Episode.17

Alvin yang sedang bekerja, dia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata sebentar lagi jam makan siang. Alvin menyudahi pekerjaannya. Dia membereskan meja kerjanya, lalu pergi keluar. Niatnya dia akan makan siang di luar. Sekalian nanti mampir ke rumah sakit. Alvin akan menemui dokter kandungan istrinya. Dia akan menanyakan hasil pemeriksaan kandungan istrinya selama ini. Karena istrinya selalu mengatakan jika kandungannya baik-baik saja. Bahkan suka mengalihkan pembicaraan saat dia bertanya lebih.

Saat ini Alvin sudah berada di sebuah restoran yang cukup ramai pengunjung. Karena memang menu di restoran itu enak-enak, jadi wajar saja kalau ramai.

Terlihat seorang waiters yang menghampirinya.

''Permisi, Tuan. mau pesan apa?''

Alvin yang sedang menatap layar ponsel, seketika mendongkakkan pandangannya saat mendengar suara seseorang yang sangat familiar. Alvin menatap Nirmala yang sedang berdiri di depannya, dan pakaiannya menggunakan seragam pelayan.

''Mala, kamu kerja disini?''

''Benar, Tuan. Sekarang saya kerja disini,'' jawabnya.

'''Syukurlah kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru. Maafkan sikap Cantika ya, dia memang seperti itu.''

''Saya sudah memaafkannya, Tuan.''

''Oh iya, untuk uang pesangon, belum saya kasih ya.''

''Tidak usah juga tidak apa-apa, Tuan. Lagian saya sudah dapat uang gaji terakhir saya dari Tuan.''

''Saya akan tetap mentransfernya ke rekening kamu.''

''Terima kasih banyak, Tuan.''

''Jangan berterima kasih dulu, saya kan belum mengirimkan uangnya.''

''Hehe iya,'' Nirmala hanya tertawa kecil.

Alvin mulai memesan, dan Nirmala mencatat pesanannya.

Beberapa menit kemudian, Nirmala datang mengantar pesanan Alvin. Setelah menata menu yang dia bawa ke atas meja, dia kembali ke belakang.

Alvin menikmati menu makanannya sambil memperhatikan Nirmala yang sedang melayani pelanggan lain. Dia merasa kasihan melihat Nirmala yang sekarang bekerja sebagai pelayan restoran. Karena bekerja sebagai pelayan restoran itu sangat cape.

Hanya dua puluh menit Alvin berada di restoran. Kini dia memutuskan untuk pergi.

Alvin sudah berada di perjalanan menuju ke rumah sakit. Dia sudah tidak sabar untuk sampai di rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, dia langsung pergi ke tempat pemeriksaan kandungan. Karena dokter Irma pasti ada disana. Alvin melihat dokter Irma yang baru keluar dari ruangan itu.

''Dokter Irma, apa kita bisa bicara?'' Alvin menatap dokter Irma yang sedang menutup pintu.

''Eh bapak ini suaminya Bu Cantika ya. Boleh sekali, mari masuk!''

''Maaf jika saya mengganggu aktivitas dokter.''

''Tidak sama sekali. Kebetulan saya juga baru mau istirahat. Tapi jika bapak mau bicara penting, kita bisa bicara dulu saja.''

''Iya, Dok. Saya memang mau berbicara yang sedikit penting.''

Alvin mengikuti Dokter Irma memasuki ruangan itu. Kini keduanya duduk saling berhadap-hadapan.

''Jadi, apa yang bisa saya bantu, Pak?''

''Saya ingin tahu perkembangan kehamilan istri saya Cantika,'' ucapnya.

''Memangnya Bu Cantika tidak pernah bercerita?''

'' Tidak pernah, istri saya hanya menunjukan hasil USG saja.''

''Sampai saat ini kandungan Ibu Cantika baik-baik saja. Selamat ya, Pak. Sebentar lagi kandungan Bu Cantika menginjak bulan ke enam.''

''Enam bulan? Bukankah baru empat bulan?''

''Lebih tepatnya satu minggu lagi genap enam bulannya, Pak.''

Alvin tidak menyangka jika istrinya akan membohonginya perihal kehamilannya. Jika sudah menginjak enam bulan, berarti anak itu bukanlah anaknya. Alvin mengepalkan tangannya yang ada di bawah meja.

'Awas saja Cantika, beraninya kamu membohongiku,' Alvin tampak marah sekali.

