Adam kini sudah berada diruang tamu rumah Aruna. Ia duduk diantara, David , Anneta juga Aruna yang sedari tadi tersipu malu masih tidak menyangka Adam akan kerumahnya.
"Jadi sejak kapan kalian berpacaran?" Tanya Anneta yang terlihat ikut senang.
"Baru beberapa hari Tante." Balas Adam terdengar sopan membuat Anneta semakin senang.
Menurut Anneta, Adam tidak hanya tampan namun juga sopan dan tutur katanya sangat lembut.
"Om nggak masalah kalian pacaran selama jalannya yang baik baik, pacaran secara sehat, jangan merusak masa depan kalian hanya karena berpacaran." Adam mengingatkan.
"Baik Om, saya janji akan menjaga Aruna dengan baik dan tidak akan menyakitinya." Janji Adam yang membuat Aruna tersipu malu.
"Sweet banget sih kalian, Mama jadi ke inget masa muda Mama saat ketemu sama Papa, juga romantis gitu." Ujar Anneta.
"Ck, apa sih Ma, sekarang kita sudah berumur."
Anneta berdecak, "Ya nggak apa apa dong sesekali nostalgia."
Adam dan Aruna tertawa melihat perdebatan Anneta dan David.
Sementara Bian yang sedari tadi fokus dengan laptopnya tampak terganggu dengan suara canda tawa yang terdengar sampai kamarnya.
Karena penasaran, Bian akhirnya turun untuk melihat apa yang terjadi.
"Bian, sini Mama kenalin sama pacarnya Runa." Kata Anneta saat melihat Bian berjalan ke arahnya.
Seketika tangan Bian mengepal saat melihat Adam duduk diantara keluarganya.
Bian tidak merespon hanya menatap tajam ke arah Adam yang juga menatapnya dengan tatapan mengejek.
Tak ingin kesal hingga membuatnya khilaf harus menghajar Adam, Bian akhirnya memilih pergi.
"Ck, maaf ya Adam. Bian memang anaknya gitu. Cuek." Kata Anneta merasa tak enak dengan Adam.
"Nggak apa apa Tante, wajar saja sih kalau kakak laki laki kadang memang tidak menyukai pacar adiknya." Balas Adam.
"Tidak wajar kalau berlebihan, Bian memang harus diberi pelajaran." Kata David terlihat kesal.
"Pa, jangan marah dong sama Bian, kayak nggak tahu anaknya gimana." Anneta mengingatkan.
Adam mencoba kembali mencairkan suasana dan Ia berhasil membuat semua orang kembali tertawa.
Bian yang kesal tampak berjalan ke dapur melihat Mbok Inem sedang membuatkan minum juga menyiapkan cemilan ringan untuk Adam dan Keluarganya.
"Yang punya pacarnya Aruna mana Mbok?" Tanya Adam membuat Mbok Inem mengerutkan keningnya.
"Buat apa Den?"
"Udah tinggal bilang yang mana!"
Tak ingin membuat Bian kesal, Mbok Inem menunjukan salah satu gelas yang ada disana.
Bian mengambil garam lalu memberikan sesendok garam ke minuman Adam.
"Aduh den..." mbok Inem tampak panik dengan apa yang dilakukan Bian.
"Udah tenang aja Mbok, tinggal bawa kesana. Dia nggak bakal ngomong kalau minumnya asin." Kata Bian sambil tersenyum puas.
"Tapi Den kalau dia ngomong trus Tuan Marah bisa bisa saya dipecat." Keluh Mbok Inem.
"Udah tenang aja Mbok, nanti kalau ketahuan urusan sama saya."
"Janji ya Den, mbok nggak mau dipecat sama Tuan."
"Iya Mbok, udah sana kasihin!"
Mbok Inem menurut, Ia membawa nampan keruang tamu, tempat Aruna, Adam, Anneta dan David berkumpul.
"Ck, udah setengah jam dan minumannya baru dateng!" Cibir Anneta.
"Maaf Nyonya, tadi masak air dulu."
Dengan hati hati Mbok Inem meletakan gelas sesuai dengan arahan Bian agar tidak salah dan tepat sasaran.
Selesai menyajikan minuman, Mbok Inem kembali ke belakang.
"Aman den." Lapor Mbok Inem pada Bian yang masih didapur.
Bian tersenyum puas, "Biar tahu rasa!"
Sementara, Anneta meminta semua orang untuk minum teh buatan Mbok Inem yang masih hangat.
