Setelah sampai di perkarangan rumah mewah, Mang Eja segera membukakan pintu mobil untuk Delisa dan majikan kecilnya.
"Terimakasih, Mang. Saya masuk dulu." kata Delisa dan di jawab anggukan oleh Mang Eja.
Ting ...
Ting ...
"Iya tunggu sebentar." ucap seseorang dari dalam yang ternyata Bi Asih.
Kening Asih menyerngit menatap Delisa kemudian beralih ke gendongan yang ada di tangan Delisa, ternyata ada Aurel di sana.
"Maaf Bu, silahkan masuk. Sebentar, saya panggilkan Nyonya Lilis dulu ..." kata Bi Asih sambil melenggang pergi meninggalkan Delisa dan Aurel di kursi tamu.
Lilis tersenyum ketika melihat kedatangan Delisa di rumahnya, kemudian ia melihat cucu nya yang sedang tertidur di pangkuan Delisa.
"Aihh ... cucu ku ternyata tertidur." kata Lilis sambil mendudukan bokongnya di kursi yang bersampingan dengan Delisa.
"Iya Oma, seperti nya Aurel kelelahan." kata Delisa.
"Apalagi kamu. Sudah pasti cucu ku tidak mau lepas dengan kamu kan? Saya tahu betul sifat nya." sambung Lilis.
"Hehehe ... tidak kok Oma, biasa saja." kata Delisa yang tidak enak hati, walaupun jawaban di dalam hati nya 'iya'.
"Baiklah baiklah mari saya antar ke kamar Aurel, letakkan saja di bed nya. Maaf ya Delisa jadi merepotkan, kemari ikut Oma ..." ajak Lilis lalu berdiri dan berjalan menuju kamar Aurel di ikuti oleh Delisa di belakang nya.
'Duh kok aku jadi merinding ya? Kalo tiba-tiba Ibu sama Bapaknya Aurel datang, bisa-bisa babak belur nih. Mana masuk nyelonong, di tambah bawa anaknya lagi.' ucap Delisa dalam hati sambil merasakan hawa-hawa yang menyeramkan.
Setelah menaruh Aurel di kasurnya, Lilis dan Delisa pun kembali ke ruang tamu, di temani dua gelas jus jeruk. Mereka berbincang-bincang mengenai pekerjaan Delisa.
"Jadi, kamu mulai hari senin besok boleh datang ke perusahaan anak ku." kata Lilis.
"Maaf Oma, tapi sama saja kan dengan yang Oma berikan alamat nya sama Delisa?" tanya Delisa sambil menunjuk dirinya.
Oma pun menggeleng pelan.
"Kalau yang itu perusahaan suami saya, kata suami saya tidak ada bagian pekerjaan yang kosong di sana. Jika kamu mau, maka bekerja di perusahaan anak saya saja, disana kamu bisa memilih pekerjaan mana yang kamu ingin ambil, karena itu perusahaan baru yang baru di kelola anak saya tiga bulan yang lalu." kata Lilis panjang lebar kemudian menyeruput segelas jus jeruk nya.
"Dimana alamat nya, Oma?" tanya Delisa deg-deg an, pasalnya ia sudah mengontrak di kontrakan yang dekat dengan perusahaan suami Oma Lilis nya itu.
"Nanti saya berikan lewat ponsel mu Del, saya lupa dengan nama jalan nya. Tidak jauh dari perusahaan suami saya kok hanya beberapa menit saja sudah sampai." kata Lilis.
"Baiklah Oma nanti besok Delisa mulai bekerja, terimakasih ya, Oma. Delisa janji akan bekerja dengan sebaik mungkin." kata Delisa sembari memilin bajunya karena canggung, ia merasa tidak patut di perlakukan seperti itu karena derajatnya tidak sebanding dengan Lilis.
"Iya Del, santai saja. Anggap saja saya saudara mu." kata Lilis sambil mengelus pundak Delisa.
"Iya Oma. Saya ucapkan sekali lagi, terimakasih." ucap Delisa.
"Iya sama-sama Del, kalau begitu saya mau telepon anak saya dulu, biar sudah dsiapkan semua kebutuhan yang kamu butuhkan besok." kata Lilis sambil membuka benda pipih yang ada dalam genggaman nya.
"Kalau begitu, Delisa izin pulang dulu, Oma. Kebetulan Delisa juga ingin mempersiapkan diri untuk besok." alasan Delisa, sebenarnya ia merasa canggung di rumah yang sebesar kerajaan ini hanya ada dua nyawa yang saling bercengkrama, ada pelayan, itu pun ada di belakang.
"Ya sudah mari saya antarkan ke depan, biar kamu di antar sama Mang Eja saja ya? Jangan menolak, kamu juga kesini gara-gara cucu ku, apalagi ia tidur minta di gendong kamu. Ampunn ... manja sekali dia." ucap Lilis sambil tertawa pelan.
'Wajarlah Aurel manja, dia kan belum pernah manja manja an sama ibu kandungnya, aku jadi kasihan sama Aurel.' kata Lilis dalam hati.
"Iya, tidak apa-apa, Oma, Namanya juga anak kecil. Kalau ada waktu lagi nanti Delisa main lagi dengan Aurel, boleh kah, Oma?" ucap Delisa berbalik badan yang hendak memasuki mobil mewah tersebut.
"Ya boleh dong, kebetulan jika saya sibuk maka Aurel biasanya main sendiri saja, jika tidak ya bersama Bi Asih. Jika weekeend bareng Daddy nya. Daddy nya mau memberi pengasuh tetai saya tolak, saya takut nanti Aurel kurang cinta dan kasih sayang dari keluarga nya. Maka nya saya bertekad untuk membesarkan cucu saya dari tangan saya yang keriput ini." kata Lilis sambil menunjukkan tangan nya.
"Maaf Oma ... kalau boleh tahu, Ibu nya Aurel kemana ya?" tanya Delisa yang sedari tadi mengganjal di dalam hatinya dengan pelan, takut Lilis tersinggung dengan perkataannya.
"Ibu nya Aurel sudah tiada, ia meninggalkan Aurel di saat umurnya mulai masuk satu tahun." kata Lilis terharu.
"Maaf, Oma. Jika perkataan tadi membuat Oma tersinggung." kata Delisa sambil memeluk Lilis, Lilis pun membalas pelukan Delisa.
"Tidak apa-apa, Del. Saya terharu karena Aurel terkadang suka di ejek tidak punya Ibu oleh teman temannya. Sampai pada saat itu pindah Les karena dia tidak mau berangkat Les jika tempatnya masih tetap disitu." kata Lilis.
"Astaga, pantas saja tadi dia bilang takut kalau dia punya teman." kata Delisa sambil mengingat perkataan Aurel tadi di mobil.
"Iya Del, sifat Aurel jika ia tidak suka maka sampai kapan pun dia akan kekeh dengan kata-kata nya itu." kata Lilis.
"Iya Oma, kalau begitu Delisa pulang dulu, nanti jika ada waktu luang lagi, nanti Delisa main lagi kesini." ucap Delisa sambil masuk ke dalam mobil.
"Iya Del. Hati-hati ya Mang Eja ... jangan ngebut-ngebut." kata Lilis sambil melirik Mang Eja yang ada di bagian depan mobil.
"Baik Nyonya, kalau begitu saya permisi dulu."
Tin ...
Seru klakson mobil menandakan bahwa mobil sudah berjalan menjauhinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments