Pagi hari setelah weekend selesai.
Keisha masuk ke dalam kelasnya, ia mendapati uang lembaran berwarna biru terselip dalam lacinya. "Emang gue ninggalin uang disini ya? Lah udah dua hari dong uangnya disini."
Karena sekolah mereka full day school jadi libur mereka adalah dua hari.
"Lo ninggalin uang disini buat apa bege? mau ngasih setan-setan yang ada disini?" celetuk Laura yang mendengar suara pelan temannya.
Keisha berdecak kesal. "Enak aja. Emang disini ada setan?"
"Ya mana gue tau. Gue kan bukan cenayang," jawab Laura acuh. "Emang itu duit apa si Kei? bukan duit lo?"
"Gak tau gue juga bingung," jelas Keisha dengan ketidaktahuannya.
Laura menghela nafas jengah mendengar jawaban temannya itu. "Ya udah kalo lo gak mau buat gue aja sini."
Keisha reflek menampar pelan tangan yang hendak mengambil uang yang ada di tangannya. "Siapa bilang gue gak mau. Gue cuma bingung aja kenapa bisa disini."
"Ya udah anggap aja itu rezeki anak berdosa," ujar Laura dengan entengnya.
Mendengar itu Keisha langsung mendelik. "Berdosa your eyes, gue soleh gini kok."
"Ya udahlah mungkin ini uang gue ketinggalan," sambungnya sembari memasukkan uang tersebut kedalam sakunya.
...****************...
Jam pelajaran yang didapati kelas mereka saat ini kosong, karena guru pengampu izin. Keisha yang mulai bosan pun berencana mengajak temannya keluar. "Perpus yuk Lau, boring gue disini."
"Gas!" Dengan semangat 45 Laura langsung bangkit dan melangkahkan kaki. Di ikuti Keisha yang awalnya geleng-geleng kepala namun kini sudah menyamai langkah Laura.
...****************...
Di perpustakaan.
"Gue cari buku dulu deh," ujar Laura yang langsung menuju ke rak buku. Matanya berbinar kala melihat banyak buku beragam genre tertata rapi di rak yang sangat banyak itu.
Keisha yang melihatnya pun memasang wajah cengo. "Lah dia serius ke perpus baca buku?"
Ia berjalan gontai ke kursi di sana dan mendaratkan dirinya di atas kursi. Menaruh kepalanya ke atas meja, tangan kanannya mengambil benda pipih persegi panjang yang ada di sakunya.
Jari-jarinya itu dengan lihai memainkan benda berlayar dingin tersebut.
'Kriet'
Mendengar kursi di sampingnya berderit ia pun menatap, siapa gerangan yang duduk di sampingnya?.
"Ngapain bolos?" Laki-laki yang akhir-akhir ini sering ia temui.
Keisha menghela nafas. "Jamkos. Kak Barra kali yang bolos."
Barra terdiam sejenak. "Uang yang ada di laci udah lo ambil?"
Keisha mendelik, ia pun langsung menegakkan badannya dan menatap Barra kesal. "Jadi itu uang kemarin? kenapa di balikin si kak?!"
Tak ada jawaban dari Barra, lelaki itu terfokuskan dengan buku yang ia baca. Membuat Keisha semakin kesal saja. "Dasar cowo nyebelin."
Barra mengangkat satu alisnya dan menatap Keisha bingung, ia samar-samar mendengar apa yang diucapkan gadis itu. "Apa?"
Keisha mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak, gakpapa."
"Gue gak mau kalo lo bales pake uang," jelas Barra yang mengungkapkan alasannya mengembalikan uang Keisha.
Keisha mengernyitkan dahinya dan menatap lelaki itu dengan tatapan bertanya. "Terus gue harus balas budi pake apa dong? nunggu ban motor lo bocor terus gue gantian bawain motor lo ke bengkel?"
Barra mengedikkan bahunya acuh. Walaupun ia terkesan cuek karena tidak menatap lawan bicaranya namun sesekali ia juga melirik Keisha. "Terserah lo."
Keisha frustasi dibuatnya. "Kak Barra kayak cewe."
Tak ada tanggapan dari Barra. Mungkin Keisha harus mengakui kalau Barra ini memang sedikit cuek.
Keisha memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membalas budi orang yang sudah menolongnya itu, dan saat itu terlintas ide di otaknya. "Gimana kalo gue traktir lo di kantin?"
Barra yang semula menatap tulisan-tulisan hidup di genggamannya kini beralih menatap Keisha. Mata hazel dan coklat itu bertabrakan. "Ok, sekarang."
Tanpa persetujuan Keisha, ia pun menarik tangan gadis itu. Keduanya melangkah keluar perpus, dengan Keisha yang berusaha melepaskan tangan Barra. "Kak ih tunggu, gue belum bilang sama temen gue!"
