"vanessa apa benar kamu mendorong corlina dari lantai 3" vanessa menatap kepala sekolah dia memiringkan sedikit kepalanya seolah olah sedang berpikir, wajahnya juga dia buat sepolos mungkin seolah olah tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh kepala sekolah.
"mendorong corlina dari lantai 3? Siapa? Saya?" vanessa mengerjapkan matanya seolah olah dia tidak mengerti
"dasar ******* nggak usah sok polos lo, lo yang sudah mendorong gue dari lantai 3"
"sayang tenang"
"ma, pa dia orangnya dibilang sendiri pada corlina jika dia ingin corlina mati dia nggak suka sama corlina"
"tidak tidak itu tidak benar, gue akui gue emang nggak suka sama lo karena gue cewek normal bukan cewek belok yang suka sesama jenis, tapi gue nggak pernah ngomong kalo gue mau lo mati"
"dasar cewek jal*ng ngomong yang benar anj*ng"
"vanessa jawab pertanyaan Bapak, apa benar kamu mendorong corlina"
"iya saya mendorong corlina pak"
PLAKKK
"akhh" vanessa jatuh terduduk dilantai setelah mendapatkan tamparan yang keras.
"nyonya shinta tolong jangan lakukan kekerasan"
"kenapa istri saya tidak boleh melakukan kekerasan, apa bapak tidak dengar apa yang dikatan gadis jal*ng itu, dia mengakui jika dia sudah mendorong anak saya, jadi wajar dong kalo istri saya melakukan kekerasan lagi pula dia pantas mendapatkannya"
"vanessa sayang kamu kenapa nak"
"mama" vanessa menatap melinda yang baru saja datang ke kantor kepala sekolah, mata vanessa berkaca-kaca seolah menahan tangis.
"vanessa sayang apa yang terjadi pada mu nak, siapa yang melakukan ini pada mu beritahu mama"
Melinda menatap vanessa dengan perasaan cemas, apalagi putrinya itu tidak menjawab pertanyaan dan malah menundukkan kepalanya.
"vanessa jawab mama, hei sayang lihat mama, mama mohon lihat mama sayang mama nggak mau liat kamu sedih seperti ini"
"nyonya melinda selamat datang di sekolah ini, saya Debian kepala sekolah Diamond International School, apa boleh saya menjelaskan apa yang sedang terjadi." melinda hanya mengangguk pandangannya hanya fokus pada putri nya itu, satu tangannya mengusap lembut kepala vanessa, sedangkan vanessa hanya diam menunduk tersenyum puas.
Debian menjelaskan apa yang terjadi sedangkan melinda mendengar dengan seksama cerita yang di ceritakan oleh debian, kening melinda mengkerut saat mendengar debian menyebut putrinya mencoba membunuh corlina dengan mendorongnya dari lantai 3, melinda menoleh pada corlina dan menatap wajah corlina begitu intes hingga membuat corlina tidak nyaman.
"hahahahahaah" tawa melinda setelah selesai mendengar cerita debian tentang putrinya.
"jangan bercanda dengan saya pak, apa bapak pikir saya percaya dengan cerita palsu itu"
"itu tidak palsu, dia (menunjuk vanessa) mencoba membunuh saya dengan mendorong saya dari lantai 3."
"jika benar putri saya mendorong kamu dari lantai 3 kenapa kamu masih baik baik saja, bahkan sekarang kamu bisa berdiri disini dan mendebatkan hal ini, seharusnya kamu sekarang berada di rumah sakit dengan luka parah atau mati, bukannya malah disini "
"jadi nyonya ingin putri saya benar-benar mati"
"saya tidak bilang begitu tapi"
"tapi kenyataannya secara tidak langsung nyonya ingin putri saya mati"
"hei tuan lihatlah putri mu itu, lihat dia baik-baik saja"
"baik-baik saja, sebaiknya nyonya periksa mata nyonya itu apa anda tidak melihat jika beberapa bagian tubuh putri saya terluka hah"
"luka itu karena aku mendorong corlina dengan keras hingga dia jatuh ke lantai ma" melinda menoleh dan menatap putrinya yang dari tadi hanya diam.
"dasar cewek sialan, luka ini karena lo ngedorong gue dari lantai 3"
"tidak tidak dia berbohong ma, aku tidak mendorongnya dari lantai 3,tapi aku mendorongnya di koridor lantai 3, aku mendorongnya karena dia menampar ku beberapa kali dengan keras, bahkan tadi aku juga ditampar oleh mamanya" vanessa memasang ekspresi sedih, matanya kini sudah mulia berkunang kunang karena menahan air matanya yang ingin keluar.
"hiks hiks a-aku tidak tau jika akan menjadi seperti ini ma, aku benar-benar tidak mendorongnya hiks hiks dia berbohong ma, dia duluan yang memulai, semua cerita yang mama dengar itu bohong" dengan tersedu sedu vanessa berbicara, air mata yang dia tahan akhirnya keluar juga.
"sudah sudah jangan menangis mama percaya kok, mama percaya sama perkataan vanessa"
"bohong dia berbohong, dia memutar balikan cerita"
"aku tidak berbohong hiks hiks yang berbohong itu kamu" air mata vanessa terus saja mengalir tanpa henti, conceler yang di gunakan vanessa untuk menutupi lebam pada pipinya pun lutur.
