Dave Myles

Duarr!

Letusan terjadi berulang-ulang, Marvin bersiaga melindungi tuan dan wanita tuannya dari belakang. Sementara Dave terus fokus berlari hingga keluar dari kelab malam tersebut.

Di depan sana, satu mobil Limosin menyambut kedatangan mereka, Dave dan Kiara masuk berturut, sedang Marvin masih ripuh berlari mundur beradu tembak dengan lawan lawannya.

Di belakang sana, anak buah Erick masih mengarahkan peluru pelurunya, berharap masih bisa memiliki kesempatan membawa Kiara pulang untuk Erick sang Casanova.

Sayang, tak ada satupun dari mereka yang seakurat Marvin saat membidik.

"Cepat masuk!" Dave meneriaki penembak jitunya. Marvin masuk ke jok penumpang bagian depan. Syukurlah kaca mobil mereka anti peluru.

"Jalan, cepat!"

Segera sopir Dave melajukan mobil, bergegas mereka meninggalkan tempat terkutuk itu.

Dave mungkin sudah bisa bernapas lega, tapi tidak dengan gadis mungil yang masih bergetar ketakutan di sisinya.

Tak pernah terpikir sebelumnya, Kiara akan melalui proses menyeramkan ini.

Melihat itu Dave menepuk puncak kepala Kiara. "Tenang, kau aman sekarang, mereka tidak mungkin mengikuti kita sampai ke tempat ku." Ujarnya.

Kiara menatap Dave nanar. "Lalu, bagaimana dengan mu? Apa aku akan aman dari manusia mesum seperti mu?"

Dave terkekeh. "Kau pikir aku membeli mu untuk apa? Kau sudah pernah menampar ku bukan? Apa itu tidak cukup?"

"Bodoh saja Mas ini, seharusnya uang sebanyak itu bisa mensejahterakan keluarga miskin seperti ku, kenapa Mas lemparkan ke wanita busuk seperti Madam?" Pekik Kiara, lalu ia tergelak samar.

"Oh, jadi kau memilih menjadi pengangguran karena kamu hanya Om Om yang suka main judi saja? Gimana nasib istri mu Mas? Pasti makan hati hidup bersama mu!"

"Ya Tuhan, gadis ini sok tahu."

Tak mau mendengar ocehan Kiara, Dave menyematkan satu persatu earphone di kanan dan kiri telinganya, senyaman mungkin ia membuat posisi pada sandaran joknya.

Geram, Kiara memukuli lengan Dave, tak seberapa pengaruh pada pria kekar itu. Dave acuh meluruskan pandangan ke depan bahkan memejamkan matanya.

Menatap dari kaca spion, Marvin terkekeh kecil. Tuannya ini masih sedingin freezer.

"Hiks!" Lelah memukuli Dave, Kiara terisak lalu mengalihkan pandangan ke jendela.

Rupanya kelap-kelip lampu di sepanjang kota ini sangat indah, gedung-gedung tinggi yang estetika menemani perjalanannya.

Restoran, hotel, outlet bertuliskan merek terkenal, semua itu menarik perhatian Kiara dan lumayan membuatnya berandai.

Seandainya saja Kiara sukses dan berhasil di kota ini, ia akan memasuki butik-butik itu dan membelikan tas, sepatu, baju, untuk Reina.

Kapan kira-kira, ada pangeran berkuda putih yang menawarinya untuk menikah? Membina rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah.

Sayangnya yang membawanya ini seorang pengangguran, dan mungkin laki-laki ini hanya mengandalkan permainan judi untuk mendapatkan uang.

Suatu saat jika Dave kalah judi, bisa saja Kiara yang dijual untuk taruhan mainnya. Tak hanya raganya, otak Kiara pun ikut berjalan-jalan ke mana-mana.

"Kalo enggak pengangguran tukang judi, pasti ni Om Om TKI yang suka nyuri harta benda majikannya. Lihatlah, mobil ini pasti hasil dia merampok majikannya. Aku ingat, adegan itu pernah ada di film Hollywood yang pernah aku tonton."

Cukup lama Kiara bermonolog dalam hatinya, hingga perjalanan dari kota A ke kota B pun selesai, mobil itu memasuki pintu gerbang yang tinggi menjulang.

Kiara ternganga lebar halaman rumah ini sangat menakjubkan baginya. Terlebih, desain rumah ini mirip istana kerajaan.

"Apa ini rumah majikannya? Benar kah ini rumah majikannya." Kiara menggeleng tanpa bersuara. "Bukan-bukan, masa iya sih Mas Mas ini berani membawa mobil hasil rampokannya sendiri ke sini?"

Plukkk...

