dirinya itu dijadikan selingkuhan oleh Rivan.
"Ya nggak lah sayang, aku cuma mau kumpul di cafe bentar sama teman-teman."
"Beneran?" tanya Marissa penuh selidik.
"Iya beneran sayang. Ya sudah aku tutup ya telponnya? Nanti habis aku dari cafe, aku janji deh bakalan langsung ke rumah kamu."
"Oke, bye honey."
Rivan menghela napas panjang, sebenarnya ia merasa sangat bersalah kepada Aurora, karena telah menduakan gadis yang 3 tahun lebih bersamanya itu.
Tak lama mobilnya pun sampai di pekarangan rumah minimalis namun sangat indah dengan banyak bunga dan tanaman hias yang ditanam di halaman rumah yang cukup luas itu, yang tak lain adalah rumah Aurora, kekasihnya.
Sedangkan Aurora, gadis itu tengah berdiri di depan cermin melihat penampilannya malam ini. Ia mengenakan blouse sabrina polos warna putih tulang yang memperlihatkan bahu putihnya, dipadukan dengan celana jeans navy, rambutnya terurai dan di keriting kan di ujungnya, memoleskan make-up tipis di wajah cantiknya dan tak lupa juga memakai kalung dengan liontin huruf berinisial R pemberian dari Rivan.
"Oke, perfect!"
Drtt, Drtt, Drtt.
Aurora langsung mengangkat telpon tanpa melihat siapa peneleponnya, karena ia tau itu pasti Rivan, sang pujaan hati.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam sayang, Mas sekarang udah di depan rumah kamu."
"Oh iya Mas, bentar lagi aku keluar."
"Iya sayang."
Tut!
Aurora mengambil tas selempang nya, lalu keluar dari kamar menuju pintu utama rumah, sebelum itu ia berpamitan terlebih dahulu dengan kedua orangtuanya.
Dari kejauhan Aurora melihat Rivan tengah berdiri di samping mobilnya, ditangan pria itu terdapat buket bunga mawar merah yang lumayan besar.
"Malam cantik," sapa Rivan tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat sangat jelas.
"Malam juga, Mas," balas Aurora dengan senyum yang tak kalah manis.
"Ah iya, ini untuk kamu sayang." Rivan menyodorkan buket bunga yang tadi dibawanya kepada Aurora. Dengan senang hati Aurora mengambilnya.
"Makasih Mas, bunganya cantik banget," ucap Aurora tersenyum manis.
"Tapi lebih cantik kan kamu sayang," goda Rivan, membuat pipi Aurora mengeluarkan semburat merahnya.
"Apaan sih Mas, gombal deh!" ucapnya sedikit malu. Rivan terkekeh melihat wajah malu gadisnya itu.
"Oh ya, kamu udah izin sama ayah dan ibu?" tanya Rivan.
Aurora mengangguk, "Udah kok, Mas."
Rivan hanya manggut-manggut. Lalu membukakan pintu mobil untuk Aurora.
"Silahkan masuk tuan putri." Rivan mempersilahkan Aurora untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Terima kasih yang mulia," balas Aurora seraya terkekeh kecil.
Tangan Rivan terulur untuk mengacak gemas rambut Aurora, "Ish kamu ini bikin aku gemes aja."
"Ih kan jadi berantakan," ucap Aurora cemberut seraya kembali merapikan rambutnya. Rivan terkekeh geli melihat wajah cemberut Aurora yang menurutnya sangat lucu.
Kini mereka berdua telah sampai di parkiran sebuah cafe yang sangat terkenal di kota M, bernama MENTION Cafe.
Setelah keluar dari dalam mobil, mereka berdua pun berjalan beriringan menuju ke dalam cafe.
"Eh astaga, tunggu bentar sayang." Rivan tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Kenapa Mas?" tanya Aurora bingung.
"Dompet sama handphone aku ketinggalan di mobil."
"Kalau gitu Mas ambil dulu sana, aku tunggu disini."
"Eh kamu tunggu aku di dalam aja sayang, sekalian langsung pesan makanan dan minuman buat kita."
"Oh ya sudah aku duluan ke dalam ya?"
