"Perfect!"
Terkejut, Kiara memandangi penampilannya dari cermin. Sungguh tak menyangka Kiara Elga si gadis kampung bisa secantik ini.
Tidak seperti orang Indonesia pada umumnya, saat ini wajah dan penampilan Kiara lebih mirip pribumi kota ini.
Kiara cantik dengan dress rumahan putih bertali kecil ala honeymoon. Punggung terekspos sempurna, Kiara tak nyaman memakainya.
Panjang rok hanya sepaha. Dave berlebihan sekali menurutnya, hanya menemaninya sarapan saja, Kiara harus memakai sepatu hak tinggi.
Heels silver itu telah cantik menghiasi kaki-kaki mungilnya. Surai hitam berkilau yang lurus telah di curly, dan ada sebagian di ujung-ujungnya yang dirubah warna putih.
Stylish bernama Michelle itu juga menyematkan softlens berwarna hijau pada netra bulat Kiara.
"Wah wah Nona sangat cantik." Puji Marta dan Maria.
Kiara mendengus. "Tapi seharusnya kecantikan ku bukan untuk laki-laki mesum sepertinya!"
"Tuan Dave jarang sekali membawa pulang wanita, dia tipe orang yang setia dan tidak aneh-aneh, percayalah, Nona beruntung dibawa ke sini."
"Kalian kan dibayar untuk memanipulasi ku, kalian pikir Kiara sebodoh itu?" Bibir Kiara naik sebelah.
"Sekarang kita keluar Nona." Ajak Maria.
"Emmh." Kiara mengangguk pasrah.
Tak ada yang bisa ia lakukan selain menurut saja, lagi pula sejauh ini Dave tidak berbuat macam-macam padanya.
Kiara masih harus dibuat takjub akan keindahan rumah ini. Pandangannya terus mengedar, menyisir seluruh sudut ruangan yang dia lewati pagi ini.
Sebelum berangkat ke sini, Kiara bekerja di toko barang antik, ia tahu semua furniture dan interior rumah ini sangatlah mahal. Harga satuannya pun sudah pasti menakjubkan.
Ruangan ini sedikit berbeda dari ruang-ruang lainnya, Dave menyukai panorama alam saat menyantap makanan. Maka ia buat atap dari ruangan ini dengan material kaca transparan.
Burung-burung yang ia lepaskan di kebun sebelah membuat ruangan terang ini seakan menyatu dengan alam bebas.
Gemercik dari pancuran air yang dibuat dengan sangat estetika itu, menjadikan ruangan ini lebih spesial, menyejukkan dan menenangkan pikiran.
Kiara meneguk saliva seketika matanya menangkap sosok tampan duduk di kursi utama meja makan panjang klasik itu.
Dave berdiri sesaat setelah menyadari kedatangan Kiara. Setelah didandani Michelle, Kiara semakin mirip dengan Giselle.
Tatapan Dave begitu dalam hingga Kiara tak mampu lagi menatapnya. Tentu saja Kiara gugup.
Terlebih, dress rumahan ala honeymoon itu membuatnya seperti pengantin kecil milik Dave.
Dave menarik satu kursi di sisinya, lalu mempersilahkannya pada Kiara. "Duduk di sini." Ujarnya.
Mencoba menghilangkan keragu-raguan, Kiara duduk tepat pada kursi yang Dave sodorkan. Terpenting aman, tidak diasingkan.
"Sekarang makan." Dave telah menyediakan salad vegetarian untuk Kiara.
Tak sesuai dengan harapannya, Kiara merotasi pandangannya pada semua piring-piring yang ada di meja. Kiara sedang mencari sesuatu yang sekarang ada dalam bayangannya.
Di mana nasi goreng? Di mana ayam goreng? Di mana sambalnya? Kiara beralih menatap Dave. "Apa ini makanan ku?"
"Pikir mu aku bicara dengan siapa selain kau di sini? Tentu saja itu makanan mu!" Dingin Dave.
"Tapi aku bukan kambing etawa, aku tidak suka sayuran begini, aku mau yang lebih berat. Setidaknya ada nasi dan gorengan!" Protes Kiara.
Menghela dan memejamkan matanya pelan, Dave berusaha untuk sabar. "Sekarang makanan mu ini, atau kau akan terus kelaparan di istana ini!"
Kiara mencebik. "Kenapa dia semakin kejam sekali? Penampilannya tidak sesuai dengan kelakuannya." Rutuk nya.
"Makan!" Titah Dave kembali.
Lagi, Kiara menatap Dave. "Setidaknya kasih aku telur. Aku bisa kelaparan kalau makan ku hanya dengan salad vegetarian saja!" Pintanya menghiba.
Dave beralih pada pelayan. "Buatkan omelette untuknya." Katanya dengan bahasa asingnya.
"Baik Tuan." Sang pelayan pergi setelah menundukkan wajahnya. Selang beberapa saat, satu pelayan menyuguhkan satu gulung omelette tepat di depan Kiara.
