"Syan." Seseorang menepuk bahu Irsyan, membuat Irsyan langsung tersadar dari lamunannya.
"Eh iya, kenapa Ji?" tanya Irsyan kepada sahabat sekaligus rekan kerjanya bernama Aji Sanjaya. Dia juga seorang perawat, sama seperti Irsyan. Memiliki sifat yang jujur, humoris dan asal ceplas-ceplos.
"Lo kenapa? Kok melamun aja dari tadi gue liatin, kesambet mbak Kunti tau rasa lo!"
"Cih, mana mungkin orang ganteng kayak gue dimasukin sama mbak kunti, yang ada nih ya mbak kunti nya langsung insecure melihat kegantengan gue," ucap Irsyan percaya diri sambil menyugar ke belakang rambutnya menggunakan jari.
Aji memutar malas matanya mendengar tingkat kepercayaan diri sahabatnya ini.
"Serah lo deh, setan!" ketusnya.
Mereka berdua sudah terbiasa berbicara tidak formal malah dibilang sedikit kasar sedari dulu, mereka berdua sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMA hingga sekarang.
Namun jika dengan Dokter, perawat senior atau orang lain seperti pasien dan keluarga pasien, mereka berdua akan berbicara dengan bahasa yang sopan dan formal tentunya.
"Atau jangan bilang lo masih mikirin si Nina ya?" Tebakan dari Aji itu langsung membuat Irsyan terdiam.
"Jadi tebakan gue benar, Syan?" tanya Aji.
Irsyan hanya mengangguk pelan, Aji menghela napasnya. Dia sangat kasihan dengan kisah percintaan yang tragis dari sahabatnya itu. Aji juga salah satu saksi gimana kisah percintaan Irsyan dan Nina dulu.
"Hey come on, Syan. Lo itu harus move on. Lo juga berhak bahagia bukan dia aja."
"Hem, ini gue lagi berusaha, Ji."
Aji tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Irsyan, karena ia melihat kebohongan dari mata sahabatnya. "Jangan bohongi diri lo sendiri, Syan. Gue tau lo masih cinta sama dia."
Irsyan menghela napas, "Sangat susah gue buat lupain Nina, Ji. Nggak mungkin gue bakal cepat lupain kenangan gue selama 6 tahun bersama dia," lirihnya. Sungguh rasa cinta untuk Nina itu masih ada di hati Irsyan sampai saat ini, sangat susah untuk melupakan kenangan-kenangan indahnya bersama Nina dulu.
"Ya gue sangat tau, Syan. Tapi nggak ada salahnya lo cepet move on dari Nina. Kalau Nina tau lo belum move on dari dia, bisa-bisa dia tertawa bahagia di atas penderitaan lo," ucap Aji dengan nada sedikit kesal.
Irsyan membenarkan ucapan sahabatnya itu, ia harus bisa move on dan dirinya tidak boleh terlalu larut dalam bayang-bayang masa lalu dirinya bersama Nina.
"Iya, gue janji bakal berusaha buat ngelupain dia dan coba membuka hati buat cewek lain."
"Nah gitu dong, itu baru sohib gue." Aji menepuk-nepuk pundak Irsyan.
"Oh ya, kenapa lo nggak coba aja pacaran sama salah satu perawat-perawat perempuan disini, Syan? Padahal mereka cantik dan seksi-seksi loh." Tawar sesat Aji pada Irsyan.
Irsyan berdecak kesal, "Lo kira kayak baju pake di coba-cobain segala."
Aji langsung nyengir kuda dengan menunjukkan deretan gigi putihnya, "Eh atau nggak lo pacaran aja sama si Sukma, dari dulu kan tu cewek suka sama lo, Syan."
Sukma juga salah satu perawat disana, ia sudah lama menyukai Irsyan. Namun Irsyan sama sekali tidak pernah menanggapinya dan selalu menghindar jika Sukma mendekatinya.
"Nggak, makasih atas penawaran sesat lo. Lagian dia juga bukan tipe gue. Kenapa nggak lo aja sana sama si Sukma."
Sukma memang cantik dan smart, namun Irsyan sangat tidak suka dengan sifat Sukma yang sombong dan arogan. Itu dikarenakan ayahnya seorang Dokter sekaligus kepala rumah sakit di tempatnya bekerja, membuat Sukma merasa dirinya berkuasa disana dan kadang ia berbuat semena-mena terhadap perawat lainnya.
"Dih amit-amit deh punya bini macem bentukan valak kayak dia." Aji langsung bergidik ngeri. Melihat ekspresi dari Aji membuat Irsyan langsung tergelak.
"Jangan ketawa, Syan. Sumpah bikin gue tambah merinding aja." Aji menggosok-gosokkan kedua lengannya. Benar saja, bulu kuduk Aji memang langsung berdiri ketika Irsyan tadi menyebutkan nama Sukma. Apakah Sukma itu jelmaan setan? pikirnya.
"Oke-oke gue berhenti ketawa." Irsyan langsung menghentikan tawanya.
"Lo tau, Ji? Tadi pagi bokap sama nyokap nanyain lagi kapan gue nikahnya." Irsyan yang tadinya sudah ceria kembali murung ketika mengingat ucapan orangtuanya tadi pagi.
"Nah kan di teror mulu sama orang tua lo. Untung aja bokap sama nyokap gue nggak maksa gue buat cepat-cepat nikah. Terus tadi lo jawabnya bilang apa, Syan?"
"Ya gue bilang aja ke mereka bakal secepatnya bawa calon istri gue ke rumah."
"Makanya lo harus cepat-cepat dapat penggantinya si Nina, biar orang tua lo bahagia, Syan."
