Memohon

Cinta memang membuat orang gila. Cinta tak mengenal kasta dan waktu jika sudah berlabuh maka ia pun menyatu.

Cinta, benih itu telah tumbuh dan akan terus berbunga dengan siraman kasih sayang, keterbukaan, kepercayaan. Cinta terlalu suci untuk dipermainkan.

Usai melakukan pergumulan, Dave dan Kiara mandi air hangat. Sama-sama mengenakan handuk kimono putih keduanya saling memeluk.

"Kamu kedinginan?"

Dave menyatukan ujung hidung mereka. Memagut lembut bibir Kiara lalu menggesekkan pipinya pada pipi wanita itu. Menyentuh, memeluk, Dave berusaha membuat Kiara tak kedinginan.

Kiara melerai pertautan bibir mereka, ia berputar membelakangi suaminya. "Dave."

"Hmm?"

"Mana mentari terbitnya? Aku mau lihat."

Dave terkekeh. "Bukan dari arah sana, tapi," Tubuh Kiara ia putar kepada arah yang benar.

"Dari sana, Sayang." Ujarnya.

"Uaah," Kiara terkagum kembali, ternyata ia bisa melihat hamparan sungai dari lantai yang tidak terlalu tinggi ini.

"Kamu tahu, matahari terbit lalu refleksi di sungai itu." Dave mengajak Kiara duduk di pangkuannya. Kiara menurut, ia tenang dalam dekap hangat suaminya.

"Benarkah?"

"Hmm." Dave bergumam. Bibirnya sibuk menggigit kecil cuping telinga wanita itu.

Kiara menepis. "Dave, bisa tidak sih beri aku waktu istirahat, kamu terlalu banyak membuat ku menahan napas!" Protesnya.

Dave menekan pelukannya. "Aku candu padamu." Katanya.

Kiara tersenyum bahagia mendengar selalu ungkapan rasa suaminya. "Apa aku terlalu berlebihan jika aku meminta mu setia?" Tanyanya.

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Aku yakin kamu bukan laki-laki biasa, aku tahu kamu orang yang memiliki kekuatan di luar sana, kamu kaya raya, tampan, gagah, kamu seperti Om Jin yang punya segalanya." Jelas Kiara.

"Lalu?"

"Tapi entah apa alasannya, kamu memperistri ku. Aku hanya wanita biasa Dave, aku tak memiliki kekuatan selain doa dan harapan. Aku masih berharap kau tidak akan pernah mengkhianati ku." Imbuh Kiara.

"Tentu saja." Singkat, padat, jelas, jawaban Dave.

Keduanya sempat terdiam, lalu Kiara menemukan bahan obrolan.

"Aku bolehkan mengenalkan mu ke Reina, dia sudah seperti adikku sendiri. Dia satu-satunya keluarga ku selain mertuaku." Pinta Kiara.

Dave merubah ekspresi. "Aku tidak menyukai orang asing." Dingin nya.

"Tapi dia adikku." Kiara mendengus saat Dave beralih pandang seolah ingin mengalihkan pembicaraan.

"Lihat, ..." Dave menunjukkan menyembulnya pijar mentari yang perlahan tampak di retina. Kiara mengikuti arah pandangan suaminya.

"Mentari itu seperti mu, pelan-pelan dia naik lalu menyinari ku." Ucap Dave.

Kiara mengernyit. "Tapi matahari akan hilang digantikan senja yang menjadi pengantar malam bukan? Apa aku tidak selamanya menyinari mu?" Protesnya.

Dave terkekeh. "Aku bumi, dan kau bergerak memutari ku, sejauh mana kau berputar, tetap aku yang kau terangi."

"Lalu, apa ada rembulan yang bergantian mengisi hari-hari mu?"

Dave berkerut kening. "Kenapa aku merasa, kamu belum mempercayai ku? bahkan setelah kita melakukan hal yang membuat kita candu."

"Aku pernah mengenal pria lain, aku juga pernah menikah, aku pernah mendedikasikan hidup ku pada suami lama ku, dan kau sudah tahu hal itu. Tapi siapa kau, aku belum paham betul." Sambung Kiara.

Cukup lama Dave terdiam, hingga ia berani mengutarakan sesuatu. "Ada masa lalu yang pernah membuat ku gila, tapi kau masa depan kegilaan ku." Cetusnya.

Kiara tak pernah bisa menampik deraian kata-kata seorang Dave yang selalu menyentuh relung kalbu.

Sekuat hati Kiara berusaha percaya, inginnya ia menikah lalu tak ingin bercerai kembali, entah itu bercerai hidup ataupun bercerai mati.