Kiara sudah lapar tapi pelayan di rumah ini justru bermain-main dengan telurnya. Hanya omelette saja penyajiannya terlalu lebay menurut Kiara.
"Pantesan lama, ternyata telur dadar pun di dandani secantik ini, kenapa tidak sekalian saja di rebonding."
Lagi-lagi sayuran yang menemani gulungan telur itu. Kiara merasa sayur garnis ini bukan seleranya. Kiara paling tidak menyukai sayuran.
"Lihat apa lagi? Makan!" Titah Dave kembali.
"Iya." Kendati merengut Kiara menurut untuk memulai ritual sarapan paginya dengan sendok garpu.
Ia sudah sangat lapar, seharusnya sajian di tempat mewah seperti ini minimal daging bukan sayuran.
"Oh, jadi ternyata ini yang membuat Mas Mas ini tajir melintir, rupanya dia sangat pelit untuk makanan." Batinnya.
Lain dengan Kiara yang merutuk. Dave justru tersenyum menikmati keindahan ini, di mana Kiara melahap makanannya dengan sangat seksi.
Sesekali Kiara melibas saos tomat yang menempel di atas bibirnya dengan uluran lidah sensualnya.
Bibir manis Kiara, kapan akan Dave rasakan kembali? Mengingat tamparan keras dari gadis itu, ia menjadi sedikit mendendam.
"Pelan-pelan." Kiara seperti orang yang tidak makan tiga bulan, mungkin kah Catalina tak memberikannya jatah makan?
"Aku masih lapar, apa aku boleh nambah?" Kiara menatap nyengir Dave kembali.
"Hmm." Dave memberikan kode pada pelayan untuk menuruti kemauan Kiara.
Kali ini Dave memakluminya, mungkin Kiara terlalu lapar karena baru terlepas dari Catalina yang tak mengurusnya.
Hanya sarapan dengan satu omelette tak membuat Kiara kenyang. Di negaranya ia terbiasa sarapan bubur, nasi uduk dan lainnya.
Pelayan kembali menyuguhkan omelette teruntuk wanita sang Tuan.
"Ini yang terakhir, aku mau berat badan mu stabil seperti ini." Kata Dave.
Kiara tak menggubris laki-laki itu, daripada emosi lebih baik Kiara melanjutkan makannya.
Dave kembali menyangga dagu dengan kepalan tangannya. Melihat wajah cantik Kiara yang sangat mirip Giselle, Dave terbawa arus untuk membelai rambutnya.
"Kamu cantik."
"Udah tahu."
Dave tersenyum kecil. "Aku menyayangimu."
"Uhuk-uhuk!" Terbatuk-batuk Kiara mendengar ungkapan aneh Dave. Apa menyayangi semudah itu?
Dave reflek meraih segelas air putih kemudian menyodorkannya. "Minum, pelan-pelan." Tuturnya lembut.
Kiara menerima gelas tingginya dengan kedua tangan, secara cepat ia meneguk, sementara matanya menatap Dave yang terus memberikan usapan lembut pada lengannya.
Apa Dave terbiasa bermain-main dengan wanita? Kenapa Dave seolah lihai sekali membuat detak jantungnya mengencang.
Setelah memastikan tenggorokannya aman, Kiara meletakkan kembali gelasnya ke meja. Ia pasrah saat Dave menyeka bibirnya dengan tissue.
"Sekarang lanjutkan makan."
Entah kenapa Kiara menjadi kenyang, mungkin karena perlakuan Dave yang terlalu berlebihan padanya, yah berlebihan jika dilihat dari pertemuan singkat mereka.
"Sebenarnya, aku mau tanya, apa yang membuat mu tertarik untuk membeli ku?" Kiara berharap Dave menjawabnya dengan kejujuran.
Dave tersenyum kecil. "Aku mau menjadikan mu istri ku." Ucapnya.
"Apa?" Kiara mendelik penuh. Apakah Dave pangeran berkuda putihnya?
"Nanti malam kita menikah, siri." Kata terakhir Dave membuat Kiara berdesir.
"Siri" Ia memastikan pendengarannya masih cukup baik.
"Kenapa? Kamu takut padaku?" Dave tahu, pernikahan siri menjadi momok yang ditakuti oleh sebagian wanita.
Kiara tergelak samar. "Tentu saja aku takut, wanita mana yang tidak takut bertemu dengan mu? Kau membawa ku dari klab malam dan sekarang mau memperistri ku dengan cara menikah siri?"
"Tapi aku tidak mau mendengar penolakan mu Kiara!" Dave meloloskan tatapan tajam pada wanita cantik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Hafsah Hafas
di pisisi mu s3karang bersyukur sekali dinikhi biar siri yang penting tina zina apalagi di gilir pria
2025-03-19
0
Yuyu sri Rahayu
dave pria dominan yg semua sesuai keinginan dia harus d turuti /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-02-08
0
Ma Malikha
wkwkwkwk.. Indonesia banget🤣🤣🤣🤣🤣
longsay.. nasi uduk...
2025-01-22
0