Genggaman lelaki itu sangat kuat. Keisha tak bisa melepaskannya. Gadis itu pun pasrah, ia akan mengabari Laura nanti.
...****************...
Keisha membawakan makanan yang dipesan Barra dengan wajah dongkol. Bisa-bisanya lelaki itu sangat menyebalkan. Ia pun menaruhnya di meja. "Silakan, Tuan Raja."
Dengan senyum paksanya, Keisha duduk di hadapan Barra. Ia sendiri hanya memesan es teh, karena masih pagi ia malas untuk makan.
"Ikhlas?" Pertanyaan menyebalkan menurut Keisha.
"Ikhlas, banget." Keisha tersenyum paksa, sedetik kemudian ia menghembuskan nafasnya. "Kak Barra kenapa nyebelin si?"
"Gue gak nyebelin," jawab Barra sembari memakan siomay yang ia pesan.
Mendengar itu Keisha pun mendengus kesal. "Iya gak nyebelin, tapi super nyebelin."
Barra tak menghiraukannya. Ia masih santai memakan siomay traktiran Keisha. Sebenarnya ia tidak lapar si, hanya saja... "Temen lo yang di cafe gimana?"
Barra yang menanyakan hal tersebut membuat Keisha mengingat kejadian dua hari yang lalu.
"Gak gimana-gimana. Untung ada lo sama temen Lo, makasih udah nolongin dia," ujar Keisha tulus. Ya ia pikir itu salahnya karena ia datang terlambat jadi Elvina sendirian di cafe waktu itu.
"Raka yang nolong," jelas Barra.
Keisha menganggukkan kepalanya mengerti. "Ya udah sampein makasih gue ke kak Raka."
"Lain kali jangan ke cafe itu," peringat Barra. Barra yang sudah menghabiskan siomaynya menatap Keisha lekat.
Gadis itu juga menatapnya, namun dengan tatapan bingung. "Kenapa? Kak Barra sering ke sana kan?"
"Lo udah tau semalem kejadiannya gimana. Gak perlu sampe ngalamin sendiri, kan?" jelas Barta yang nampaknya serius.
"Iya-iya, mending rekomendasiin cafe mana yang enak buat nongkrong."
"Kalo mau nongkrong ke Warung Bang Jo aja, di sana aman," saran Barra. Mana, karena dia dan teman-temannya sering ke sana.
"Dimana? gue gak tau tempatnya?" tanya Keisha polos.
Barra menghela nafas. Padahal tempat yang ia rekomendasikan cukup terkenal, kenapa gadis itu tidak tau? Ia pun mengetuk pelan dahi Keisha. "Kudet."
"Ish." Keisha mengusap-usap dahinya. Ya ia akui kalau ia memang kurang update. Karena hanya tempat itu-itu saja yang ia datangi.
"Ya udah si kan tinggal kasih tau dimana?" ujarnya kesal dengan memainkan ponselnya, sembari mengabari Laura kalau dia sedang di kantin.
Melihat hal tersebut Barra mengambil ponsel Keisha dengan paksa, tidak dengan kekerasan. Keisha pun menggembungkan pipinya kesal. "Hello itu handphone saya."
Entah apa yang dilakukan Barra pada ponselnya. Ia hanya memperhatikan saja. Walaupun ia juga was-was kalau Barra melakukan hal aneh.
Setelah melakukan sesuatu dengan ponsel Keisha, Barra pun menyodorkan kembali barang itu ke pemiliknya. "Nih."
"Lo apain hp gue?" Keisha menatap Barra dengan tatapan intimidasi dan penuh kecurigaan.
"Gak gue apa-apain. Masuk kelas gih, udah mau ganti jam," perintah Barra yang sekilas melihat arlojinya.
"Terus Kak Barra? mau lanjut bolos?"
Tak ada jawaban dari lelaki itu. Keisha kembali menghela nafas. "Udah gede gak usah bolos terus."
Keisha pun bangkit dan menuruti kata Barra, ia akan masuk kelas karena mungkin guru selanjutnya akan masuk. Ia pun melangkahkan kakinya.
Barra pun turut mengikuti gadis itu, sebelum ia mendahului Keisha, ia mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut gadis itu.
'Blush'
Keisha salah tingkah dibuatnya. Melihat Barra yang menjauh, ia pun menggerutu pelan. "Itu orang maksudnya apa si? udah lah cukup ya sampe disini aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
anda terlalu polos, tapi kalau nyata belum tentu juga peka dengan hal semacam ini
2023-06-09
0
Fenti
kirain anak solehah ternyata..😂
2023-06-09
0
mom mimu
kayanya Barra gemes tuh Kes sama kamu 😁😁😁
2022-12-13
1