Bian yang sedang berada di proyek kantornya merasa tidak betah karena mengingat rengekan Aruna saat dirinya akan berangkat pagi ini.
Bian akhirnya memutuskan pulang lebih awal dari jadwalnya.
"Urus sendiri dulu ya, gue mau balik duluan." Perintah Bian pada Sadam yang sedari tadi menemani Bian.
"Siap Pak."
Bian segera melajukan mobilnya untuk pulang kerumah, Ia melihat jam dipergelangan tangannya sudah pukul setengah dua, perutnya terasa sangat lapar.
Rencananya Bian ingin mengajak Aruna makan siang lalu ke bioskop namun sampai dirumah rasa lapar Bian hilang berubah menjadi kesal dan marah karena Aruna tidak ada dirumah.
"Tadi Non Runa pergi Den, dandan cantik lagi, kayaknya mau ketemu sama cowok den." Jelas Mbok Inem saat Bian menanyakan keberadaan Aruna.
"Cowok? Siapa cowoknya?"
"Mbok nggak tau den, bawa mobil jadi nggak bisa lihat orangnya." Jelas Mbok Inem lagi.
"Sial!" Desis Bian yang langsung membuat Mbok Inem kembali ke dapur karena takut akan menjadi pelampiasan amarah Bian.
Bian merogoh ponselnya, Ia mendial nomor Aruna, satu panggilan tidak dijawab namun Bian tidak menyerah, Ia mendial nomor Aruna berharap Aruna menjawab panggilannya agar Ia bisa melacak keberadaan Aruna namun sayang Aruna tidak menjawab satu panggilan darinya membuat Bian sangat marah.
Sementara itu Aruna yang sudah berada di taksi merasakan takut luar biasa mengingat betapa posesif kakaknya itu. Ponsel Aruna masih saja bergetar menandakan panggilan dari Bian yang belum menyerah.
Aruna sampai dirumah, Ia segera berlari memasuki rumah dan disana sudah ada Bian yang menunggu, menatap ke arah Aruna dari atas sampai bawah, tatapan nya sangat tajam, rasanya Aruna ingin menangis saat ini juga.
"Dari mana?" Tanya Bian masih terdengar lembut meskipun dari sorot matanya, Bian terlihat sangat marah.
"Se seaworld." Balas Aruna dengan bibir bergetar takut.
"Sama siapa?" Tanya Bian lagi.
Aruna menundukan kepalanya, tidak berani menjawab Bian.
"Sama siapa?" Tanya Bian dan kali ini terdengar lebih tinggi.
"SAMA SIAPA!" Bentak Bian akhirnya.
Pecah tangis Aruna yang sedari tadi Ia tahan karena bentakan Bian. Aruna akhirnya memilih berlari memasuki kamarnya, mengunci pintu kamarnya.
Bian awalnya ingin menyusul dan memasuki kamar Aruna namun Ia urungkan karena saat ini Ia sedang emosi dan Bian tidak ingin melakukan hal bodoh karena terlalu emosi.
Bian memilih duduk dikursi meja makan dan langsung meminta makan siang pada Mbok Inem.
"Sabar Den, jangan marah sama Non Runa." Kata Mbok Nah mencoba menghibur Bian.
"Aku nggak suka ngeliat Aruna keluar pakai rok pendek dan lagi sama laki lagi!" Ketus Bian yang membuat Mbok Inem mengerti jika Bian mengkhawatirkan adik perempuannya, sangat wajar jika seorang kakak marah pada adik perempuanya.
"Tadi Mbok juga udah bilang sama Non Runa biar izin dulu sama Aden, katanya nanti mau telepon Aden gitu."
"Nggak ada dia telepon aku, emang bener benar susah diatur tuh anak!" Emosi Bian yang langsung mengambil nasi tiga centong lengkap dengan sayur juga lauknya hingga terlihat sepiring penuh.
Mbok Inem menahan senyum gelinya, melihat Bian makan begitu lahap, entah karena kelaparan atau memang sangat marah hingga membuat Bian makan kalap seperti itu.
Selesai makan, Bian memilih untuk masuk ke kamarnya, Bian meredakan amarahnya dengan bermain game hingga kantuk menyerang dan Ia terlelap tidur.
Dikamar samping, Aruna menangis sambil memeluk boneka teddy bear kesayangannya.
"Aku salah, harusnya tadi aku pamit sama Kak Bian mungkin dia nggak akan semarah ini sama aku." Gumam Aruna disela tangisnya, menyadari jika memang Ia bersalah.
