System Of Sea
Di pinggiran kota kecil nan indah yang berada di pesisir pantai. Awan pagi yang memukau dan langit biru tak berujung terlihat jelas dengan keagungannya.
Dari kejauhan mulai terlihat seorang anak muda dengan seragam sekolah yang sedikit kumuh tengah berlari dengan terburu buru karna telat ke sekolah. Nama anak itu adalah Adrian Devano.
“Sialan, lagi-lagi alarm hpku tak berfungsi.”
Dengan tergesa gesa, Adrian yang sudah telat berlari sekuat tenaga menuju sekolahnya.
Karna tinggal di pinggiran kota kecil dan tak banyak trasportasi umum membuat Adrian harus pergi dan pulang berjalan kaki ke sekolahnya.
Di kota Bluesky memang pembangunan belum terlalu merata dan saat ini memang pembangunan sedang gencar gencarnya. Apalagi sejak era digital melanda seluruh negeri, kota kecil itu juga sangat merasakan efeknya.
“Huh, akhirnya sampai, semoga saja Pak Bambang juga telat seperti biasanya.”
Setelah merapikan baju dan mengelap keringat yang bercucuran, Adrian langsung memasuki kelasnya yang memang keadaan di sana sudah sangat ramai dan bising.
“Seperti yang di harapkan dari Pak Bambang.” ucap Adrian dengan lega.
Dengan santai Adrian berjalan dan duduk di bangkunya yang terletak di paling pojok belakang sebelah kanan dekat dengan jendela.
Bukan tanpa alasan Adrian memilih posisi duduk yang sekarang ia tempati. Selain dapat menghirup udara segar dari lautan secara langsung, dari tempat duduknya juga ia bisa melihat dengan jelas pemandangan indah pantai Bluesky dan laut pasifik secara langsung.
Baru saja duduk, seorang wanita cantik yang memang duduk di depannya langsung berbalik arah dan mulai mengerutu ke arah Adrian.
“Lagi-lagi kamu telat, untung aja hari ini Pak Bambang yang masuk jam pertama.” Ucap seorang gadis mungil yang terlihat cantik dengan rambut hitam panjang yang di ikat dua dan mata hitam seperti permata di lautan dalam.
“Hehehe, maklum Bell, alarm hpku kumat lagi.”
“Kan bisa beli yang baru, harga hp sekarang juga gak mahal mahal amat kok.”
“Iya kamu enak ngomong gitu, dari pada buat beli hp mending uangnya buat beli bibit ikan atau alat pancing baru.”
“Heeeeh, kamu nih dari dulu selalu aja ikan ikan, karna selalu ngurus ikanmu itu baumu juga udah sama kaya mereka.” Ucap Bella yang merupakan teman masa kecil Adrian.
Bukan tanpa alasan Bella berbicara kasar seperti itu kepada Adrian. Sebenarnya pria bernama Adrian itu jika di perhatikan dari dekat cukup tampan.
Mata biru mewarisi gen sang ibu, lalu tubuh juga tinggi dan sedikit berotot karna memang hobi berenangnya sejak kecil seperti membentuk tubuhnya menjadi seperti sekarang.
Tapi semua kelebihan fisiknya justru tertutupi oleh kelakuan Adrian itu sendiri. Mata biru indahnya tertutupi oleh kantung mata hitam khas ikan mati.
Lalu tubuh idealnya juga tertutupi oleh seragam yang terlihat kumuh dan yang terpenting bau ikan yang menjadi ciri khas Adrian membuat setiap wanita pasti tak akan kuat jika berlama lama di dekatnya.
Tepat sesaat Adrian duduk di bangkunya, Pak Bambang yang merupakan Guru Fisika juga langsung masuk dan memulai pelajaran.
“Maaf ya bapak telat, tadi di jalan ada nenek-nenek minta di tolong.” Ucap Guru muda tersebut dan pelajaran pun di mulai.
Setelah pelajaran selesai, Adrian yang memang tak mempunyai uang jajan hanya duduk di tempat duduknya dan tak pergi ke kantin.
“Kirimanmu pasti belom dateng ya?”
“Iya, kayaknya udah lupa dia sama anak sendiri, hahaha.”
“Hus, jangan ngomong gitu, emang buat siapa bapakmu rela kerja di tengah laut pagi dan malam gitu kalo bukan buat keluaganya.”
“Iya iya bawel, aku cuman bercanda.”
Sambil bercanda dengan Adrian, Bella yang sudah tau kalau tanggal tua Adrian akan kelaparan seperti ini memang sudah membawa bekal makanan lebih.
Dengan cepat ia menyerahkan kotak makanan berwarna biru yang memang sudah ia siapkan untuk sahabat kecilnya itu.
“Nih, dah ku bawain makanan buat kamu.”Ucap bella sambil menyerahkan kotak nasi.
“Bell beneran aku-“
“Sssshhh, makan dan jangan komplain, kamu gak bisa bohong di depan aku.”
