Bian melihat Mang Torik sedang membersihkan mobil yang akan digunakan untuk mengantar Aruna
"Kunci mobilnya mana mang?" Tanya Bian membuat mang Torik mengerutkan keningnya.
"Buat apa Den?"
"Biar saya aja yang antar."
Raut wajah Mang Torik terlihat tidak setuju namun apalah daya, Bian lebih berhak atas apapun yang ada dirumah ini.
Akhirnya Mang Torik memberikan kunci mobilnya pada Bian.
"Pagi mang, aku sudah siap berangkat." Ucap Aruna baru saja keluar, sudah rapi dan siap berangkat ke kampus.
"Yang ngantar Den Bian Non," kata Mang Torik yang langsung di balas decakan tak setuju Aruna.
Bian melihat Aruna dari atas sampai bawah, Aruna mengenakan celana jeans panjang yang dipadukan dengan kemeja panjang kotak kotak, tidak ada yang salah dengan penampilan Aruna dan aman untuk berangkat ke kampus.
"Ngeliatin nya biasa aja kak, nanti kakak bisa terpesona sama aku. Nggak lucu kan masa naksir adiknya sendiri." Celetuk Aruna lalu masuk ke dalam mobil.
Bian tersenyum geli mendengar ucapan Aruna, segera Ia ikut masuk ke dalam mobil.
"Ck, pindah depan." Perintah Bian saat Aruna berada di kursi belakang.
"Biasanya aku disini."
"Biasanya sama Mang Torik, kamu pikir kakak sopir?"
"Ya kan emang sopir." Balas Aruna santai.
Bian kesal akhirnya keluar dan membuka pintu belakang lalu menarik Aruna keluar.
"Iya iya kak, nggak usah diseret juga!" Kesal Aruna yang akhirnya pindah di kursi depan.
Bian tersenyum puas melihat wajah cemberit Aruna yang kini duduk disampingnya, Ia segera melajukan mobilnya menuju kampus Aruna.
Saat melewati gerbang rumahnya, Aruna heran melihat tidak ada siapapun padahal biasanya Randi sudah menunggunya disana dan memaksa Aruna untuk membonceng motor Randi.
Randi teman satu jurusan Aruna yang sudah lama menyukai Aruna namun sampai sekarang Aruna belum membalas perasaan Randi karena di hati Aruna hanya ada Kak Adam seorang.
"Kenapa?" Tanya Bian melihat Aruna kebingungan menatap ke arah luar.
"Nggak apa apa."
Ditengah perjalanan, Bian memberikan sesuatu pada Aruna.
"Pakai ini," kata Bian melemparkan sebuah kotak kecil dan saat dibuka isinya sebuah cincin polos.
"Lah buat apa kak pakai ini?"
"Udah pakai aja nggak usah bawel."
Aruna akhirnya menurut, memakai cincin polos itu di jari manisnya. Ia pikir mungkin ini hadiah kepulangan sang Kakak untuknya.
"Belajar yang bener jangan gatel sama cowok." Kata Bian saat sudah sampai didepan kampus Aruna.
"Ck, mana ada aku gatel sama cowok yang ada mereka yang gatel mau deketin cewek cantik kayak aku." Ungkap Aruna penuh percaya diri membuat Bian gemas dan mengacak rambut Aruna hingga berantakan.
"Kakak, ngeselin!" Aruna kembali kesal dan akhirnya memberanikan diri memukuli dada bidang Bian dengan kedua tangannya.
Bian mencekal kedua tangan Aruna agar berhenti memukulnya, Ia menatap Aruna begitu juga dengan Aruna yang menatap ke arahnya. Mata keduanya saling beradu pandang membuat Bian semakin tak sadar mendekatkan bibirnya namun Aruna yang sadar memundurkan kepalanya dan dengan sekuat tenaga Aruna melepaskan cekalan tangan Bian lalu keluar dari mobil Bian.
"Ck, sial!" Umpat Bian yang akhirnya sadar.
Sementara Aruna berlari memasuki kampus. Ia berhenti sejenak untuk mengatur degup jantungnya yang tak beraturan.
"Jangan gila Aruna, dia kakakmu!" Umpat Aruna pada dirinya sendiri.
Aruna berjalan memasuki kelasnya, Ia melihat semua teman sekelasnya menatap ke arahnya dengan tatapan tidak biasa begitu juga dengan Nysa yang mendadak diam saat Ia duduk disamping Nysa padahal biasanya Nysa sangat bawel.