"Tapi kak Bian juga aneh sih, kenapa harus semarah itu sih, harusnya dibilangin baik baik kan bisa, kenapa harus bentak bentak!" Omel Aruna lalu kembali menangis karena seumur umur ini pertama kalinya Aruna dibentak.
Malam hari Aruna dan Bian sama sama turun untuk makan malam. Hanya dentingan sendok yang terdengar, tidak ada obrolan atau usilan yang biasa mereka lakukan.
Selesai makan, Bian langsung ke atas memasuki kamar tanpa mengatakan apapun lagi pada Aruna.
Aruna menghela nafas panjang, Ia merasa Bian sangat marah padanya hingga bersikap seperti itu.
"Minta maaf Non sama Den Bian." Ucap Mbok Inem mendekati Aruna yang masih diam ditempatnya.
"Dimaafin nggak sama Kak Bian? Nanti malah dibentak lagi." Ucap Aruna sambil memanyunkan bibirnya. Aruna tidak ingin dibentak lagi oleh Bian yang berakhir dirinya akan menangis.
"Kalau Non Aruna ngomongnya baik baik, dijelasin pelan pelan pasti Den Bian bakal ngerti." Kata Mbok Inem yang akhirnya diangguki oleh Aruna.
Aruna segera ke atas, membuka pintu kamar Bian yang tidak dikunci. Aruna melihat Bian sedang fokus menatap layar laptopnya.
"Kak..." panggil Aruna namun Bian hanya diam dan masih fokus menatap layar laptopnya.
"Kak Bian..." panggil Aruna lagi yang kini mendekat duduk di pinggir ranjang Bian.
"Maafin Aruna ya kak, tadi Aruna bosen dirumah, diajakin keluar ya udah mau aja, trus udah mau pamit sama Kak Bian malah lupa." Ungkap Aruna.
"Sama siapa?" Tanya Bian yang akhirnya membuka suaranya.
"Emm sama..."
Bian menutup laptopnya lalu berbalik menatap Aruna,
"Sama siapa?" Tanya Bian lagi karena Aruna tidak kunjung menjawab.
"Sama Adam."
"Cowok yang nganterin Lo pulang kemarin itu?"
Aruna mengangguk lalu menunduk, tidak berani menatap Bian.
Terdengar helaan kasar dari nafas Bian, "Lo pacaran sama dia?"
Aruna diam.
"Jawab Run, Lo pacaran sama dia?"
Aruna kembali mengangguk.
"Shittt!" Bian berdiri dan menjambak rambutnya. Merasa kecewa karena sudah kecolongan.
"Lo nggak tahu seberapa brengsek dia Run!"
"Dia nggak brengsek, dia baik kak." Aruna terlihat tak terima kala Bian mengatakan Adam brengsek.
Bian menatap Aruna sinis, "Lo putusin dia sekarang juga!"
Aruna melotot tak terima, "Enggak mau kak, Runa udah lama suka sama dia dan sekarang Kakak minta aku putus sama dia, nggak mau!"
"Putusin sekarang juga! Dia cuma bakal ngehancurin masa depan kamu!" Kata Bian.
"Yang penting aku udah minta maaf sama kak Bian masalah tadi siang, kalau kak Bian nggak mau maafin ya udah." Kata Aruna tidak ingin mendengar Bian terus menjelekan Adam.
Bian tentu saja emosi melihat Aruna acuh dengan ucapannya padahal Ia sudah mengetahui betapa brengseknya pria bernama Adam itu.
Bian mencekal tangan Aruna, menahan Aruna yang akan keluar lalu membanting Aruna ke ranjang.
"Kakak gila ya!" Ucap Aruna emosi.
"Putusin dia sekarang juga!"
"Nggak mau kak, aku cinta sama Adam."
Bian emosi dan hampir saja mencium Aruna beruntung Bian segera sadar jadi Ia tidak mencium Aruna yang saat ini menutup wajahnya karena takut ditampar oleh Bian.
"Keluar Lo!" Usir Bian yang akhirnya membuat Aruna berlari keluar dari kamar Bian.
Bersambung...
Jgn lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Yuli Astuti
efek lapar jadi galak banget ya bian, untung bukan runa yg di makan 🤭
2023-08-15
0
Ifan Richaniyah
suka bgt sma biannnnnnnn
2022-11-22
1
Khalua Khalifa
ceritanya bagus..singkat padat dan jelas..kata2nya juga mudah di pahami gha bikin mumet..semangat thor
2022-11-18
0