"Hem, doain aja biar gue cepet nemuin cewek yang tepat untuk gue jadiin istri dan ibu buat anak-anak gue nantinya."
"Aamiin, gue bakal selalu doain lo, Syan," ucap Aji tulus.
"Oh ya lo kok belum pulang? Kan lo dapat shift pagi."
"Lo ngusir gue?"
"Heh curut, nggak gitu juga kali konsepnya!" sungut Aji. Irsyan terkekeh melihat wajah kesal Aji.
"Elah canda gue. Iya ini gue mau pulang." Irsyan langsung memakai jaket kulit hitam dan tas ranselnya.
"Gue duluan ya, Ji? Awas jangan sampai nanti lo kangen sama gue," ucap Irsyan seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Eh anj- astaghfirullah nggak boleh ngomong kasar. Walaupun gue jomblo gini, gue masih normal kali. Gue masih suka apem sama melon, najis gue kangen sama lo!" kesal Aji. Irsyan kembali terbahak-bahak mendengar ucapan sahabatnya yang minim akhlak itu.
"Dah lah gue mau pulang dulu, capek gue ketawa mulu."
"Hati-hati lo di jalan, jangan sampai nanti lo di culik sama banci-banci di pengkolan sana." Mereka berdua memang suka saling menjahili satu sama lain.
"Lo juga hati-hati disini. Biasanya tengah malam nanti suka ada mbak kunti sama suster ngesot yang berkeliaran, mereka itu suka banget ngajak kenalan cowok. Apalagi cowoknya jomblo lumutan kayak lo, Ji," ucap Irsyan mencoba menakuti-nakuti Aji.
"Sialan lo! Jangan bikin gue takut deh, Syan." Aji bergidik ngeri dengar ucapan Irsyan.
Ia memang sangat tidak suka mendapatkan shift malam, karena jika sudah malam rumah sakit ini sangat menyeramkan baginya dan dirinya juga sangat phobia dengan makhluk yang namanya hantu. Laki-laki macam apaan dia?
"Bye-bye Aji Sanjaya, selamat bertemu dengan mbak kunti dan suster ngesot, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, sana pergi lo ke neraka!"
Irsyan pun keluar dari ruangan khusus perawat seraya terkekeh geli mendengar umpatan dari sahabatnya, sedangkan di dalam ruangan itu Aji misuh-misuh sendiri.
Irsyan berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit, setiap melangkah pasti ada saja orang yang menyapanya, kebanyakan dari mereka adalah para gadis dan ibu-ibu yang terang-terangan menggodanya.
"Eh mas Irsyan. Apa kabar, Mas? Makin ganteng aja deh," sapa seorang ibu bermake-up tebal dengan genit dan suara centilnya, sepertinya dia salah satu penggemar Irsyan.
Dirumah sakit Atma Jaya, Irsyan memang sangat populer karena ketampanan dan keramahannya. Maka tak heran banyak gadis dan ibu-ibu yang mengidolakannya.
"Kabar saya baik, Bu," jawab Irsyan sopan.
"Jangan panggil ibu dong, panggil Tante Merry aja," ucap ibu-ibu yang ternyata bernama Merry ini. Dia merupakan keluarga dari salah satu pasien yang dirawat disana.
"Ah iya Tante," ucap Irsyan memaksakan dirinya untuk tersenyum, padahal dalam hatinya bergidik geli.
"Mas Irsyan mau pulang ya?"
"Ya Tan, saya mau pulang."
"Yah padahal saya mau liat mas Irsyan lama-lama, makanya saya dandan cantik gini biar nanti mas Irsyan terpesona liat saya," ucap Merry dengan wajah tertekuk.
Irsyan menanggapinya dengan senyuman terpaksa, "Allahuakbar, seseorang tolong cepat bawa gue dari sini." jeritnya dalam hati.
Sungguh ia lebih baik berhadapan dengan mbak kunti atau suster ngesot saja daripada harus berhadapan dengan Tante-tante girang seperti di depannya saat ini yang sangat menakutkan melebihi seramnya hantu.
Nasib menjadi orang tampan, Tante-tante pun sampai terpesona melihatnya.
"Mas Irsyan hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut bawa motornya, nanti kalau mas Irsyan kenapa-napa, saya kan jadi sedih nantinya." lanjut Merry dengan nada yang sengaja di sedih-sedih kan.
"Ya Tan, makasih udah nasehatin saya. Kalau begitu saya permisi."
"Iya mas Irsyan ganteng."
Setelah melewati lorong-lorong rumah sakit dan orang-orang yang menyapanya, akhirnya Irsyan pun sampai di tempat parkir.
"Alhamdulillah, akhirnya gue bisa terbebas juga dari para betina yang menggelikan itu," ucapnya bernapas lega.
Irsyan pun langsung menaiki motornya, lalu mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata.
Di tengah perjalanan, Irsyan melihat seorang gadis tengah membantu seorang nenek untuk menyeberang. Lalu ia pun menepikan motornya sejenak sambil terus memperhatikan gadis itu walaupun wajah gadis itu tak terlihat begitu jelas.
"Good girl, sudah sangat jarang ada perempuan yang seperti itu di dunia ini."
Setelah gadis itu pergi menggunakan motornya, Irsyan pun juga kembali melajukan motornya menuju ke arah rumahnya.
...----------------...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Annah
smpe tante* pun menyukainya😂
2022-10-16
2
Cipu🌸
itu pasti si aurora🥰
2022-10-14
2
Arpusa
tante tantenya pengen di garukin
2022-10-06
1