...⭕⭕⭕...

Waktu bergulir. Siang ini Dave rapi dengan pakaian kasual. Kiara yang membantunya mengancingkan kemejanya.

Sebuah telepon membuat Dave menyudahi pergulatan cintanya. Sepertinya penting sekali hingga Dave harus rela keluar dari kamar pengantinnya.

"Siang ini cukup terik, kamu perlu menjemur tubuhmu Sayang, aku lebih suka kulit mu yang eksotis."

Dave menata rambut di hadapan cermin, ekor matanya melirik Kiara yang mengangkut selimut tebal.

"Jangan lakukan itu Sayang." Dave merebut kembali selimut tebal dari Kiara. "Biar Marta yang merapihkan nya." Tuturnya.

Kiara berdecak. "Tapi aku tidak betah melihatnya berantakan, biarkan aku yang membereskan." Protesnya.

Dave tersenyum kecil. "Ini berantakan juga karena usaha kita bukan? Biar saja Marta yang merapikan. Kamu cukup duduk bersantai, membaca novel, berjemur, perawatan, belanja, nikmati semua fasilitas yang aku berikan padamu." Katanya posesif.

"Tapi kenapa harus berjemur? Aku suka kulit putih mulus ku, di luar sana orang-orang rela merogoh kocek untuk memiliki kulit seperti ku, kenapa aku harus capek-capek berjemur?" Protes Kiara kembali.

"Tapi aku yang akan menatapmu bukan?" Dave usap bibir maju Kiara yang merengut.

"Aku pergi, mungkin akan lama pulang. Ada Marta dan Maria yang akan menemanimu di sini. Nikmati waktu luang mu dengan kegiatan yang kamu sukai. Membaca buku online, bermain game, dan, ..."

"Ke mana?" Kiara menyela ucapan suaminya, membaca buku, bermain game, berjemur, itu semua bukan kesukaannya. "Ke mana kamu pergi hari ini?"

"Ada pekerjaan." Kecupan ringan Dave berikan pada bibir sensual istrinya.

"Apa pekerjaan mu? Apa berjudi seperti kemarin?" Kiara bertanya memastikan.

Dave terkekeh. "Bermain kartu hanya hobi Sayang, pekerjaan ku banyak. Dan kau yang akan menjadi pelepas penat saat aku lelah dengan itu semua." Terangnya.

"Hati-hati." Dave mengangguk. Tangan besar yang mengacak-acak puncak kepala Kiara menjadi bekal Dave melangkah keluar.

Kiara sendu melepas kepergian suaminya. Di sini Kiara hanya memiliki Dave, di istana yang dijaga ketat ini tak ada keluarga yang Kiara punyai, jangankan teman, tetangga pun Kiara tak mengenal.

Akan tetapi, hidup bukan hanya mengurusi ranjang saja. Masih banyak persoalan lain yang perlu diperhatikan.

Kiara melenggang pandangan ke arah meja riasnya, ada pil pencegah kehamilan yang selalu ia minum setiap harinya.

"Nyonya." Kiara menoleh. Rupanya Marta dan Maria telah siap melayaninya. "Mari keluar Nyonya. Cuacanya cukup bagus untuk berjemur." Ajaknya.

Kiara berdecak. "Apa kulit putih mulus ku tidak cantik?" Secara bergantian, Kiara menatap kedua pelayannya.

"Cantik."

"Lalu kenapa suamiku meminta ku berjemur siang-siang begini?" Sanggah Kiara.

Marta menundukkan kepala. "Mungkin, selera Tuan Dave memang wanita yang berkulit lebih gelap dari warna kulit Nyonya saat ini."

Kiara merasa, alasan itu tidak cukup masuk di akal. Jika tipe Dave bukan perempuan berkulit putih, kenapa Dave memilihnya? Tapi sudah lah, Kiara tak mau ambil pusing.

"Aku lapar, mumpung Dave tidak ada, aku mau makan nasi goreng spesial, ayam goreng penyet, sup iga, dan lainnya. Biarkan aku memasak sendiri, dan jangan kalian adukan ke Tuan kalian." Pinta Kiara.

"Tapi, ..."

"Ku mohon. Aku sudah seperti kambing yang setiap hari makan sayuran."

Terpopuler

Comments

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

takut banget kiara kaya ditekan hrs gini gitu kasihan 🤦🤦🤦🤭🤭🤭

2025-02-08

0

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

Dave ingin km seperti mantan nya ...

2025-03-01

0

Kasacans 5924

Kasacans 5924

tkt bngt kshan kiara

2024-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!