Ting ...
Ting ...
Muncul lah Roy dengan membawa segelas kopi di tangannya. Memang hanya Roy saja yang boleh keluar masuk sesuka hatinya tanpa memencet tombol ruangan, tetapi Roy masih punya rasa sopan santun, ia masuk pun harus memencet tombolnya terlebih dahulu.
"Iya, masuk." balas Revano yang masih fokus meperhatikan laptop nya dan tidak peduli Roy memasuki ruangannya.
"Fokus sekali Bos kerjanya." kata Roy sambil membawa segelas kopi pesanan Revano.
"Hm" jawab Revano pelan.
"Ini kopi nya, Bos. Oh ya, apa benar Pak Sanjaya sudah pulang? betul atau tidak Bos beritanya?" tanya Roy sambil memberikan kopi nya kepada Revano.
"Iya, Papa pulang. Memangnya ada apa? Ada yang bermasalah?" tanya Revano yang matanya masih fokus dengan laptop nya itu.
"Iya, tadi saya baca di twitter katanya Oma Lilis tidak menyambut kedatangan suaminya." kata Roy memberi penjelasan mengenai artikel yang di bacanya.
"Ckckck. Media itu hanya menyorot keburukan-keburukan dari luarnya saja. Padahal Mama sangat menantikan kedatangan Papa sudah dari minggu kemarin. Bahkan anakku saja sangat menantikan Opa nya itu." jawab Revano mendengus kesal.
Revano yang sudah mulai melonggarkan pandangannya dari laptop nya. Sekarang, matanya beralih menuju kopi yang ada di hadapannya itu. Ia menatap nya, tanpa sadar ia pun tertawa lalu setelahnya menatap tajam Roy yang ada di depannya.
"Roy, siapa yang membuat kopi ini? Buruk sekali ... Dan sangat tidak menarik." Revano memberikan penilaiannya.
"Anu Bos. Eum tadi, Ah maksudku OB baru, ya, itu." kata Roy sambil menggarukkan kepalanya yang tidak gatal.
"Ckckc. Sudah seperti wadah minum untuk bocah kecil saja. Warna kopi nya pun jelek, hiasannya tidak menarik, tidak enak dilihat dan, cihhh ... sepertinya memang rasa kopi nya sudah terlihat dari bentuknya, sangat buruk." kata Revano sambil menautkan kedua alisnya mengamati kopi itu.
"Maaf, Bos. Biar saya ganti saja, Bos." Roy berjalan mendekati Revano yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Tidak usah. Kau keluar saja, ganggu saja." cibir Revano sambil mengibaskan tangannya, meminta Roy untuk keluar dari ruangannya.
"Malu-malu tapi mau, dasar." gumam Roy kesal sambil berjalan keluar ke arah pintu.
Setelah Roy keluar, Revano mulai mencoba mencicipi rasa kopi itu, ia sangat penasaran dan menurutnya sangat aneh.
Mimik wajah Revano berubah, ia melebarkan kedua bola matanya sambil menganggukkan kepalanya 'Perfect' ujar Revano dalam hatinya.
Karena rasa kopinya yang begitu nikmat, membuat mood Revano kembali membaik. Ia mulai bekerja dengan giat. Membuka lembar demi lembar berkas yang akan di cek nya.
***
"Pak Muh ini sudah sore, kita pulangnya kapan ya?" tanya Delisa kepada pak Muh yang sedang membersihkan peralatan dapur.
Pak Muh yang sedang bekerja pun berbalik badan dan menatap ke arah Delisa, "Biasanya para karyawan pulang jam 2. Jika kamu kan bagian OB, biasanya baru boleh pulang jam 4 sore, itu pun kalau tidak ada halangan." jawab Pak Muh.
"Halangan? Halangan apa ya Pak Muh?" tanya Delisa bingung, ia kemudian duduk dan melirik Pak Muh yang sedang melepas celemeknya, kemudian Pak Muh juga ikut duduk tepat di hadapan Delisa.
"Ya bisa jadi halangan jika ada banyak pertemuan dengan perusahaan lain. Santai saja Neng, nanti Pak Muh temankan." ucap pak Muh sambil tersenyum manis menatap ke arah Delisa.
"Oh ya sudah, terimakasih ya Pak Muh. Kalau begitu Delisa ingin pergi sholat dulu." ujar Delisa sambil meninggalkan Pak Muh yang masih duduk manis di dalam dapur.
Delisa bersyukur, karena memiliki teman seperti Pak Muh yang bisa di ajak mengobrol di saat jam-jam kerjanya. Ya walaupun Pak Muh sudah berumur dan sepertinya jika dihitung dengan umur Delisa, perbandingannya lumayan jauh sekali.
***
Jam kerja selesai, para karyawan berbondong-bondong meninggalkan perusahaan MS group itu. Tetapi tidak dengan Revano dan Roy, mereka masih berada di lantai atas dengan posisi Roy duduk di sofa yang menunggu Revano menyelesaikan pekerjaannya.
"Roy, yang membuat kopi tadi untukku siapa? Kau mengatakan OB? Siapa dia?" tanya Revano lalu menutup laptop nya dan mengemasi tas nya.
"Delisa." jawab Roy singkat, padat dan jelas.
"Delisa?" Revano bingung karena ia tidak asing dengan nama yang di sebutkan oleh asistennya.
'Ah Delisa. Teman Mama.' ujar Revano di dalam hatinya.
"Ya, Bos. Delisa itu OB baru disini. Jangan bilang jika Bos suka dengannya. Itu incaranku, ingat itu." ancam Roy sambil memutarkan bola matanya malas.
"Ckckck. Seleremu sangat rendahan sekali Roy, seperti tidak ada yang lain saja." ejek Revano sambil memasang kembali jas nya.
"Walaupun dia bekerja di bagian OB, tapi jangan tanyakan lagi wajahnya seperti apa." ujar Roy sambil senyam-senyum tidak jelas membayangkan wajah Delisa yang cantik, imut, lucu dan menggemaskan.
Perkataan yang Roy lontarkan membuat Revano ikut penasaran dengan wajah Delisa yang selama ini di ceritakan oleh Mama dan putrinya.
"Terserah." ucap Revano datar, ia berjalan menuju lift, diikuti Roy di belakangnya.
"Mulai besok, Kau suruh Delisa lagi untuk membuatkan segelas kopi itu setiap hari. Ah rasanya besok saya ingin mencicipi sesuap nasi goreng buatannya." ujar Revano lagi yang sudah berada di dalam mobil.
"Itu pekerjaan Pak Muh, Bos. Membuat makanan untukmu, selebihnya bukan pekerjaan Delisa. Delisa baru saja kerja dalam satu hari ini, jika makanannya tidak lezat, bagaimana?" elak Roy. Saat ini ia sedang menyetir.
"Ya tidak apa-apa sekali-kali saya mencicipi masakan buatan Delisa. Tak masalahkan?" kata Revano sambil tersenyum miring.
"Ya, Ya, Ya, Kali ini saya mengalah, Bos yang menang." kata Roy sambil mendengus kesal dan sedikit memukul stir mobilnya.
Revano yang melihatnya tidak peduli, kemudian ia membuka ponsel nya untuk ia mainkan selama perjalanan menuju rumahnya yang lumayan jauh dari perusahaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Intan IbunyaAzam
critanya menarik,msih menyimak
2022-12-14
5