Saat mendengar ucapan Bella, Adrian hanya bisa menatap wanita cantik itu sambil berterima kasih dalam hati. Ia yang memang belum makan sejak malam tadi saat ini memang sudah kelaparan.
Bella Gianira, anak kepala nelayan kota Bluesky memang selalu baik padanya sejak mereka masih kecil.
Dulu sebelum sang ayah bekerja di kapal pencari ikan, ayah Adrian dan ayah Bella sangat dekat dan memang berteman.
Tapi semenjak sang ibu sakit sakitan, ayah Adrian yang memerlukan biaya lebih harus bekerja di kapal asing dan mencari ikan di lautan lepas.
Parahnya lagi sang ayah hanya pulang beberapa hari saja setelah kepergiannya yang berbulan bulan di lautan.
Tapi mau bagaimana lagi, sang ayah harus melakukan itu karna hasil melaut sekarang sudah sedikit berkurang.
Apalagi dengan adanya persaingan kapal kapal pencari ikan yang lebih modern, itu seperti membuat nelayan kecil seperti ayah Adrian makin tertinggal dan alhasil sang ayah lebih memilih pekerjaannya yang sekarang.
“Ahhhh, kenyang.”
“Makasih makanannya.”
“Nih minumnya abisin sekalian.”
“Siap bos.”
Saat selesai makan, Bella yang memang sudah ada janji dengan temannya langsung pergi meninggalkan Adrian yang sudah kekenyangan.
“Bell, yuk ke perpus, katanya hari ini mau pinjem novel baru.” Ucap Siska yaitu teman sekelas Bella.
“Ehh iya, ampir lupa...yaudah yuk cepet, dikit lagi abis nih jam istirarahat.”
Sambil berjalan, Siska yang tak suka dengan kedekatan Bella dengan Adrian mulai mengeluakran kebiasaan buruknya yaitu julidtin orang lain.
“Kamu kenapa sih peduli banget sama tuh orang?”
“Adrian?"
“Iya siapa lagi, si manusia ikan di sekolah kitakan cuman ada satu.”
“Hemmm, ntahlah...aku cuman kasihan aja sama dia, semenjak ibunya sakit, hidup keluarganya memang makin sulit.”
“Iya aku tau itu, cuman kenapa kok kamu bisa tahan sama baunya itu, sumpah di sekolah ini mungkin cuman kamu yang bisa tahan lama-lama sama dia apa lagi sampe makan bareng, huekkk bayanginnya aja aku mau muntah.”
“Kan kamu udah tau aku kenal dia dari kecil, jadi aku dah kebal sama baunya dan udah gak terlalu ngefek.”
“Bell...bell, bukan maksud aku julid ya, aku cuman gak pengen ke populeranmu menurun gara-gara deket sama dia.”
“Iya-iya aku tau, yok cepetan ke perpus, ntar keburu masuk lagi.”
Setelah kenyang makan, Adrian terlihat hanya duduk di tempat duduknya dan tak bergerak sedikitpun. Dalam hatinya ia sadar dengan perlakuan semua orang.
Tapi mau bagaimana lagi, ia yang hidup miskin untuk makan saja sudah kesulitan. Boro-boro mikirin bau badannya, uang untuk beli sabun aja kadang sampe gak ada.
Adrian yang sadar dengan kondisi keluarganya hanya bisa mencoba bertahan sampai setidaknya tamat sekolah.
Adrian yang saat ini sudah kelas tiga SMA hanya memiliki satu keinginan. Segera lulus sekolah dan bisa mulai bekerja.
Ia yang sejak kecil bermimpi untuk menjadi nelayan sukses sudah tak terlalu memikirkan impiannya itu.
Sejak sang ibu sakit sakitan, keluarganya memang membutuhkan biaya besar dan Adrian berniat membantu sang ayah bekerja.
“Huuuhhh, hidup ini benar benar tidak adil ya.” Ucap Adrian sambil tersenyum tipis dan melihat pemandangan lautan biru pantai Bluesky.
Saat melihat laut, yang pertama di ingatnya pastilah sosok ibunya. Adrian bahkan masih ingat dengan jelas kalau ia lahir di badai besar tepat di tengah laut pasifik.
Waktu itu sang ibu sering bercerita kalau dirinya yang sedang hamil besar dan sedang dalam perjalanan menemui dokter kandungan harus melahirkannya di tengah badai besar.
Tapi entah kenapa saat Adrian lahir, laut seolah olah tenang dan badai besar itu langsung berubah menjadi pemandangan indah.
Cerita tentang kelahiran dirinya selalu ia ingat ketika melihat laut biru yang tak berujung tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Annisa
Terharuu plis🤧
2024-07-18
0
Lea_Rouzza
waahhaha kereeenn toor ,, mampiir y
2024-07-11
1
Anonymous
.
2024-07-11
0