"Ada apa sih? Kok mereka ngeliatin gue gitu amat." Tanya Aruna pada Nysa namun Nysa hanya diam saja.
"Lo juga marah ama gue?"
Nysa masih diam.
"Salah gue apa sih?" Heran Aruna.
"Lo masih tanya salah Lo apa?" Tanya Nysa membuat Aruna terlihat sangat bingung.
"Gue beneran nggak tau, pada kenapa sih."
"Bisa banget ya Lo nikah nggak kabar kabar sama gue, Lo nganggep gue ini apa hah?" Bentak Nysa yang langsung membuat Aruna melonggo tak mengerti maksud Nysa.
"Nikah, siapa yang nikah." Aruna terlihat sangat bingung.
"Gue tadi kerumah Lo, mau jemput Lo tapi suami Lo yang keluar buat nemuin gue. Seengaknya kalau Lo emang udah nikah bilang dong jangan diem. Kan gue malu masa ngejar ngejar istri orang." Kata Randi yang kini ada didepannya.
"Jangan jangan Lo udah bunting duluan ya makanya nikah diem diem." Celetuk salah satu teman Aruna.
"Eh tunggu dulu deh, gue beneran nggak tahu maksud kalian apa. Suami? Suami mana? Gue beneran belum nikah. Pacar aja nggak punya apalagi suami." Jelas Aruna.
"Ini apa?" Nysa mengangkat tangan Aruna dimana ada cincin polos yang melingkar disana.
"Ini cincin dari kakak gue yang baru pulang dari luar negeri." Jelas Aruna lagi.
"Kak Bian yang dulu Lo ceritain itu?" Tanya Nysa terlihat antusias.
Aruna mengangguk,
"Jadi yang tadi pagi itu kakak Lo? Bukan suami Lo?" tanya Randi memastikan.
Aruna mengangguk, "Tapi kalau Lo mau nganggep suami juga nggak apa apa biar Lo berhenti ngejar gue karena Gue nggak mau Lo kecewa." Kata Aruna membuat Randi menggelengkan kepalanya.
"Nggak, gue tetep ngejar Lo sampai bisa dapetin hati Lo." Kata Randi lalu pergi keluar kelas dengan raut wajah bahagia.
"Lagian kakak Lo usil banget sih Run, bisa bisanya Ia ngaku ngaku suami Lo." Kata Nysa.
"Nggak cuma usil tapi juga ngeselin."
Aruna akhirnya melepaskan cincin pemberian dari Bian, kini Ia mengerti alasan Bian memberikan cincin untuknya.
"Dasar ngeselin!"
Sementara Bian baru saja sampai dirumah, Ia ingin ke kamar untuk mengambil laptopnya namun melihat pintu kamar Runa terbuka.
"Habis dibersihin kenapa nggak ditutup lagi." Gerutu Bian yang tadinya hanya ingin menutup pintu namun akhirnya masuk juga ke kamar Runa.
Bian berada dikamar Aruna, Ia asyik memandangi foto foto Runa dan saat Bian duduk dikursi meja belajar Runa, jam tangan canggih Bian berbunyi.
Bip ... bip ... bip...
Bunyi yang menandakan jika ada kamera cctv tersembunyi disini.
Bian tentu saja terkejut, semalam Ia berada disini namun jam tangannya tidak berbunyi dan sekarang...
Bian mendekatkan jam tangannya hingga Ia menemukan kamera pengawas kecil dari balik tempat pulpen milik Runa.
Sekali injakan, cctv kecil itu rusak dikaki Bian.
"Sial, siapa yang melakukan ini."
Bian memasuki kamar mandi Runa dan jam tangannya kembali berbunyi. Kali ini ada dua kamera tersembunyi di kamar mandi Runa yang tentu saja membuat Bian sangat marah.
"Brengsek!"
Bian melihat cctv kecil itu masih baru dan sepertinya baru hari ini dipasang. Ia akhirnya paham yang membuat pintu kamar Aruna terbuka.
"Aku yakin dia pasti ulah orang dalam." Gumam Bian menginjak ijak kamera kecil itu hingga rusak.
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komen yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
anikbunda lala
waduh ...medeni
2024-05-12
0
Kenzi Kenzi
torik mata2
2024-03-28
0
Yuli Astuti
horor amat ada cctv di kmr mandi
2023-08-15
0