Setelah berpelukan dengan Aruna, Anneta menatap ke arah putranya yang masih acuh.
"Mama nggak dipeluk nih?" Tanya Anneta pada Bian.
"Udah gede Ma, malu!" Ucap Bian masih acuh.
Anneta tak mengubris ucapan Bian dan langsung memeluk putranya yang masih duduk itu tak lupa memberi ciuman di pipi Bian.
"Ma..." protes Bian.
"Kenapa sih cuma dipeluk juga."
"Aku bukan anak kecil lagi Ma!"
"Bagi Mama kamu itu masih putra kecilnya Mama!" Balas Anneta yang hanya membuat Bian memutar bola matanya malas.
"Pa, anak kita udah segede ini." Kata Anneta pada David.
Respon David hanya tersenyum saja,
"Run, berangkat sekarang aja!" Ajak Bian terlihat malas dengan kedua orangtuanya.
"Loh kok sama kamu berangkatnya?"
"Kan Runa diantar sama kak Bian Ma." Jelas Aruna pada Anneta.
"Kenapa nggak diantar mang Torik?" Tanya David.
"Kenapa harus mang Torik kalau abangnya aja dirumah?" Sinis Bian.
"Udah udah, masa baru ketemu udah berantem." Kata Anneta melerai.
Bian berdiri dan lamgsung keluar rumah tanpa mengatakan apapun lagi, setelah berpamitan Aruna mengikuti langkah Bian.
Aruna memasuki mobil melihat wajah tak bersahabat Bian.
"Kak kok nggak seneng liat Mama sama Papa pulang?" Tanya Aruna.
"Seneng, kata siapa nggak seneng." Balas Bian sambil melajukan mobilnya.
"Sekarang bakal happy deh, ada Papa, Mama sama Kak Bian."
"Punya pacar lagi ya." Cibir Bian membuat Aruna tersenyum malu.
"Gue bilangin deh sama Lo buat jangan deket deket sama dia!" Kata Biab terdengar kesal.
"Kak nggak usah jelek jelekin Kak Adam, nggak ngaruh lagian aku yang paling tahu Kak Adam itu orangnya gimana."
"Oh ya, jadi Lo juga tahu dong kalau dia sering keluar masuk hotel sama cewek trus ke club tiap malam?"
Aruna melotot tak terima, "Nggak mungkin Kak Adam kayak gitu, kak Adam orangnya super sibuk apalagi dia juga donatur di panti."
"Gue bakal buktiin ke elo kalau dia itu nggak sebaik yang Lo kira!" Ucap Bian.
"Ck, terserah kak Bian lah, aku nggak mau ribut sama Kakak lagi cuma gara gara ini."
"Lah elo dibilangin juga batu, gimana gue nggak kesel!"
Aruna memilih diam, tidak lagi menjawab ucapan Bian karena merasa percuma, toh Bian tetap tidak akan setuju Ia pacaran dengan Adam.
Mobil berhenti didepan kampus Aruna, segera Aruna membuka seatbeltnya, "Makasih Kak udah nganterin Runa." Kata Runa sambil tersenyum manis.
"Ntar pulang gue jemput."
Aruna mengangguk dan langsung keluar dari mobil.
Aruna berjalan memasuki kampus, Ia memilih melewati kelas Adam meskipun jaraknya sangat jauh dari kelasnya. Aruna sengaja karena Ia ingin melihat Adam lebih dulu.
Aruna melihat ke dalam kelas Adam melalui jendela, tampak Adam fokus mendengarkan penjelasan dari dosen yang sedang mengajar.
"Ck, ganteng banget sih pacar aku." Puji Aruna berhenti sejenak sebelum akhirnya Ia segera kabur karena ketahuan dosen yang ada didalam kelas Adam.
"Tumben telat." Kata Nysa kala Ia baru sampai di kelas.
"Gue lewat kelasnya Kak Adam." Balas Aruna sambil terkikik geli.
"Lah ngapain dah, kangen banget Lo sama Abang gue sampai segitunya."
Aruna mengangguk, "Btw, emang Kak Adam punya adik?" Tanya Aruna penasaran mengingat pagi tadi panggilan teleponnya dijawab oleh sang Adik.
"Ada banyak."
Aruna menghela nafas lega karena Adam tidak berbohong.
"Tapi bukan kandung, adik sepupu semua." Balas Nysa lagi.
"Ada yang tinggal serumah nggak?"
"Nggak ada lah orang Bang Adam tinggal di apartemen sendirian."
Deg... jantung Aruna berdegup kencang mendengar penjelasan Nysa.
Jika tidak tinggal serumah lalu yang menerima panggilannya tadi siapa?
