Aruna memasuki kamar dengan membanting pintu sekeras mungkin, Ia benar benar sudah dibuat kesal oleh Bian setengah hari ini.
"Baru juga sehari pulang udah bikin emosi gini, gimana kalau selamanya? Oh God, semoga di segera nikah dan pergi dari rumah ini agar aku bisa bebas lagi."
Aruna mengacak rambutnya frustasi, Ia akhirnya duduk di meja belajarnya. Dari pada pusing memikirkan keusilan Bian lebih baik Ia belajar saja.
Pintu kamarnya terbuka, Aruna tahu jika itu Bian namun Aruna tidak ingin menanggapi kedatangan Bian. Ia masih sibuk membaca bukunya.
Bian meletakan ponselnya dimeja, Ia berdiri disamping Aruna, melihat Aruna sedang belajar.
Karena tidak di gubris oleh Aruna, Bian akhirnya duduk di pinggir ranjang Aruna sambil melihat lihat kamar Aruna. Bian kembali berdiri untuk melihat foto foto Aruna bersama teman temannya yang tertempel di dinding. Ada banyak foto Aruna disana. Dari Aruna Smp hingga Kuliah.
Jika dilihat lihat wajah Aruna berubah setiap tahunnya, dari wajah imut hingga secantik ini.
Aruna masih tidak mengubris meskipun Bian berada disana cukup lama, hingga akhirnya Bian keluar kamar dengan sendirinya.
"Dasar nyebelin, gaje banget sih." Gerutu Aruna saat Bian sudah keluar.
Selesai belajar, Aruna kembali turun untuk membuat susu hangat. Memang sejak kecil kebiasaan Aruna selalu minum susu sebelum tidur.
Saat ini Aruna sudah berganti pakaian, mengenakan setelah piyama pendek, sangat pendek hingga terkesan seksi saat di pakai Aruna.
Aruna sedang membuat susu, bersamaan dengan Bian yang juga ingin mengambil air minum.
"Nggak ada baju lain heh?" Tanya Bian saat melihat Aruna.
Aruna tidak menjawab, Ia malah minum susu didepan Bian membuat Bian menelan ludahnya.
"Gadis ini bener bener!" Batin Bian.
Bian merebut susu Aruna yang baru di minum setengah dan langsung Ia teguk semua hingga habis.
"Kakak!"
"Ganti baju! Jangan pakai baju seperti ini!" Kata Bian galak.
"Nggak mau! Ngapain sih kak orang dirumah juga!" Balas Aruna kesal karena Bian mempermasalahkan apa yang Ia pakai.
Bian yang kesal, mendekati Aruna hingga Aruna terhimpit tidak bisa bergerak.
"Kak..." Aruna menahan dada Bian mengunakan tangannya.
"Ganti baju nggak?"
Aruna menunduk takut, "Iya iya ganti abis ini."
Bian akhirnya melepaskan Aruna dan segera Aruna berlari ke kamarnya.
"Ck, sial!" Desis Bian.
Bian melihat ada seseorang di balik pintu dapur yang belum ditutup namun saat Bian menghampiri pintu itu sudah tidak ada siapapun disana.
Bian segera menutup pintunya.
Sebelum kembali ke kamarnya, Bian memasuki kamar Aruna yang tidak dikunci.
"Mau ngapain lagi kak!" Ketus Aruna yang kini sudah berganti pakaian, mengenakan piyama panjang.
"Mulai sekarang jangan pakai baju seksi dirumah." Kata Bian memperingatkan.
"Apa sih kak, cuma dirumah masih aja nggak boleh. Papa sama Mama aja juga biasa nggak pernah mempermasalahin."
"Aku sama mereka itu beda, udah nurut aja nggak usah bawel!"
Aruna hanya mendecak kesal, sibuk membereskan meja belajarnya.
Bian mendekati Aruan, "Kalau tidur pintunya dikunci, jendelanya di tutup." Kata Bian lagi.
"Biasanya gini juga nggak apa apa, lagian siapa lagi yang berani masuk orang diluar ada mang Torik sama mang asep." Balas Aruna santai.
Bian kembali memojokan Aruna, menatap Aruna tajam yang lagi lagi membuat Aruna menunduk takut.
"Kalau di bilangin nggak usah bantah bisa nggak!"
Karena takut akhirnya Aruna berlari untuk menutup pintu balkon kamar juga jedelanya.
"Sekarang kakak keluar biar aku kunci pintunya." Pinta Aruna sedikit salah tingkah.
