Aruna baru saja selesai kelasnya, Ia buru buru keluar untuk pergi ke kantin karena ini sudah jam makan siang dan perutnya sangat lapar. Sedangkan Nysa sahabat Aruna lebih dulu pulang meninggalkan kampus sejak dua jam yang lalu.
Nysa memang sangat malas mengikuti kelas, Ia bahkan sering membolos kelas.
Berjalan sendirian dan buru buru membuat Aruna tak sadar menabrak ssseorang dan sialnya lagi yang Ia tabrak Adam, kakak tingkat yang Ia sukai itu.
"Heh kalau jalan matanya dipakai!" Suara Keisha gadis paling cantik dikampus yang sering bersama dengan Adam.
"Nggak usah marah, gue baik baik saja." Kata Adam pada Keisha.
Adam bangun dan langsung mengulurkan tangannya untuk Aruna, "Lo juga baik baik aja kan?"
Dengan tangan gemetar, Aruna menerima uluran tangan Adam. Pertama kalinya Aruna menyentuh tangan kekar Adam namun terasa sangat lembut.
"Makasih kak dan maaf." Kata Aruna menundukan kepalanya tidak berani menatap Adam.
"Nggak masalah, kenapa sendirian? Nysa mana?" Tanya Adam saat Aruna ingin melewati Adam.
"Pulang kak."
"Ck, tuh bocah bener bener dah."
"Permisi kak." Aruna akhirnya pergi melewati Adam karena tak tahan jika harus melihat Adam dalam jarak dekat seperti ini. Bisa bisa jantungnya copot saat ini juga.
"Ngapain sih di baikin!" Suara Keisha terdengar ditelinga Aruna.
"Dia nggak sengaja masa iya harus marah."
"Ck, dibaikin gitu bisa bisa dia gatel sama kamu."
Langkah Aruna terhenti, rasanya Ia ingin menghampiri Keisha dan menjambak rambutnya namun Ia tahan karena tidak ingin mencari masalah dengan primadona kampus yang pasti akan mendapatkan pembelaan dari banyak orang.
Setelah menghabiskan semangkuk soto dan segelas es jeruk di kantin, Aruna kembali memasuki kelas. Masih ada satu kelas lagi dan dia bisa pulang.
Melewati dua jam lamanya, Aruna akhirnya selesai dengan semua kelasnya hari ini.
Aruna berjalan keluar dan Ia kembali berpapasan dengan Adam.
Aruna menundukan kepalanya karena tak ingin menyapa Adam.
"Eh mau ke rumah Nysa nggak Run?" Tanya Adam terdengar santai membuat Aruna terkejut, tak menyangka Adam akan mengajaknya bicara.
Jantung Aruna langsung saja berloncatan.
"Eh enggak kak." Balas Aruna gugup.
"Yah, sayang banget padahal mau aku barengi kalau kesana." Kata Adam membuat Aruna ingin memukul bibirnya.
Seharusnya Ia mengiyakan saja tadi agar bisa bersama Adam batin Aruna terlihat menyesal.
Ting... ponsel Aruna berbunyi pertanda satu pesan masuk.
Buruan keluar, gue udah didepan.
Aruna melihat profil nomor asing yang baru saja mengirimnya pesan dan terkejut ternyata itu foto Bian.
"Aku duluan ya kak." Kata Aruna tak ingin membuat Bian menunggu lama yang akhirnya membuat Bian mengomelinya.
"Kalau kerumah Nysa bilang biar bisa bareng oke." Kata Adam yang langsung di angguki Aruna.
Sepanjang perjalanan keluar kampus, bibir Aruna tak berhenti melekungkan senyuman.
"Ngapain senyum senyum!"
Mendadak senyum Aruna memudar saat mendengar suara Bian.
Aruna menatap Bian sebal, Ia tidak ingin mood bagusnya berubah jadi buruk hanya karena Bian.
"Cepat pulang kak, aku sudah lelah ingin segera istirahat." Kata Aruna.
"Nggak sebelum kamu bilang kenapa senyum senyum."
"Mungkin aku terlalu bahagia karena Kak Bian mau mengantar dan menjemputku." Balas Aruna asal tak ingin Bian tahu tentang Adam.
Mata Bian melotot saat melihat jari manis Aruna tanpa cincin yang Ia berikan, "kemana cincinnya?"
Berbicara tentang cincin membuat Aruna ingat akan sesuatu, "Kak, kenapa bilang sama Randi kalau kakak suamiku? Aku malu kak." Ucap Aruna dengan nada kesal.
"Sengaja, biar kamu nggak di deketin sama cowok brengsek yang akhirnya cuma mau merusak masa depanmu saja!"
"Kak, nggak gitu caranya!"
"Nggak usah bahas yang lain, kemana cincin yang kakak kasih?" Tanya Bian lagi terlihat sangat kesal.