Suami mana yang tidak akan marah jika ternyata istrinya mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Kali ini Alvin sudah sangat yakin jika anak yang ada di dalam kandungan istrinya itu bukan anaknya. Sekarang Alvin semakin mantap untuk melakukan tes DNA agar dia mempunyai bukti kuat jika anak yang di kandung oleh istrinya itu bukan anaknya. Dengan bukti itu dia juga bisa memberitahu ayahnya tentang semua fakta itu. Pak Sanjaya juga pasti akan kecewa jika tahu kalau anak yang di kandung oleh menantunya itu bukan anak kandung Alvin.

''Dok, apa saya bisa melakukan tes DNA dengan anak yang di kandung oleh istri saya?''

''Bisa, Pak. Memangnya kenapa ingin tes DNA?''

''Hanya ingin memastikan saja, Dok. Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan alasannya.''

''Baiklah, saya tidak akan bertanya lebih, lagian itu privasi. Tinggal atur waktunya saja, Pak.''

''Oke, Dok. Nanti saya hubungi dokter jika istri saya sudah siap. Bolehkah saya meminta nomor telepon bapak?''

''Boleh sekali,'' Dokter Irma memberikan kartu namanya yang ada nomor ponselnya.

Setelah obrolan mereka selesai, Alvin langsung saja pulang. Lagian tidak ada hal lain lagi yang ingin dia tanyakan.

Tadinya Alvin berniat untuk kembali ke kantor. Namun dia memutuskan untuk pulang saja. Dia ingin bertanya langsung kepada istrinya kenapa selama ini membohonginya.

..........

Alvin yang baru sampai di rumah, dia langsung saja pergi ke kamar. Karena tadi kata Bi Ijah, istrinya sedang istirahat di kamar.

Alvin membuka pintu kamar yang kebetulan tidak terkunci. Dia melihat istrinya yang sedang duduk di sofa sambil memakan buah dan juga menonton televisi.

''Canti, ada yang ingin aku bicarakan,'' Alvin menaruh tas kerjanya di sofa depan istrinya.

''Mas Alvin kok jam segini sudah pulang?''

''Iya, aku sengaja pulang karena ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu.''

''Apa itu?''

Alvin duduk di hadapan istrinya, lalu dia mulai berbicara.

''Kenapa selama ini kamu membohongiku? Aku tahu kalau usia kandunganmu itu sudah menginjak bulan ke enam, bukan empat bulan.''

Cantika diam, dia takut karena kebohongannya sudah di ketahui oleh suaminya. Suaminya pasti sudah tahu jika anak yang dia kandung itu bukan darah dagingnya.

''Dari mana Mas Alvin tahu?''

''Aku baru saja datang ke rumah sakit, dan menanyakannya kepada dokter Irma. Aku ingin secepatnya melakukan tes DNA dengan anak yang di kandungmu itu. Aku yakin sekali jika anak yang kamu kandung itu bukan darah dagingku.''

''Tidak, aku tidak mau.''

''Alasanmu tidak mau juga pasti karena takut jika memang terbukti kalau anak itu bukan anakku. Sudahlah, Canti. Lebih baik mengaku saja.''

''Kalau anak ini memang bukan anakmu, lalu mau apa?''

''Aku mau mengakhiri pernikahan kita,'' kata Alvin.

''Oh tidak semudah itu. Orang tua kita pasti tidak akan setuju kalau kita berpisah.''

''Mana mungkin? Pasti mereka setuju saja, apalagi jika anak itu memang terbukti bukan anakku.''

''Silakan saja bicara sama mereka,'' Cantika tampak tidak takut sama sekali.

Melihat istrinya yang tidak terlihat panik, Alvin yakin jika ini ada kaitannya dengan perusahaan. Mungkin saja kerja sama antara perusahaannya dengan perusahaan mertuanya yang menyulitkan dia untuk berpisah dengan Cantika. Karena jika mereka berpisah, maka dia akan mengalami banyak kerugian. Apalagi beberapa bulan ini banyak klien dari luar negeri yang bekerja sama dengan perusahaannya. Tentu itu semua berkat Pak Dirga yang membantu.

Alvin diam, dia tidak mengatakan apa pun lagi kepada istrinya. Kali ini dia kalah, akan sangat sulit untuk melepas Cantika dari sisinya. Satu-satunya cara dia harus meyakinkan ayahnya. Namun belum tentu ayahnya setuju dengan keinginannya itu.

'Lebih baik nanti malam aku ke rumah papah untuk membicarakan semua ini,' batin Alvin.

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

krn cantika udah hamil anak kekasihnya makanya dia kembali ke alvin wktu itu ktn dia tau alvin org yg bodoh bs di bohongi... gk usah takut klo mau bercerai alvin..kau cari innvestor lain lg biar tau tuh kluarga cantika klo kau bs tanpa kerjasama.dgn perusahaan cantika

2022-10-12

0

Rhesinta Saipul

Rhesinta Saipul

next

2022-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!