Bian kembali mendekati Aruna dan tiba tiba Bian melepaskan kunciran Aruna, "Rambutnya nggak usah di kuncir kalau aku dirumah." Kata Bian lalu meninggalkan Aruna keluar kamar Aruna.
"Ck, ngeselin banget sih, banyak banget aturannya dan bodohnya gue juga nurut!" Omel Aruna yang masih bisa didengar oleh Bian.
"Kunci pintunya." Teriak Bian dari luar dan setelah itu Bian mendengar suara pintu Aruna terkunci.
Bian tersenyum, Ia ingin kembali ke kamarnya namun melihat seseorang dibawah membuat Bian curiga dan akhirnya turun kebawah.
"Ngapain mang?" Tanya Bian saat melihat Mang Torik seperti baru dari tangga.
"Ng nggak Den mau bikin kopi." Kata Mang Torik terlihat gugup lalu pergi ke dapur.
Bian mengikuti langkah mang Torik, "Mang yang bawa kunci cadangan dirumah ini siapa?" Tanya Bian.
"Saya Den."
"Mau minta kunci cadangan kamar Runa sama kamar saya."
Mang Torik terlihat terkejut, "Mau buat apa Den?"
"Udah kasih aja sekarang, aku tunggu disini." Kata Bian yang akhirnya di angguki Mang Torik.
Tak berapa lama Mang Torik kembali membawa dua kunci cadangan.
"Udah nggak ada yang lain kan mang?"
"Enggak ada Den, cuma itu."
"Oke, makasih ya Mang." Kata Bian lalu naik ke atas kembali ke kamarnya.
Pagi ini berbeda dari pagi biasanya, jika biasanya Aruna sarapan sendiri namun pagi ini Aruna sarapan bersama Bian.
Aruna cuek dengan keberadaan Bian dan sibuk memakan roti selai coklat kesukaannya hingga Bian melihat ada selai coklat yang menempel di pinggir bibir Aruna membuat Bian panas dingin mengingat jika dulu saat berada diluar negeri, Ia pasti akan ******* habis bibir kekasihnya yang terkena coklat namun sekarang yang ada didepannya itu adiknya, tidak mungkin Bian melakukan itu meskipun sebenarnya Bian bisa melakukannya.
Bian mengulurkan tangannya, tadinya Ia ingin membersihkan coklat yang menempel di bawah bibir Aruna namun berganti menyeret coklat itu hingga mengotori pipi Aruna.
"Kakak!" Kesal Aruna saat pagi ini sudah mendapatkan usilan dari Bian.
"Salah sendiri makan belepotan." Kata Bian lalu pergi meninggalkan meja makan.
Bian tampak keluar rumah, Ia menjambak rambutnya sendiri, "Bisa gila gue lama lama." Umpat Bian.
Bian melihat mang Asep, satpam dirumahnya sedang berbicara dengan seorang pria muda didepan yang mengendarai motor.
Bian akhirnya berjalan mendekat,
"Ada apa ini?" Tanya Bian.
"Ini Den, katanya mau jemput Non Runa." Jelas Mang Asep.
"Siapa lo?" Tanya Bian dengan nada tak suka.
"Gue Randi calon pacarnya Runa, nah lo siapa?" Tanya pria bernama Randi dengan nada tidak sopan.
Randi melihat Bian tampak asing.
Mang Asep baru mau menjawab namun tidak jadi karena mendapatkan tatapan tajan dari Bian, akhirnya Mang Asep pergi meninggalkan Randi dan Bian berdua.
"Gue suaminya, berani banget Lo jemput bini gue!"
Randi menatap Bian tak percaya, "nggak mungkin!"
Bian tersenyum sinis, Ia akhirnya memperlihatkan jari manisnya dimana terdapat cincin melingkar disana.
"Anjir, sial banget gue." Umpat Randi menyalakan motornya lalu pergi meninggalkan rumah.
"Kok bisa Aden bikin cowok itu pergi? Biasanya dia nggak mau pergi sebelum Non Aruna naik ke motornya." Kata Mang Asep saat melihat Randi melajukan motornya.
Bian tersenyum, "mulai sekarang kalau ada cowok yang datang nyari Aruna langsung bilang ke saya." Kata Bian.
"Siap Den."
Bian tersenyum puas.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen yahh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
udah digandain tuh sama torik..... mafia'pk'....mo bertindak asusila sama runa... untung bian dah dirmh
2024-03-28
0
Kenzi Kenzi
ati2.... adayg mo jahatin runa.... torik tuh
2024-03-28
0
Yuli Astuti
curiga sama bian 🤭
2023-08-15
0