Aruna membuka tasnya, mengambil cincin pemberian Bian yang Ia simpan disana lalu Ia kembalikan pada Bian.
"Ambil kak, aku nggak mau pakai lagi." Kata Aruna meletakan cincin di telapak tangan Bian.
"Pakai Runa!"
"Nggak mau!"
Bian menarik tangan Runa paksa lalu kembali memasangkan cincin di jari manis Runa.
"Berani kamu lepas, aku bakal bikin hidup kamu menderita!" Ancam Bian lalu mulai melajukan mobil meninggalkan kampus Nira.
Hiks... hiks..
Bian menatap ke arah Aruna dan melihat Aruna menangis.
Bian menghela nafas panjang, "Nggak usah mewek deh, kayak bocil aja!"
"Kakak kenapa jahat sama aku?" Tanya Aruna disela sela isakan tangisnya.
"Ini yang terbaik buat Elo, gue nggak mau Elo pacaran sama cowok brengsek yang akhirnya cuma mau merusak masa depan aja."
"Tapi jangan gini Kak, Runa nggak mau." Kata Runa mulai menghentikan tangisnya.
Bian menghela nafas panjang, Ia tahu apa yang Ia lakukan pada Runa sudah keterlaluan namun Bian tidak ingin Runa dekat dengan pria manapun.
"Mau jajan dulu?" Tawar Bian.
"Mau, beliin cilok yang ada didepan toko itu." Kata Runa menunjuk ke arah toko dimana didepan ada penjual cilok.
Bian tersenyum geli melihat tingkah Runa yang meminta jajan padahal dirinya sedang menangis.
"Sana beli!" Kata Bian menghentikan mobil didepan toko.
"Kakak yang nawarin harusnya kakak juga yang beliin." Kata Aruna.
Bian lagi lagi menghela nafas panjang dan bodohnya Ia turun dari mobil hanya untuk membelikan cilok padahal selama ini Bian sangat anti diperintah oleh wanita.
Bian membawa sebungkus cilok lalu diberikan pada Aruna.
"Lohh kok pakai saos kak." Keluh Runa melihat seplastik cilok bercampur dengan saos.
"Ya kan emang gitu."
"Aku biasanya pakai kecap aja tau!"
Bian mendecak, sedikit mulai kesal, "Beli sendiri aja kalau gitu!"
"Nggak mau, kan kakak yang mau jajanin aku."
Bian menatap Runa sebal namun akhirnya Ia keluar untuk membelikan lagi cilok tanpa saos.
Tanpa mengatakan apapun, Bian memberikan cilok yang baru pada Runa.
"Nah ini baru bener kak." Kata Runa mulai menusuk ciloknya lalu memasukan ke dalam mulutnya.
Runa begitu lahap makan cilok membuat Bian tanpa sadar memandangi Runa sambil sesekali tersenyum.
"Kak Bian dari pada ngeliatin aku makan mendingan makan ini deh." Kata Runa mengulurkan cilok bersaosnya.
"Nggak doyan." Balas Bian ketus merasa sudah ketahuan memandangi Runa.
"Enak padahal."
Karena penasaran, Bian akhirnya mencicipi cilok yang Ia beli.
"Enak kan?"
"Biasa aja." Balas Bian namun masih lahap menikmati ciloknya.
"Biasa aja tapi sampai habis!" Gerutu Aruna membuat Bian tersenyum geli.
"Senyum gitu dong kak kan keliatan ganteng." Puji Runa memudarkan senyum Bian seketika.
Baru ingin melajukan mobilnya, Aruna kembali merengek,
"Mau es krim kak!"
Bian menghela nafas panjang, Ia kembali keluar untuk membelikan es krim.
"Ck, kalau aja kak Bian baik terus gitu, bakal bahagia dunia akhirat aku punya kakak kayak kak Bian." Gumam Runa memandangi punggung Bian yang memasuki toko.
Setelah mendapatkan es krim, Bian melajukan mobilnya untuk pulang kerumah.
Keduanya sudah sampai dirumah, Bian baru ingin keluar dari mobil dan tak sengaja melihat Runa sedang menikmati es krimnya.
Cara makan Runa mengingatkan Bian akan sesuatu yang menyenangkan apalagi melihat Runa belepotan, membuat Bian gemas dan ingin ******* bibir Runa saat ini juga.
"Ck, sial!" Umpat Bian lalu keluar dari mobil karena tak tahan melihat Runa makan es krim.
Aruna menatap ke arah kakaknya bingung.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Yuli Astuti
kampus runa Thor 😁
2023-08-15
0
Yuli Astuti
ya elah cuma tabrakan badan doang dibikin kasus
dasar cwe gaje
2023-08-15
0
Cut Nyak Dien
jgn2 kalau diLN bian bebas itu2
2022-10-06
1