"sa-sayang kenapa pipi kamu lebam dan bengkak begini, vanessa jawab mama siapa yang membully kamu sayang"
Melinda yang melihat pipi putrinya lebam dan bengkak pun tersulut emosi, corlina yang melihat lemban pada kedua pipi vanessa gemetar ketakutan.
"corlina menampar pipi ku 5×" adu vanessa pada mamanya, mendengar jawaban dari vanessa semua orang langsung menatap corlina meminta penjelasan, sedangkan corlina mulia panik dan bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang.
"berani sekali kamu membully putri kesayangan keluarga Higlon, saya tidak akan diam saja menerima perlakuan ini"
Corlina dan dan kedua orang tuanya kaget mendengar nama Higlon, siapa yang tidak mengenal keluarga bangsawan itu, Corlina menatap vanessa dengan pandangan bergetar menahan tangis dia benar-benar bodoh karena tidak mencari tau dengan jelas identitas vanessa, harusnya dia mencari tau identitas vanessa, dia bisa masuk ke sekolah ini karena bantuan vanessa, mereka berdua bertemu di sebuah taman tanpa sengaja corlina yang stres karena gagal masuk ke sekolah impian pun bercerita pada vanessa yang duduk di sebelahnya, tanpa dia duga vanessa menawarkan bantuan dia bisa memasukkan corlina kedalam sekolah itu dengan satu syarat corlina harus berteman dengannya, corlina melihat vanessa dari atas hingga bawah menilai barang barang yang digunakan vanessa bukan barang barang murah, pakaian, aksesoris, tas yang di gunakan vanessa berasal dari brand terkenal, dan tanpa pikir panjang corlina menyetujuinya.
"nyonya tolong tenang kita bisa bicarakan baik-baik" debian mencoba menenangkan melinda yang terlihat emosi pancaran mata melinda sangat mengerikan seolah olah dia ingin memangsa mereka yang berada di dalam kantor itu.
Corlina berpikir keras untuk menyelamatkan dirinya dan juga keluarganya.
"gue ingat, pak kepala sekolah bolehkah saya bertanya"
"ya"
"bukakah di setiap koridor ada cctv keamanannya"
"iya ada"
"bagus, pak apa boleh saya melihat rekaman cctv tersebut untuk membuktikan jika saya tidak berbohong bahwa vanessa mencoba membunuh saya dengan mendorong saya dari lantai 3"
"boleh"
"yesss terimakasih pak,..... Vanessa tunggu kehancuran lo" corlina tersenyum miring, vanessa sendiri masih melanjutkan akting yang dilakukannya, sekarang badannya gemetar seakan akan dia takut jika semua rahasianya terbongkar
"uhhh lihatlah wajah panik dan pucat itu sungguh menyenangkan, vanessa lo mencari lawan yang salah"
"Ini rekaman cctv lantai 3" Debian menunjukkan rekaman cctv lantai 3 tempat kejadian terjadi, mereka yang ada di sana melihat rekaman tersebut kecuali vanessa dan corlina, corlina sendiri lebih tertarik melihat wajah pucat vanessa.
Vanessa mendongak dan menatap corlina, senyum miring vanessa perlihatkan pada corlina mulut vanessa berbicara tanpa suara corlina melihat gerkan vanessa yang berucap you lose, mata corlina membelak kaget dan dia langsung menoleh kebelakang.
belum sempat dia menoleh pipinya tiba-tiba di tampar dengan sangat keras.
PLAKKK
" tunggu saja kehancuran keluarga kalian" wajah corlina pucat pasi mendengar ucapan melinda yang emosi begitu juga dengan kedua orang tuanya entah apa yang akan dilakukan keluarga Higlon pada keluarga mereka.
" vanessa saya kamu ikut mama ke rumah sakit"
"untuk apa ma"
"kita harus mengobati memar di pipi mu sayang" vanessa hanya diam saja saat tangannya di tarik oleh melinda, sebelum pergi vanessa menoleh kebelakang dan memberikan senyuman mengejak pada corlina dan Keluarganya.
Akhirnya mereka bisa melihat wajah asli vanessa yang sesungguhnya , wajah cantik dan anggun itu tersenyum mengejek pada mereka semua. Corlina yang emosi langsung melangkahkan kakinya menghampiri vanessa dan mendorong vanessa dengan sangat keras membuat kepalanya vanessa membentur tembok dan mengeluarkan darah
"VANESSA"
Wajah melinda panik saat melihat kepala putrinya mengeluarkan darah, corlina sendiri memundurkan langkahnya ketakutan dan menggeleng gelengkan kepalanya bukan ini yang dia rencanakan.
Vanessa memegang kepalanya yang sedikit pusing tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di otaknya, vanessa mencoba berdiri dan bersikap seolah baik-baik saja.
"ma aku tidak apa-apa hanya sedikit pusing saja"
Bruk
Vanessa jatuh pingsan lebih tepatnya pura-pura pingsan, melinda yang panik langsung menghubungi bodyguard nya yang berjaga di mobil untuk datang ke kantor kepala sekolah dan membopong tubuh putrinya yang sudah tidak sadarkan diri.
"Drama selesai, akting gue tidak terlalu buruk" batin vanessa, tubuhnya sedang di bopong oleh salah satu bodyguard mamanya menuju mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ayu Dani
Wooiii seru abiss nih like Like Like n so like
2024-02-05
0
Myn
seru sih, tapi kebanyakan dialog, jadi suka bingung
2023-09-26
1
Frando Kanan
bangke...drama itu emng di jdikn senjata beracun ternyata
2023-03-03
0