Episode.3

Pagi ini Nirmala baru selesai mengepel. Dia langsung pergi ke dapur kantor karena merasa haus. Dia melihat seniornya yang bernama Desi sedang menerima telepon.

Desi melirik NIrmala yang sedang mengambil gelas.

''Mala, tolong kamu buatkan kopi ya untuk atasan kita,'' pintanya.

''Atasan kita yang mana?" tanya Nirmala.

''Direktur kita yang baru. Nanti sekalian kamu antar ya,'' pintanya.

''Baiklah,'' setelah selesai minum, Nirmala segera membuatkan secangkir kopi untuk atasannya

Sebelum pergi mengantar kopi, terlebih dahulu dia melihat penampilannya. Dia tidak mau penampilannya terlihat berantakan saat pergi ke ruang atasannya.

Nirmala keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi secangkir kopi. Dia melangkah mendekati lift.

Saat ini Nirmala sudah berada di dalam lift. Dia memencet tombol lantai paling atas.

Ting

Pintu lift terbuka, Nirmala segera keluar. Dia melangkah menuju ke ruangan Direktur utama. Sewaktu Direkturnya itu Pak Sanjaya, dia sering mengantar kopi. Apalagi Pak Sanjaya sangat suka kopi buatannya. Namun atasannya yang sekarang, dia tidak tahu orangnya seperti apa. Dia hanya tahu namanya saja jika atasannya itu bernama Pak Alvin.

Nirmala sudah berdiri di depan ruangan direktur utama. Dia mengetuk pintu itu.

Tok tok

''Masuk!'' ucap seseorang dari dalam.

Nirmala membuka pintu ruangan itu. Dia melihat bos barunya yang sedang berdiri di dekat jendela sambil menatap ke luar.

''Permisi, Pak. Saya mau mengantar kopi,'' ucapnya.

''Taruh saja di meja,'' ucapnya tanpa mengalihkan arah pandangnya.

Nirmala langsung menaruh kopi buatannya ke atas meja kerja Alvin.

Sejenak Alvin mengingat jika suara Nirmala itu seperti suara yang dia dengar di toilet wanita. Entah kenapa dia merasa tak asing dengan suara itu. Namun dia lupa mendengarnya dimana.

''Saya permisi dulu,'' ucap Nirmala, lalu dia membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi.

Alvin membalikkan badannya sehingga dia melihat Nirmala.

''Tunggu!'' Alvin menghentikan langkah Nirmala.

Nirmala diam di tempatnya. Dia menoleh ke belakang. Seketika kedua matanya terbelalak melihat wajah Alvin. Tangannya sedikit gemetar karena takut. Nirmala tidak menyangka jika atasannya itu mirip sekali dengan orang yang sudah menodainya. Atau mungkin itu orang yang sama.

Alvin mengernyitkan keningnya saat melihat ekspresi wajah Nirmala. Lalu perlahan dia mendekatinya.

''Kenapa kamu terlihat takut saat melihat saya?''

''Tidak kok, Pak.'' Nirmala langsung menundukkan pandangannya. Rasanya dia ingin berlari dari sana.

''Jangan menunduk!'' pinta Alvin. Namun dia masih melihat Nirmala yang menunduk dan tangannya gemetar.

Alvin memegang dagu Nirmala, lalu menegakkan kepalanya agar menghadap ke depan.

''Kamu mengenal saya? Kenapa kamu terlihat takut?'' tanya Alvin.

'Apa dia tidak mengenaliku? Syukurlah, kalau begitu biar aku yang menyimpan rahasia ini sendirian,' batin Nirmala.

''Tidak, saya tidak mengenal bapak. Ini baru pertama kalinya kita bertemu,'' ucapnya.

Nirmala berpamitan untuk keluar dari ruangan itu dengan alasan masih ada pekerjaan lain yang harus diia kerjakan.

Setelah kepergian NIrmala, Alvin menghubungi sekretarisnya, dan meminta untuk datang ke ruangannya.

Terlihat Sekar memasuki ruangan itu.

''Bapak memanggil saya?'' Sekar mendekati meja kerja atasannya.

''Duduklah! Ada yang ingin saya tanyakan,'' ucapnya.

Sekar menarik kursi, lalu dia duduk disana.

''Apa yang ingin bapak tanyakan? Apa ini menyangkut pekerjaan?''

''Bukan. Saya ingin tanya siapa office girl yang datang ke ruangan saya tadi.''

''Oh itu, dia bernama Nirmala. Sejak dia bekerja disini, Pak Sanjaya sangat menyukai kopi buatannya.''

''Benarkah?''

''Benar, Pak.''

''Apa dia orangnya pemalu? Tadi saya melihat dia sedikit gemetar saat menatap saya.''

''Saya rasa tidak. Dia anak yang ceria dan mudah bergaul. Dia juga ramah, tidak pemalu.''

''Baiklah, kamu boleh pergi.''

Sekar keluar lagi dari ruangan itu.

Alvin merasa ada yang aneh dengan Nirmala. Namun dia tidak tahu apa itu. Tingkahnya seperti orang ketakutan saat bertatap muka dengannya.

.....

Nenek Sukma melihat Nirmala yang sedang duduk termenung sendirian di ruang depan. Nenek Sukma mendektinya, dan duduk di sebelahnya.

''Mala, kamu kenapa, Nak? Anak gadis tidak boleh melamun,'' Nenek Sukma menepuk pelan bahu Nirmala.

Mendengar kata gadis, Nirmala kembali sedih. Namun sebisa mungkin dia harus menutupi kesedihannya itu dari neneknya.

Nirmala menoleh menatap Neneknya lalu tersenyum.

''Aku tidak melamun kok.''