Rivan mengangguk, alhasil Aurora pun masuk ke dalam cafe sendirian.
Kedatangan Aurora ke cafe itu mengundang perhatian seisi orang di dalamnya untuk melihat ke arahnya, terutama ia telah mengalihkan perhatian keempat pemuda tampan yang sedang berkumpul disana.
Keempat pemuda itu tak lain adalah Irsyan, Aji dan dua sahabatnya yang lain. Dua laki-laki lainnya lagi bernama Rilen Africo dan Beni Wiraguna.
Rilen Africo, laki-laki keturunan chinese ini sudah memiliki tunangan, ia berprofesi sebagai Tentara angkatan darat. Memiliki sifat tak jauh beda seperti Aji, yakni humoris, asal ceplas-ceplos dan ramah.
Beni Wiraguna, diantara para sahabatnya dialah yang sudah menikah. Laki-laki dingin dan kaku ini berprofesi sebagai manajer di salah satu hotel ternama di kota M.
Sebenarnya ada satu lagi sahabat Irsyan, dia bernama Satria Adikarya. Tapi malam ini pria itu sedang berhalangan hadir, karena tengah bertugas. Satria adalah seorang polisi, memiliki sifat yang dewasa, baik hati dan ramah.
"Subhanallah cantik banget bidadari surgaku," celetuk Aji terpesona.
"Apalagi bodinya tu cewek, beh kayak gitar spanyol," ucap Rilen seraya memperagakan tangannya berbentuk sebuah gitar.
"Heh jaga tuh mata! Gue bilangin ke calon bini lo nanti ya?" ucap Aji, si tukang adu.
Rilen mendelik ke arah Aji. "Dasar tukang ngadu."
"Bodo!" balas Aji acuh.
Si dingin Beni, hanya melihat Aurora dengan sekilas. Tak munafik ia juga cukup terpesona dengan kecantikan Aurora. Tapi dirinya harus tetap teguh menjaga hati untuk istri tercinta dirumah.
Tak sengaja indra penglihatan milik Aurora bertubrukan dengan indra penglihatan milik Irsyan, namun dengan cepat Aurora mengalihkan pandangannya.
"Masya Allah, cantik banget ciptaan mu Ya Allah," batin Irsyan seraya terus menatap ke arah Aurora. Jantungnya pun sampai berdegup kencang ketika tadi sempat saling pandang dengan gadis itu, walaupun hanya sekilas.
Aura seorang Aurora memang sangat kuat dan tidak bisa diragukan lagi.
Aurora pun mengambil tempat duduk dekat kaca jendela tanpa memperdulikan orang-orang yang tengah memperhatikannya. Setelah itu ia segera memanggil waiters.
"Permisi Mbak, ada yang ingin di pesan?" tanya seorang waiters perempuan pada Aurora seraya menaruh buku menu di atas meja.
"Saya pesan spaghetti carbonara 2, kentang goreng 1 sama jus alpukat nya 2 ya, Mbak."
"Baik, ada lagi yang ingin dipesan, Mbak?
"Sudah itu saja mbak," ucap Aurora tersenyum.
"Baik, kalau begitu mohon ditunggu pesanannya."
"Iya, Mbak." Waiters itu pergi meninggalkan meja Aurora.
Aurora memainkan handphone sembari menunggu Rivan dan pesanannya datang.
Sedari tadi ada 2 orang laki-laki yang duduk lumayan dekat dari meja tempat Aurora duduk sedang memperhatikannya seperti ingin memakannya hidup-hidup, hal itu membuat Aurora sangat risih jika dilihat seperti itu.
"Please mas Rivan, cepetan kesini," gumamnya sambil melihat ke arah pintu cafe.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
Hey Ripan dengarkan ya "Wanita itu ibarat bunga, mereka harus diperlakukan dengan lembut, baik hati, dan dengan penuh kasih sayang." Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu.
Thor boleh ngulti dan nggilas tuh Ripan? boleh ya Thor @Kim Mutia
2022-11-02
1
Annah
sumpah jht bener si rivan🙄
2022-10-16
1
Cipu🌸
semoga rivan cpt ketahuan
2022-10-14
1