"Hah?" Dave menepuk kembali pucuk kepala Kiara, dan membuat gadis itu tersentak saat menoleh padanya.

"Turun, kita sudah sampai." Dave turun.

"Ini kesempatan aku pulang!" Kiara menyeringai, ia lantas nyelonong keluar dari mobil lalu berlari menuju pintu gerbang.

"Sial!"

Brugh!

Dave membanting pintu sebelum berlari mengejar wanitanya. Kaki mungil Kiara takkan berhasil membuat gadis itu lepas darinya.

"Mau kemana kamu hmm? Kau lupa, kau milikku!" Dave mencegah niat gadis itu dengan memeluknya erat dari belakang.

Kiara meronta, mengayun-ayunkan kakinya ke depan. "Lepas! Aku mau pulang ke rumah ku! Aku bukan wanita mu!" Pekiknya.

"Kau pikir ini Jakarta hah?"

"Aku bisa hubungi kantor polisi terdekat, aku bisa mendatangi kantor kedutaan, masih ada yang bisa menolong ku di sini!" Teriak Kiara.

Sejenak Dave menurunkan Kiara lalu menggendongnya dengan pundak. "Hey, messum!" Teriaknya.

"Diam!"

"Lepaskan aku!" Kiara memukuli punggung bidang pria tampan itu.

Marvin dan semua penjaga yang melihat menahan tawa, ini gadis pertama yang Dave bawa selain Giselle dan Angel, rupanya gadis ini pembangkang.

Brukkk...

"Ahh!" Sampai di dalam Kiara dihempas pada sofa empuk berwarna hijau toska.

"Hiks!" Kondisi Kiara memprihatinkan. Paha mulusnya terekspos sempurna, belum lagi belahan dada indahnya.

Gaun tipis merah berlubang-lubang itu membuat Kiara merasa seperti wanita tidak terhormat.

Melihat Dave tak tahu malu menatap tubuh seksinya dari atas hingga bawah, Kiara meraih bantal dan menutupi sebagian auratnya.

Marvin mengusap bibirnya, tidak salah jika Dave tertarik, Kiara memang benar-benar definisi seksi yang sesungguhnya.

"Bawa dia ke kamar tamu!" Berwajah dingin Dave memerintahkan dua orang pelayan untuk mengurus Kiara.

Dua pelayan bernama Maria dan Marta setengah berlari menghampiri gadis itu. "Mari Nona." Ajaknya.

"Hah?" Kiara mengerut kening menatap dua pelayan itu bergantian. "Kalian orang Indonesia?" Tanyanya.

"Iya benar, Nona." Angguk keduanya.

Sebagian besar pelayan di sini memang WNI, sudah dari neneknya, secara turun temurun mereka semua bekerja di sini.

"Mari ikut kami." Dua pelayan membantu Kiara berdiri.

"Hmm." Kiara mengangguk menurut, mungkin kedua pelayan ini akan bisa membantunya lari dari sini, Kiara masih positive thinking.

Takjub, Kiara mengedarkan pandangan, inilah rumah khas Britania raya yang sering ia lihat di film-film Hollywood, klasik, antik dan terkesan sangat mewah.

"Coba aku pemilik rumah ini. Pasti Reina aku ajak ke sini." Kiara bergumam, membuat dua pelayan itu menahan tawanya.

"Mari Nona, ini kamar Nona." Satu pelayan membuka dua pintu tinggi kamar khusus Kiara.

"Uaaahhh," Kiara ternganga kagum, sebenarnya ini rumah siapa? Kenapa Kiara dibawa ke kamar yang sebagus ini.

Kiara berputar, matanya menyisir seluruh ruangan lalu kembali menatap wanita di sebelahnya. "Apa ini kamar ku?"

"Iya Nona."

Kiara duduk memantulkan pantatnya pada sisi ranjang empuknya. Entah kenapa, rasa takutnya sedikit berkurang, mungkin karena dua wanita di hadapannya juga berasal dari negara yang sama.

"Apa kalian bisa menjelaskan siapa nama Mas yang tadi?" Tanya Kiara penasaran.

"Mas?" Maria mengulas kerut di keningnya.

"Iya, Mas yang tadi, yang menyuruh kalian mengantar ku ke sini, siapa namanya, dan kerja apa dia?" Jelas Kiara lagi.

Marta dan Maria terkikik kecil. "Apa Nona benar-benar belum tahu siapa yang membawa Nona ke sini? Tuan Dave itu pemilik rumah ini."

"Hah?"

Terpopuler

Comments

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

polos dan naif kiara

2025-02-08

0

Kasacans 5924

Kasacans 5924

polos bngt

2024-10-10

1

Dewi Kesumawati

Dewi Kesumawati

polos, naif sama goblog emang setipis kertas

2024-08-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!