''Lebih baik kamu ke kamar saja. Besok harus kerja loh, takutnya besok kamu bangun kesiangan.''

''Iya, Nek. Aku akan langsung tidur kok.''

Nenek Sukma mengusap rambut panjang Nirmala.

''Tidur yang nyenyak ya. Nenek juga mau tidur,'' setelah mengatakan itu Nenek Sukma langsung pergi ke kamar.

Nirmala beranjak dari duduknya, lalu dia juga pergi ke kamar. Sesampainya di kamar Nirmala tidak langsung tidur, dia mengambil kertas putih yang tadi sore dibelinya. Dia juga mengambil bolpoin yang ada di laci meja. Nirmala mulai menuliskan surat pengunduran dirinya. Mungkin itu keputusan yang terbaik untuknya.

Setelah selesai menulis surat pengunduran diri, Nirmala menaruhnya ke dalam laci. Nirmala naik ke atas tempat tidur. Lalu dia mulai memejamkan kedua matanya.

Tengah malam Nirmala terbangun karena mimpi. Dalam mimpinya itu, dia di ajak pergi ke rumah yang sangat mewah. Dia di perlakukan bagaikan seorang ratu di rumah itu

Nirmala yang baru membuka matanya, dia langsung mendudukkan dirinya di atas tempat tidur.

''Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Ada-ada saja. Jelas-jelas aku ini hanya office girl, memangnya siapa yang mau memperlakukanku bagai ratu,'' gumam Nirmala.

Nirmala merasa tenggorokannya kering, rasanya haus sekali. Nirmala beranjak dari atas tempat tidur, lalu dia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Setelah minum, dia kembali ke kamar lalu tidur lagi.

Beberapa jam kemudian, Nirmala yang sedang tidur merasa terusik. Saat dia membuka matanya, dia melihat neneknya yang sedang berdiri di samping ranjang.

''Nek, ini jam berapa sih?''

''Jam lima pagi. Kamu tidak biasanya loh bangun telat seperti ini. Biasanya jam empat juga sudah lagi masak di dapur.''

''Maaf, Nek. Hari ini aku kesiangan.''

''Tidak apa-apa. Sekarang kamu Shalat subuh dulu, Nak. Jangan lupakan kewajiban kita sebagai umat muslim.''

''Iya, Nek. Terima kasih ya sudah membangunkan Mala.''

Nirmala segera pergi ke kamar mandi. Dia harus segera berwudhu, lalu melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

Dalam setiap untaian doa yang dia panjatkan, Nirmala selalu memohon ampunan untuk dirinya yang tidak bisa menjaga kesuciannya. Memang itu bukan salahnya, karena disini dia adalah korban. Namun Nirmala merasa jika dia sangat berdosa.

Nirmala melipat mukenanya, lalu dia pergi mandi. Biasanya dia selalu mandi sebelum Shalat subuh, hanya saja kali ini dia kesiangan.

Beberapa menit kemudian, Nirmala sudah tampak rapi menggunakan seragam kerjanya. Dia keluar dari kamarnya.

''Mala, ayo sarapan dulu!'' ajak Nenek Sukma yang sedang menata nasi goreng buatannya ke atas meja.

''Nek, maafkan Mala ya. Gara-gara Mala kesiangan, nenek harus repot-repot masak.''

''Tidak apa-apa, Nak.''

Nirmala dan Nenek Sandra yang sedang sarapan, mereka mendengar ada yang mengetuk pintu kontrakan.

''Biar Mala saja yang bukain pintu,'' Nirmala menghentikan sejenak sarapannya. Dia pergi ke depan untuk membukakan pintu.

Ternyata yang datang itu Doni. Doni sengaja datang karena mau menjemputnya.

''Eh Kak Doni, ada apa?''

''Aku hanya ingin menjemputmu,'' ucapnya.

''Aku sedang sarapan, Kak. Ayo ikut!''

''Tidah deh, sudah kenyang tadi sarapan di rumah. Kamu selesaikan dulu sana, aku duduk disini dulu,'' Doni langsung mendudukkan dirinya di atas kursi yang ada di ruang depan.

''Oke, aku lanjut sarapan dulu ya,'' Nirmala pergi dari hadapan Doni. Dia akan lanjut sarapan, karena tadi belum selesai.

Setelah selesai sarapan, Nirmala langsung saja menghampiri Doni. Dia memang harus cepat-cepat berangkat karena takutnya telat. Bekerja sebagai office girl itu memang harus berangkat pagi sekali sebelum para karyawan datang.

Sesampainya di kantor, mereka langsung saja pergi ke ruang OB.

Doni melihat Nirmala yang sedang memegang amplop putih berukuran panjang.

''Mala, itu apa?"' tanya Doni dari arah belakang.

''Eh bukan apa-apa,'' Nirmala kembali memasukkan amplop yang tadi dia pegang ke dalam tas. Lalu menaruh tasnya ke dalam loker.

Tepat pukul delapan pagi, Nirmala memberanikan diri untuk berbicara dengan kepala OB. Dia memberikan surat pengunduran diri yang sudah dia siapkan. Kepala OB juga mengatakan jika akan menyerahkan surat pengunduran diri itu kepada atasannya agar bisa langsung di proses. Nirmala berharap agar pengajuan resign-nya di setujui.

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ🍒⃞⃟🦅̈́

🍭ͪ ͩ𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ🍒⃞⃟🦅̈́

di acc ga ya pengajuanya pengunduran dirinya 🤔

2022-10-04

0

Devi Triandani

Devi Triandani

mimpimu bakal jd nyata Nirmala

2022-10-03

0

Devi Triandani

Devi Triandani

knp sih gak jujur aja klo dia Sdh memperkosa km Nirmala ?

2022-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!