"Tenang Runa, tenangkan dirimu. Jangan berpikiran negatif yang bisa membuat hubungan mu dengan Kak Adam rusak, lebih baik nanti tanyakan saja pada Kak Adam." Batin Runa menenangkan dirinya.
"Tumben nanyain adik segala?" Tanya Nysa merasa heran.
"Penasaran aja." Balas Aruna sambil mengulas senyum di bibirnya.
Kelas pertama, Aruna tidak bisa konsen mengikuti pelajaran karena Ia terlalu memikirkan Adam hingga kelas kedua masih sama akhirnya Aruna memberanikan diri menghubungi Adam dan mengajaknya bertemu.
Dan saat kelas ketiga sudah berakhir, Aruna menemui Adam di rooftop kampus.
"Udah kangen lagi makanya ngajakin ketemu." Kata Adam ingin memeluk Aruna namun dengan cepat Aruna menghindar.
Adam tersenyum kecut karena masih belum berhasil menyentuh Aruna.
Adam mengambil satu kursi, Ia duduk di sana lalu menepuk nepuk pahanya, meminta Aruna agar duduk di pahanya. Jika wanita lain mungkin akan senang hati duduk dipaha Adam namun berbeda dengan Aruna yang malah menyeret satu kursi lalu duduk didepan Adam.
"Mau ngomong apa? Kayaknya penting banget ya?" Tanya Adam sedikit kecewa dengan sikap Aruna.
"Kak, apa bener yang tadi jawab telepon aku itu adik kakak?"
"Kamu nggak percaya sama aku?" Tanya Adam terdengar sedikit menyentak membuat Aruna terkejut dan seketika takut.
"Eng enggak gitu kak, aku cuma-"
"Cuma mau nuduh aku selingkuh gitu?"
"Enggak kak, aku cuma nanya soalnya Nysa bilang Kakak tinggal di apartemen sendirian. Maaf kalau kata kataku bikin kakak kesel, aku percaya kok sama Kakak." Jelas Aruna terlihat sekali wajah Aruna sangat cemas.
Adam menghembuskan nafas kasar, "kalau kamu nggak percaya, kamu main aja ke apartemen, adik sepupu aku namanya Tisa suka nginep disana."
Aruna memaksakan senyumannya, "Iya kak, aku percaya sama kakak."
"Tapi kamu harus tetep main ke apartemen, biar nanti aku kenalin sama Tisa, aku nggak mau kamu salah paham lagi." Kata Adam.
Aruna mengangguk, "Kapan kapan aku kesana Kak."
"Kenapa nggak sekarang aja?" Tawar Adam.
Aruna menggelengkan kepalanya, "Papa sama Mama baru saja pulang kak, aku nggak mau main dulu, pengen langsung pulang."
Lagi lagi Adam menghela nafas kasar, "Besok?"
"Aku usahakan ya kak."
Adam mengangguk, tangannya terangkat mengelus rambut Aruna lalu elusannya turun ke bawah, mengelus pipi Aruna lalu bibir Aruna.
Aruna merasa panas dingin menerima sentuhan lembut dari Adam.
Adam memajukan wajahnya, ingin mencium bibir Aruna namun mendengar suara pintu tangga terbuka membuat Adam terkejut dan bersembunyi dibalik meja.
"Lo nggak lihat Adam?" Tanya Keisha yang baru saja membuka pintu rooftop.
"Enggak." Balas Aruna dengan nada tak suka mengingat Adam itu kekasihnya dan bisa bisanya Keisha mencari kekasihnya.
"Ck, kemana sih tuh anak!" Omel Keisha lalu kembali memasuki pintu tangga.
Melihat Keisha sudah pergi, Adam keluar dari tempat persembunyian nya.
"Siapa tadi?" Tanya Adam pura pura tak tahu meskipun Ia tahu jika yang baru saja datang adalah Keisha.
"Keisha, dia kenapa nyari Kakak?" Tanya Aruna terdengar cemburu.
"Paling masalah donasi panti."
"Ohh, kakak deket banget sama dia ya?"
"Nggak usah cemburu, aku sama dia cuma temenan. Aku nggak akan berpaling dari kamu sayang." Kata Adam kembali menyentuh dagu Aruna hendak mencium Aruna namun seketika Aruna menghindar.
"Aku turun duluan kak." Ucap Aruna kabur begitu saja tanpa sempat dicium oleh Adam.
"****, sial!"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Yuli Astuti
jgn mau runa. jebakan betmen
2023-08-15
0
Herlina Rahman
nama aja adam kelakuan nya minus huuhhhh
2023-07-29
0
Diana
baru jadian sdh mau nyosor aj. itu tanda² gak bener.
2022-11-09
0