"Ayo diminum dulu nanti keburu dingin." Ajak Anneta yang langsung diangguki semua orang.
Adam mengambil gelasnya, Ia meneguk satu tegukan dan wajahnya langsung memerah padam, Adam ingin menyemburkan minumannya namun Ia tahan dan tetap menelan minumannya meskipun rasanya sangat asin. Benar benar asin hingga membuatnya mual.
"Sial!" Batin Adam.
"Enak kan? Mbok Inem kalau bikin teh emang enak." Kata Anneta yang hanya diangguki Adam padahal Adam menahan rasa asin yang saat ini masih menjalar di lidahnya.
"Kakak kenapa?" Bisik Aruna merasa ada yang aneh dengan Adam.
Adam menggeleng, "Nggak apa apa."
Beruntung Mbok Inem juga menyuguhkan kue bolu iris membuat Adam bisa menetralisir lidahnya dari rasa asin.
"Abisin minumnya ya, nanti kalau mau tambah biar dibikinin Mbok Inem lagi." Kata Anneta yang hanya diangguki Adam.
Adam mengunyah satu potong bolu, Ia merasakan tersendat dan harus minum dan mau tak mau Adam menghabiskan secangkir teh asinnya agar Ia tidak cegukan.
"Enak banget ya kak sampai merah gitu wajahnya?" Tanya Aruna dengan polosnya tanpa tahu Adam sedari tadi menahan diri agar Ia tidak memuntahkan minumannya.
"Biar di bikinin sama Mbok Inem lagi ya." Kata Anneta melihat teh Adam sudah habis.
Anneta memanggil Mbok Inem dan tak berapa lama Mbok Inem datang,
"Gimana Nyonya?" Wajah Mbok Inem terlihat pucat karena takut dimarahi oleh Anneta.
"Bikinin minum Adam lagi dong Mbok." Perintah Anneta yang langsung diangguki Mbok Inem.
Mbok Inem terkejut saat melihat cangkir Adam sudah kosong, padahal tehnya sangat asin.
Ia mengambil gelas dan sempat melihat Adam menatapnya tajam.
"Jangan manis manis ya Mbok!" Pinta Adam penuh penekanan seolah menyindir Mbok Inem.
"Baik Den.
Mbok Inem segera membawa cangkir ke belakang,
"Dihabisin? Gila bener tuh bocah." Kata Biam yang juga terkejut saat melihat cangkirnya kosong.
"Mau minta lagi Den, tadi dia melototin Mbok Den, jadi takut Mbok!" Ucap Mbok Inem.
"Tenang saja Mbok, dia nggak bakal berani macem macem."
Mbok Inem mengangguk, Ia segera membuatkan teh untuk Adam lagi dan tiba tiba Bian kembali mendekat membawa bubuk cabe.
"Mau apa lagi Den?" Mbok Inem terlihat tidak setuju, Bian mengerjai Adam terus menerus.
"Ck, tenang aja Mbok. Dikasih ini biar bibirnya dower nggak bisa buat ngrayu Runa lagi!" Kata Bian sambil terkikik geli membayangkan Adam kepedasan karena minum teh pedas buatannya.
"Duh Den, Mbok takut beneran ini."
"Udah santai aja Mbok, ada aku ini." Kata Bian meminta Mbok Nah mengantarkan minumnya.
Meskipun ragu dan takut, Mbok Nah mengantarkan minuman kepada Adam tanpa berani melihat ke arah Adam.
Adam yang melihat secangkir tehnya sudah diisi lagi tampak antusias ingin segera minum. Adam sangat yakin tehnya pasti enak dan Ia yakin sudah tidak dikerjai lagi. Namun baru menyeruput sedikit tehnya, bibirnya terasa panas oleh rasa pedas yang kini menjalar lidahnya.
"Anjing!" Umpat Adam membuat semua orang terkejut dan menatap ke arahnya.
Sadar dengan apa yang Ia ucapkan, Adam terlihat panik, "Maksud Adam tadi pas perjalanan kesini ada Anjing kecil yang ngikutin mobil Adam, takutnya ketabrak." Jelas Adam asal.
"Kirain kamu ngatain kami Anjing." Kata Anneta memaksakan tertawa.
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
shawnita
wkakakaka
2024-03-07
0
Cut Nyak Dien
keluar dech kata kebon binatangnya
2022-10-07
0
Eka Bundanedinar
sukurin dam itu blm kena bogem bian
2022-10-07
0